~~."IJP".~~

-----Original Message-----
From: Koran Digital <korandigi...@gmail.com>
Sender: koran-digi...@googlegroups.com
Date: Wed, 13 Oct 2010 08:53:43 
To: <koran-digi...@googlegroups.com>
Reply-To: koran-digi...@googlegroups.com
Subject: [Koran-Digital] Garuda Sugardo: Hal Remeh-temeh tentang Nomor Telepon 
Seluler

  Hal Remeh-temeh tentang Nomor Telepon Seluler
Garuda Sugardo, MANTAN DIREKTUR TELKOMSEL, INDOSAT, DAN TELKOM

Jumlah pelanggan telepon dari 11 J operator yang ada di Indonesia, yang 
sebanyak (akan di atas) 200 juta pada 2010, sudah pasti adalah angka 
terbesar dibandingkan dengan jumlah pelanggan, pemakai, atau nasabah 
industri apa pun yang ada di negeri ini. Tidak aneh bila di antara 
jumlah yang besar tersebut, banyak yang mencoba memanfaatkan kelengahan 
atau ketidakmengertian pelanggan lainnya dengan berbagai modus penipuan, 
utamanya melalui SMS.

Praktis tidak ada petunjuk dari operator untuk sekadar mengurangi cara 
penipuan yang menggunakan fasilitasnya tersebut. Masyarakat pun agaknya 
pasrah dan paling-paling "curhat"melalui media cetak tentang kesialannya 
sebagai korban penipuan SMS.
Sedikit berbagi, barangkali tulisan ini dapat membantu puluhan juta 
pemakai seluler mengenali sistem penomoran dari benda yang setiap saat 
dibawanya tersebut, sehingga lebih waspada terhadap upaya penipuan yang 
tiap saat mengintai.
Sistem penomoran Bila nomor telepon kabel kita adalah 87654321, maka di 
Jakarta kita bisa menulis atau menyebutkannya dengan 02187654321. Bila 
nomor tersebut adalah milik pelanggan Telkom di Denpasar, maka 
penulisannya adalah 036187654321. Dapat dimengerti, penulisan dan 
penyebutannya pun harus jelas dan terpisah antara kode area (kota) dan 
nomor telepon itu sendiri. Dalam penyelenggaraan seluler bergerak 
(mobile), baik GSM maupun CDMA, ketidakmengertian sebagian besar 
masyarakat tentang penomoran terkesan dibiarkan; dan hal inilah yang 
kemudian menjadi celah masuknya penipuan.

Sistem penomoran GSM maupun mobile CDMA di Indonesia mempunyai skema 
yang berbeda dengan sistem penomoran telepon tetap. Struktur 
penomorannya terdiri atas urutan tiga unsur, yaitu: Kode Negara 
(Indonesia "62"), Kode Operator (4 digit), dan Nomor Pelanggan (6 atau 7 
digit).

Empat digit kode untuk tiap operator tentulah berbeda, misalnya 
Telkomsel memiliki Kode Operator antara lain 0811, 0812, 0813, dan 0852; 
Indosat berkode 0815, 0816, 0855 dan 0856, sedangkan operator XL berkode 
0817, 0818, 0877 dan 0878. Operator yang relatif baru adalah "3", yang 
menggunakan kode 0899, dan Axis kode prefiksnya 0838.

Pada umumnya, yang biasa disebutkan masyarakat tentang nomor HP-nya 
adalah 10 atau 11 digit nomor yang merupakan gabungan dari kode operator 
dan nomor miliknya, Nah, di sinilah banyak "korslet"-nya! Seyogianya 
penyebutan atau penulisan nomor HP haruslah dilafalkan dengan memisahkan 
kode operator lengkap sebanyak 4 digit dengan nomor pelanggannya yang 6 
atau 7 digit itu. Ibarat nomor telepon Telkom Denpasar seperti contoh di 
atas, tidaklah mungkin kita menyebutkannya dengan penggalan 
036-187654321, karena nomornya adalah (0361) 87654321.
Apa dampaknya?
Pertama adalah pengenalan masyarakat terhadap sistem penomoran yang baku 
dan berlaku. Dengan menyebutkan atau menuliskan nomor ponsel dengan 
penggalan yang benar, orang lain akan langsung mengetahui operator mana 
yang digunakan (calon) lawan bicaranya, sehingga memungkinkan diperoleh 
tarif bicara yang lebih murah atau kemasan promosi yang menarik dan 
kompetitif.

Kedua, dengan mengenali kode operator secara utuh, sekaligus kita 
mewaspadai bahwa adalah suatu kejanggalan bila mendeteksi nomor pengirim 
SMS berhadiah yang mengaku dari suatu operator menggunakan nomor 
pengirim dari operator lainnya. Apalagi berbeda sistemnya, GSM atau CDMA.

Relevansi yang menyangkut tanggung jawab operator adalah sejauh mana 
mereka sebagai penyelenggara jasa berlisensi juga peduli terhadap 
penyalahgunaan nomor-nomornya dalam upaya pe nipuan. Tidak dimungkiri 
bahwa pelanggan "prabayar", yang jumlahnya sekitar 97 persen dari 
seluruh pemakai telepon seluler, sistem verifikasinya belum akurat (atau 
cenderung asal-asalan).
Kalaupun si operator berkehendak menelusuri identitas pemegang nomor 
yang digunakan untuk berbagai modus tindak penipuan, akan tetap sulit 
dilakukan pelacakan nama dan alamat yang sesungguhnya.
Operator Karena alasan privacy, karena ponsel bersifat personal, kita 
tak akan memperoleh handphone directory dari operator ponsel seperti 
halnya Buku Petunjuk Telepon yang diterbitkan Telkom setiap tahun. Meski 
demikian, tetaplah ada kewajiban operator seluler (atau asosiasinya) 
untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai banyak hal tentang 
produknya yang dijual al tentang produknya yang dijual kepada masyarakat 
luas.

Cobalah diingat. Adakah saat ini kita telah menda patkan imbauan dari 
operator agar tidak operator agar tidak menelepon atau ber SMS selagi 
menge mudi? Pernahkah operator menjelas kan bahaya sinyal 
elektromagnetik ponsel yang digu nakan di area stasi un pengisian bahan 
bakar? Di era yang katanya "perang tarif"ini, di manakah ki rif"ini, di 
manakah ki ta bisa mendapatkan ta bel tarif lengkap atau tarif 
antaroperator? Dan lain sebagainya.

Kita amat mengimbau agar para operator seluler memulainya dengan hal 
yang sepele, melalui penerangan cara menyebutkan nomor HP secara baik 
dan benar, sehingga tidak ada lagi spanduk atau stasiun radio besar yang 
menulis atau menyebut nomor selulernya dengan "kosong delapan satu, 
sekian-sekian-sekian-dan seterusnya", melainkan dengan benar menyebutnya 
"kosong delapan sekian-sekian, satu-dua-tiga-empat-lima-enam-tujuh".

Iktikad operator mensosialisasi sesuatu yang tampak remeh tapi 
fundamental ini akan menyadarkan masyarakat tentang adanya trik penipuan 
yang mencampuradukkan identitas nomor HP mereka, sekaligus membangun 
tanggung jawab moral dan kredibilitas bisnis dari operator yang nomornya 
sering digunakan untuk menipu orang lain.
Selain berguna untuk industri seluler, pada gilirannya para operator 
yang mampu melindungi pelanggannya dari penipuan, melayani dengan cepat 
dan tepat, serta memberikan informasi atas kelakuan pelanggan nakalnya, 
akan mendapat pencitraan positif dan apresiasi masyarakat luas.

http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2010/10/13/ArticleHtmls/13_10_2010_012_003.shtml?Mode=1


-- 
"One Touch In BOX"

To post  : koran-digi...@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : -  Gunakan bahasa yang baik dan santun
                 -  Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
                 -  Hindari ONE-LINER
                 -  POTONG EKOR EMAIL
                 -  DILARANG SARA
                -  Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau  
                   Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda.       
       
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
“Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang 
sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan.” -- Otto Von 
Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang 
lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke