Assalamu'alaikum Wr,Wb....
Kapado Dunsanak sadonyo di Palanta, Inyiak-Inyiak, AlimUlama,CandiakPandai, 
NiniakMamak, BundoKanduang......

Ambo dapek berita dari Harian Kompas 
(http://oase.kompas.com/read/2010/10/02/22262317/Kongres.Kebudayaan.Dilanjutkan.-14)
 dgn judul yang bertolak belakang dengan berita Harian Singgalang yg di 
postingkan kemaren oleh sanak Iqbal Rahman.  
 

Ambo persilahkan dunsanak di palanta, untuak manilai berita ko, termasuk 
komentar yg dilontarkan mengenai apa, kenapa dan bagaimana Kongres tersebut. 

Kalau ambo manilai, komentar sanak Wk.Ketua Bid. Organisasi Gebu Minang, yg 
juga Panitia Penyelenggara, dalam berita KOMPAS tsb, menyedihkan, dek karano 
masih saja mengeluarkan komentar yg menuduh urang di ranah bundo indak
 mangarati baa caro manjalankan ABS-SBK. Dek karano itu urang rantau yang 
tergabung dalam Gebu Minang paralu mambuekkan petunjuk teknis mengenai 
penerapan ABS-SBK tu.

Ondeh mande......, Apokah sanak kito tu indak mangarati baa kok KKM tu di tulak 
abih dek urang di Ranah...???. Komen saroman ko nan paliang indak disukoi dek 
urang di ranah. Komen sarupo ko seolah-olah mangecekkan urang di kampuang indak 
tau baa caro melaksanakan ABS-SBK, nan paliang tau adolah urang-urang di 
rantau. 

Hal lain, yg nampak dek ambo, di Panitia dan Gebu Minang sendiri, indak ado 
koordinasi. Alah jaleh Kongres tu dibatalkan, diganti jo Seminar/Lokakarya..., 
masih sajo komponen GebuMinang dan Panitia Penyelenggara menyebutkan kata-kata 
Kongres. 

Selanjutya, ambo menyarankan, Seminar/Lokakarya Kepedulian pada Kebangkitan 
Minangkabau, yg menjadi pengganti Kongres Kebudayaan Minangkabau tersebut, 
fokus saja kepada pengembangan ekonomi. Bangun sistim ekonomi ABS-SBK, jangan 
lagi memaksakan sistim ekonomi kapitalis di kampuang-kampuang kito.  Tidak usah 
dulu menyingguang nyingguang ABS-SBK. ABS-SBK ko, di paiyo-iyokan dulu dengan 
urang di ranah. Jangan tiba2 menyodorkan konsep dalam bentuk Draft, dengan 
menharapkan peserta kongres yang akan menukuak manambahkan. Beko, didalam acara 
yg hanyo 2 hari tu, akan dilakukan pandangan dari perwakilan Niniak Mamak, 
Cadiak Pandai, Alim Ulama, Bundo Kanduang, dan lain-lain. Sudah tu, beko ketok 
palu, jadilah ketetapan. Indak takah itu maambiak keputusan dalam masalah adaik 
dan kebudayaan doh. Jadi harus di paiyo-iyokan dulu sampai matang, kalau alah 
iyo sadoalah komponen, baru diambil keputusan. Indak melalui acara 2 hari  tu 
doh. Memang butuh waktu lama, tapi
 itulah yg harus di tempuh. Sebab ini menyangkut kepentingan urang banyak dalam 
masyarakat minang. Ambo mancaliak, masalah ABS-SBK ko,  indak sarik-sarik bana 
doh. Soalnyo komponen S dan K dalam ABS-SBK tu indak buliah barubah saketekpun 
juo doh. Nan mungkin barubah hanyo A, tapi perubahan A itu indak buliah 
bertentangan dengan S dan K. Disiko kontrol nan paralu dilakukan, agar 
perubahan A tetap pada koridor permanen yg telah ditetapkan oleh S dan K. 
Apakah kontrol tersebut akan dilakukan oleh Dubalang-Dubalang yg akan di bentuk 
melalui KKM ko ?.(lihat Pasal-47, Draft-17 KKM, ambo alun mancaliak Draft-18).  
Lalu Dubalang-Dubalang ko nanti akan maintai-intai kehidupan masyarakat dalam 
Nagarinyo, lalu manangkok sia urang nan indak menjalankan ABS-SBK. 
Wadduuhhh....., bacakak gadang anak-anak nagari tu beko....
Jadi jangan dulu, barangkali ado caro lain, misalnya melalui jalur legislasi. 
Peraturan2 legal formal yg ado, kito telaah dengan seksama, kalau ado 
kelemahan, kito fungsikan peran Wakil2 Rakyat di DPRD dan Pemerintahan, kapan 
perlu dengan tekanan-tekanan sedemikian rupa, untuk merevisi Peraturan 
tersebut. Itu lebih bisa di terima, dari pada melalui ketetapan kongres yg 
tidak punya dasar hukum formal dalam negara hukum yg bernama Republik Indonesia 
ko.  
Jadi Seminar atau Lokakarya Kepedulian pada Kebangkitan Minangkabau ini,  fokus 
ajalah pada pembangunan perekonomian, yg syariah tentunya, untuk 
mensejahterakan satio nagari di Ranah Minang. 

Demikian pandapek ambo mengenai berita di KOMPAS dalam hubungannya dgn KKM.  
Mohon ma'af kalau ado nan tasingguang atau talantuang. 

--------ooo--------

Kongres Kebudayaan Dilanjutkan 
                        Sabtu, 2 Oktober 2010 | 22:26 WIB
            
                                  akmal-nasir.blogspot.com

Kongres Kebudayaan Dilanjutkan 
                        Sabtu, 2 Oktober 2010 | 22:26 WIB
            
                                  

                                  PADANG, KOMPAS.com
 - Setelah mengalami penolakan sangat keras dari sejumlah elemen 
masyarakat di Sumatera Barat, Kongres Kebudayaan Minangkabau I akan 
tetap digelar di Kota Bukittinggi pada 30-31 Oktober mendatang. 
Sebelumnya, rencana tersebut sempat ditunda dari rencana awal yakni pada
 23-24 September karena perdebatan yang belum berujung antara kubu yang 
menolak dan pihak penyelenggara.Wakil Ketua Bidang Organisasi 
Gebu Minang, Amri Aziz, Sabtu (2/10/2010) yang menjadi panitia 
penyelenggara kongres tersebut mengatakan sejumlah rekomendasi 
direncanakan berhasil ditelurkan dalam kongres tersebut. "Soalnya selama
 ini kaum ulama, cadiak pandai (kaum terpelajar), dan ninik mamak (kaum 
adat) tidak terkoordinasi dan berjalan sendiri-sendiri. Inilah yang mau 
kita satukan dan bicarakan lagi," katanya soal sejumlah isu dalam 
rekomendasi tersebut.Ia menambahkan, kongres tersebut secara 
khusus ingin memberikan arahan secara teknis soal prinsip adat basandi 
syara, syara basandi kitabullah (adat bersendikan hukum agama, hukum 
agama bersendikan kitab suci Al Quran). Menurut Amri, selama ini ada 
banyak sekali tafsir soal prinsip tersebut yang diwujudkan dalam puluhan
 buku oleh puluhan penulis.Akan tetapi, imbuh Amri, tafsir-tafsir
 tersebut cenderung belum menjelaskan secara teknis yang berguna bagi 
panduan langsung masyarakat.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian 
Sumbar Harris Effendi Thahar yang menolak rencana kongres tersebut 
sebelumnya menegaskan bahwa sebaiknya Gebu Minang melaksanakan program 
lain yang lebih berhubungan dengan kepentingan langsung orang 
Minangkabau di Sumbar.Menurut Harris, Gebu Minang yang sebagian 
besar adalah masyarakat Minangkabau di luar Sumbar atau perantau lebih 
baik berpikir bagaimana cara mengatasi sejumlah kesulitan di Sumbar 
seperti masih relatif terbatasnya lapangan kerja.

Salam,
Marindo Palar 
50 tahun - Suku:Tanjuang - Kampuang:Kuraitaji Piaman.


-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke