bunda-bunda, ibu-ibu, mama-mama, mami-mami, jangan menyesal kalau sudah 
terjadi....

Hanny
Jakarta

--- Pada Kam, 11/11/10, Syafrinal Syarien <ssyar...@yahoo.com> menulis:

Dari: Syafrinal Syarien <ssyar...@yahoo.com>
Judul: [...@ntau-net] Mandikan Alif, Bunda...
Kepada: rantaunet@googlegroups.com
Tanggal: Kamis, 11 November, 2010, 11:29 PM

Very touching essay from Kompasiana..

-------------------------------------
Mandikan Alif, bunda.. 
OPINI Anggun Nur | 02 December 2009 | 16:55  178  5 
  
Alifya, anak mereka lahir ketika Rani baru saja diangkat sebagai Staf Diplomat 
bertepatan dengan tuntasnya suami Rani meraih PhD. Ketika Alif, panggilan untuk 
puteranya itu berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila saja. Frekuensi 
terbang dari satu kota ke kota lain dan dari satu negara ke negara lain makin 
meninggi.

Saya pernah bertanya , “Alif ga terlalu kecil untuk sering ditinggal ?”Dengan 
sigap Rani menjawab : ” Saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya.Everything 
is ok.” Dan itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya 
walaupun lebih banyak dilimpahkan ke baby sitter betul-betul mengagumkan. Alif 
tumbuh menjadi anak yang lincah, cerdas dan pengertian. Kakek neneknya selalu 
memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu tentang ibu-bapaknya.” 
Contohlah ayah-bunda Alif kalau Alif besar nanti.” Begitu selalu nenek Alif 
bilang disela-sela dongeng menjelang tidurnya. Tidak salah memang.

Siapa yang tidak ingin memiliki anak atau cucu yang berhasil dalam bidang 
akademis dan pekerjaannya. Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau 
Alif minta adik. Waktu itu Ia dan suaminya menjelaskan dengan penuh 
kasih-sayang bahwa kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan 
seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini “dapat memahami” orang 
tuanya.Mengagumkan memang. Alif bukan tipe anak yang suka merengek.

Kalau kedua orang tuanya pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Cerita Rani, 
Alif selalu menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Rani bahkan menyebutnya 
malaikat kecil. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orang 
tua sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam hati kecil saya 
menginginkan anak seperti Alif.

Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak 
dimandikan baby-sitternya. ” Alif ingin bunda yang mandiin.” Tentu saja Rani 
yang dari detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, jadi gelisah. 
Akhirnya, suaminya turut membujuk agar Alif mau mandi dengan tante Mien, 
baby-sitternya. Persitiwa ini berulang sampai hampir sepekan,” Bunda, mandiin 
Alif?” begitu setiap pagi. Rani dan suaminya berpikir, mungkin karena Alif 
sedang dalam masa peralihan ke masa sekolah jadinya agak minta perhatian.Suatu 
sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. ” Bu, Alif deman dan 
kejang-kejang, Sekarang di Emergency”. Saya pun ngebut ke UGD. But it was too 
late. Allah sudah punya rencana lain.

Alif, meninggal dunia.Rani, bundanya tercinta, yang ketika diberi tahu sedang 
meresmikan kantor barunya, shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya 
keinginannya adalah memandikan anaknya. Dan itu memang ia lakukan, meski 
setelah tubuh si kecil terbaring kaku. ” Ini bunda, Lif. Bunda mandiin Alif.” 
Ucapnya lirih, tapi teramat pedih.Ketika tanah merah telah mengubur jasad si 
kecil, kami masih berdiri mematung. Hening sejenak. Angin senja berbaur aroma 
kamboja. Tiba-tiba Rani tertunduk. ” Aku ibunya, ” Bangunlah Lif. Bunda mau 
mandiin Alif. Beri kesempatan bunda sekali lagi, Lif”. Rintihan itu begitu 
menyayat. Detik berikutnya ia bersimpuh sambil mengais-ngais tanah merah ?

saya tidak ingin membahas perbedaan sudut pandang pembagian tugas suami isteri. 
Hanya saja, sekiranya si kecil kita juga bergelayut : “Mandiin aku, Bunda .” 
Akankah kita menolak ?

http://sosbud.kompasiana.com/2009/12/02/mandikan-alif-bunda/





      

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.


-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke