Mak Ngah.

Patut dipertanyakan, apakah kita mengerti dan mau jadi bandara
International? Kalau ya, maka yang paling penting standard pelayanan baik
pelayanan pesawat maupun pelayanan penumpang harus berkualitas
international. Bukan hanya dengan adanya kantor imigrasi dan bea cukai
disana sudah dianggap bandara international.

Nan paling penting adalah mental para pelaksana lapangan di bandara itu
betul berlaku dan bertindak sebagaimana nan diperlukan oleh bandara
international. Tidak bisa hanya dengan ucapan dan apalagi hanya mimpi.

Salam
Patiah



-----Original Message-----
From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On
Behalf Of sjamsir_sjarif
Sent: Sunday, November 14, 2010 1:21 PM
To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [...@ntau-net] Apakah BIM itu memang suatu International Airport?

Apakah BIM itu memang suatu International Airport?

Kalau memang, pesawat internasioal dari mana dan apa saja yang masuk ke
sana ya?
Saya dengar hanya ada satu pesawat dari Kuala Lumpur saja.

Tadinya kita harap hubungan Dunia Inernasioal melalui Singapura akan
bertambah pesat.  Dahulu malah kita gembira Bandara Tabing didatangi
pesawat-pesawat internasilal dari Kuala Lumpur dan Singapura.

Sekarang kabarnya tidak ada hubungan Singapura Padang sama sekali.
Kenapa? Tanpa ada hubungan BIM dengan Singapura yang hubungan
internasisonalnya sangat tinggi berkualistas jauh meluas, BIM belumlah
boleh dianggap sebagai suatu International Airport. Mungkinkah Singapura
yang punya standard international yang tinggi mencium yang agak ganjil
di BIM (atau sikap dan praktek-praktek Urang Awak) dan tidak mau
berurusan ke sana? Mungkin perlu dilakaukan introspeksi dalam sikap dan
manajemen dunia hubungan BIM ini. Sikap-sikap jelek yang sering
terdengar dan tercium harus diperbaiki kalau BIM memang ingin manjadi
International Airport sejati.

Yang ideal adalah, kalau memang BIM akan berperan sebagai suatu
Internatioal Airport, penerbangan-penerbangan dari Luar negeri, baik
dari Pacific Rim, maupun dari Asia Eropah, harus diarahkan ke BIM
sebagai pintu masuk ke Indonesia. Dari BIM baru diteruskan ke Jakarta,
Bali,  dll.  Begitupun sebaliknya.

Kalau tidak, BIM hanya mimpi nama, dan peranannnya hanya seumpama
terminal oto lama Pariaman Pekan-pekan saja ...

Salam,
--MakNgah
Sjamsir Sjarif






-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke