Assalamualaikum warahmatullahi wabarkatuhu,

Saya yakin Islam akan tetap berkembang. Dari pengalaman pribadi dan saksi mata 
senditi sebagai contoh kecil, mikrokosmos,  dapat saya ceritakan sekelumit, 
Mulai spring tahun 1966 waktu saya baru datang di UC Berkeley Campus, hanya 
beberapa orang (belum banyak) jumlah jamaah wakatu Jumat di Student Union. 
Tahun 1980an hanya 5-6 orang jemaah Jumat kami yang kami laksanakan di Kantor 
saya di UC Santa Cruz. Umumnya anggota jemaah dari MSA.

Sekarang, alhamdulillah,  di Santa Cruz walaupun belum punya mesjid permanen 
kami punya jemaah kira-kira 50 orang untuk berjumat. Untuk sembahyang subuh, 
walaupun dua atu tiga orang jemaah kami di Sana Cruz, ( 1 dari Maroko, 1 dari 
India, 1 dari Indonesia) namun dalam hati kami, kami sudah mancakup di bawah 
naungan daerah Islam yang luas tersebar besar --  dari Marakesh ke Murauke 
(dari Maroko ke Indonesia).

Dipandang agak jauh sedikit disebrang Santa Cruz Mountain, di MCA  Santa Clara 
saya merasa berbahagia sekali dapat ikut berjemaah dengan kira-kira dua ribu 
orang di Malam-malam Qadar bulan Puasa yang lalu. Subhanallah. Alhamdulillah, 
Allahuakbar.

Walaupun banyak aral melintang,
Namun Islam akan terus berkembang.

Salam,
-- Sjamsir Sjarif

--- On Thu, 11/4/10, Adi Sumandi <norad...@yahoo.com> wrote:

From: Adi Sumandi <norad...@yahoo.com>
Subject: Re: [PSF] Surat Terbuka Lauren Booth: Mengapa Saya Memilih Islam (2)
To: "pengajian...@yahoogroups.com" <pengajian...@yahoogroups.com>
Cc: "pengajian...@yahoogroups.com" <pengajian...@yahoogroups.com>
Date: Thursday, November 4, 2010, 5:37 PM







 



  


    
      
      
      Subhanallah   
Sekian banyak kisah orang terpesona Dan akhirnya memeluk Islam. Semoga kita 
menjadi lebih kuat. Amin
Adi



On Nov 4, 2010, at 10:15 AM, Yusuf <m...@bali.to> wrote:



















Republika OnLine » Dunia 
Islam » Islam Mancanegara 


Surat Terbuka Lauren Booth: Mengapa Saya Memilih Islam 
(2)Kamis, 04 November 2010, 17:46 
WIB


     


Daily Mail

Lauren Booth
    

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Belum sebulan menjadi mualaf, ipar mantan perdana 
menteri Inggris Tony Blair,  Lauren Booth, kembali menjadi bahan berita. 
Kali ini ia disebut menganut Islam syiah garis keras. Tudingan itu, dilatari 
perjalanannya ke Iran yang mengantarkannya menjadi Muslim. 

Publikasi 
lain menyebut, ia menjadi Muslim hanya demi mencari popularitas. "Ia ingin 
diperhatikan," demikian sebagian orang mengomentari.

Alih-alih menanggapi 
semua tudingan, ia malah membuat surat terbuka tentang rasa syukurnya menjadi 
seorang Muslim. Suratnya itu dimuat di harian Daily Mail edisi awal pekan ini. 
Berikut ini bagian dua dari petikan suratnya yang sebelumnya dimuat di 
Republika 
Online edisi rabu (3/11): 

Bagaimana tentang perjalanan spiritual? Itu 
tak pernah terjadi pada saya. Meskupun, saya suka berdoa dan sejak kecil sudah 
mendengar cerita tentang Yesus dan para nabi sebelumnya. Saya dibesarkan dalam 
keluarga yang sangat sekuler. 

Mungkin apresiasi saya atas budaya Islam, 
terutama pada perempuan Muslim, yang menarik saya untuk mengapresiasi Islam. 
Perempuan Islam yang saya lihat di Inggris adalah yang menutup seluruh tubuhnya 
dari kepala hingga ujung kaki, kadang berjalan di belakang suami mereka, dengan 
anak-anak berbaju panjang di sekitar mereka. 

Ini sungguh kontras dengan 
kondisi wanita profesional Eropa yang umumnya sangat memperhatikan 
penampilannya. Saya, misalnya, sangat bangga dengan rambut pirang saya, dan ya, 
belahan dada saya. Ini seolah menjadi "jualan" utama kami. 

Saat bekerja 
di dunia broadcast televisi, betapa hal itu makin jelas terasa: presenter 
wanita 
menghabiskan waktu hingga satu jam untuk merias wajah dan penampilan mereka, 
hanya untuk membahas satu topik "serius" yang memakan waktu tak lebih dari 15 
menit. Apakah ini sebagian bentuk liber-ation? Saya mulai bertanya-tanya 
seberapa banyak penghormatan bagi gadis-gadis dan perempuan dalam masyarakat 
"bebas" kita. 

Pada tahun 2007 saya pergi ke Libanon. Saya menghabiskan 
waktu empat hari bersama para mahasiswi di sana, sebagian dari mereka 
mengenakan 
cadar. Mereka tetap tampak menawan, mandiri, dan bebas berpendapat. Mereka 
semua 
bukan gadis yang pemalu, atau mereka akan segera dipaksa untuk menikah, seperti 
yang sering kita dengar di Barat.

Suatu waktu mereka menemani saya 
mewawancarai seorang syekh yang disebut-sebut dekat dengan milisi Hizbullah. 
Saya sangat terkejut ketika melihat bagaimana syekh itu memperlakukan pada 
gadis 
yang menemani saya ini. Saat Syekh Nabil  yang mengenakan surban dan jubah 
cokelat berbicara tentang topik yang "menantang" -- tentang pertukaran tawanan 
-- mereka tergelitik untuk angkat bicara. Mereka bebas bertanya dan menyatakan 
apapun, termasuk angkat tangan untuk menyela sang Syekh yang tengah berbicara. 


Ada hal lain yang berubah kemudian dalam diri saya.  Semakin banyak 
waktu saya habiskan di Timur Tengah, semakin sering saya minta diantar ke 
masjid. Hanya untuk kepentingan pesiar, begitu saya selalu meyakinkan pada diri 
saya. Walaupun faktanya, saya mendapatkan lebih dari sekadar "wisata" belaka. 


Bebas dari aneka patung dan bangku, saya melihat mereka duduk begitu 
saja dengan anak-anak bermain di sekitarnya, beberapa memakan bekal mereka, dan 
wanita tua duduk di atas kursi roda mereka membaca Alquran. Mereka membawa 
"kehidupan" mereka ke masjid, dan membawa "masjid" ke dalam rumah-rumah mereka. 


Dan tibalah suatu malam saat saya mengunjungi kota Qom, di bawah kubah 
emas yang disebut Fatimah Mesumah (Fatimah Sang Teladan), sama seperti 
perempuan 
lainnya di sana, tiba-tiba saya bergumam nama Allah beberapa kali, ketika 
memegang pagar makam Fatimah. 

Ketika saya duduk, sebuah kenikmatan 
spiritual menyergap saya. Bukan kenikmatan yang seolah mengangkat kita dari 
tanah, tapi kenikmatan yang memberi kedamaian penuh. Saya duduk di sana untuk 
waktu yang lama. Seorang wanita muda di samping saya membisikkan, "Suatu 
keajaiban tengah terjadi pada Anda". 

Ya, seketika saya tahu. Saya bukan 
lagi "turis dalam Islam", tapi telah menjadi umat, bagian dari komunitas 
Muslim, 
dan terkait dengan seluruh Muslimin. 

Untuk pertama kalinya saya 
merasakan ingin lari dari situasi ini. Ada beberapa alasan; Apakan betul saya 
telah siap berpindah agama? Apa yang akan ada dalam pikiran teman-teman dan 
keluarga kalau saya menjadi Muslim? Apakah saya siap untuk mengubah banyak hal 
dalam perilaku keseharian saya? 

Dan yang terjadi kemudian adalah hal 
yang benar-benar aneh. Saya tidak merasa khawatir tentang hal-hal itu, karena 
entah bagaimana menjadi seorang Muslim sangat mudah - meskipun masalah yang 
akan 
saya hadapi sangat berbeda, tentu saja.

Untuk memulai, Islam menuntut 
banyak belajar, namun saya ibu dua anak dan bekerja penuh waktu. Anda 
diharapkan 
untuk membaca Alquran dari awal hingga akhir, ditambah dengan bertemu imam dan 
segala macam aturan bagi orang yang sudah tercerahkan. Kebanyakan orang akan 
menghabiskan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sebelum menyatakan 
keislamannya. Saya bisa melewatinya.

Kini saya menjalin hubungan dengan 
beberapa masjid di North London, dan saya pergi ke sana setidaknya sekali 
seminggu. Saya tidak mengkotakkan diri saya apakah saya seorang Syiah atau 
Sunni. Bagi saya, hanya ada satu Islam dan satu Allah. 

Mengadopsi 
pakaian, harus saya akui, lebih sulit dari yang Anda pikirkan. Menggunakan 
jilbab artinya saya berubah secara lebih cepat lagi. Dan, saya melakukannya 
beberapa pekan lalu. Untunglah, cuaca di luar dingin, jadi hanya sedikit orang 
yang memperhatikan. 

Beberapa orang di tempat kerja saya bisa menerima, 
sebagian lain mencibir, bahkan menganggap palsu konversi keyakinan saya. Tapi 
sekarang, saya mulai bisa mengabaikan komentar-komentas negatif mereka. 
Beberapa 
orang mungkin tak bisa paham tentang perjalanan spiritual, dan berbincang 
tentang itu justru membuat mereka ketakutan. 
Lepas dari semua itu, satu yang menjadi perhatian saya saat ini adalah: saya 
akan tetap profesional. Beberapa aktivias lama akan tetap saya lakukan. Saya 
akan tetap menjadi aktivis pro-Palestina, dan tak akan berhenti. Inggris adalah 
negara yang lebih toleran, setidaknya dibanding Prancis dan Jerman. 

Saya 
beruntung bahwa saya mempunyai hubungan yang kuat dengan orang-orang di sekitar 
saya. Reaksi dari teman-teman saya yang non-Muslim lebih pada penasaran 
daripada 
bermusuhan. "Apakah itu akan mengubahmu?" Mereka bertanya. "Bisakah kita tetap 
berteman? Bisakah kita pergi minum?"

Jawaban atas dua pertanyaan pertama 
adalah: ya. Yang terakhir kemungkinan besar adalah, tidak.

Hubungan saya 
dengan ayah saya mungkin memang tidak bagus, dan susah memintanya memahami 
konversi keyakinan saya. Saya dan ibu saya memiliki hubungan yang buruk sejak 
saya menginjak dewasa, namun kami membangun sebuah "jembatan" hubungan dan dia 
selalu mendukung saya. Ketika saya bilang saya menjadi Muslim, dia menjawab, 
"Bukan menjadi itu (Muslim). Kudengar tadinya kau menjadi Budha." Namun kini 
dia 
memahami dan menerimanya. 

Suatu saat jika harus menikah lagi, saya ingin 
suami saya seorang Muslim. Jika ditanya apakah anak-anak saya akan menjadi 
Muslim juga, saya tak bisa menjawabnya. Semua terserah mereka. Anda tak bisa 
mengubah hati seseorang bukan? (Selesai)
 
Catatan: Beberapa bagian suratnya kami penggal, tetapi tidak mengurangi arti 
secara keseluruhan.









    
     

    
    __._,_.___

        
  
   
    
      
        
          Reply to sender |
        
          Reply to group |
                  Reply via web post |
                Start a New Topic
      

                Messages in this topic
          (3)
           






      Recent Activity:

    
            
      New Members
      1
    
                                              
    
  
    Visit Your Group
  


      
      


      =============================================================



Untuk daftar/berhenti Secara otomatis (Tanpa bantuan Admin):



Mendaftar: kirim email kosong ke pengajian-sf-subscr...@yahoogroups.com

Berhenti : kirim email kosong ke pengajian-sf-unsubscr...@yahoogroups.com

Untuk Pemberitahuan Organizasi saja: ikuti milis ps...@yahoogroups.com



=============================================================      


    
  

  
  Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use




   

  
  
  



     




     

  .


   


__,_._,___


 



  






      

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke