http://www.indrapiliang.com/2010/11/19/obama-dan-sate-padang/ Harian Haluan, 19 November 2010 Obama dan Sate Padang Oleh Indra J Piliang Dewan Penasehat The Indonesian Institute Ada satu pesan di twitter penulis, ketika Barack Obama pidato di Universitas Indonesia, tanggal 10 November 2010. Bunyinya, kurang lebih: “Menurut informasi rahasia, Obama tidak suka sate Padang, Bang. Terlalu pedas.” Penulis tidak membalasnya, saking terpaku untuk menggali inti pidato Obama itu. Obama sering menyebut kata “Sate” dalam membicarakan Indonesia. Dengan banyak orang Indonesia yang menemuinya, baik di Amerika Serikat ataupun di Indonesia. Tapi tidak begitu jelas, sate apa yang dimaksud oleh Obama. Bagaimanapun, Indonesia memiliki banyak sate dan soto. Sate Padang, sate ayam, sate kambing, sate rusa (di Merauke, Papua), sate Madura, sate Bali, dan lain-lain. Setiap sate itu berbeda rasa, berbeda kemasan, berbeda daerah. Sate adalah wujud binneka tunggal ika (17 huruf) yang disebut Obama dalam pidatonya. Bukan bhinneka tunggal ika (18 huruf), sebagaimana diketahui selama ini. Dalam buku “6000 Tahun Sang Merah Putih” yang terbit tahun 1953, Muhammad Yamin jelas mengeja 17 huruf itu, ketimbang yang dipakai kini yang 18 huruf itu. Kenapa sate jadi bagian dari binneka tunggal ika itu? Karena sate ditusuk pakai lidi. Orang sering mengatakan bahwa lidi kalau sendiri mudah patah, sementara kalau bersama akan kuat dan bisa menjadi sapu. Tetapi, semakin jarangnya orang Indonesia memakai sapu lidi, menyebabkan masyarakat makin melupakannya. Sapu lidi mungkin kehilangan sumberdaya utama, yakni pohon-pohon kelapa. Di kota-kota besar, lidi dari pohon kelapa itu digunakan untuk menusuk sate. Lidi yang sama menusuk sate apa saja, terutama sate dari daging sapi. Sate Padang salah satunya. Untuk menusuk daging kambing, biasanya digunakan lidi yang terbuat dari bambu. Di luar Sumbar, bahkan daging ayampun ditusuk dengan bambu, bukan dengan lidi pohon kelapa. Bisa dikatakan, Sate Padanglah kolaborasi ideal antara lidi pohon kelapa dengan daging sapi atau kerbau. *** Obama bukan seorang Indonesianis atau yang belajar lama tentang Indonesia. Ia tetaplah seorang warga negara Amerika Serikat yang memandang Indonesia dan keindonesiaan sebagai hal penting. Lebih dari itu, Ia adalah bocah berusia 6 tahun ketika pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1967. Kini, Ia tak lagi bocah di usia jelang 50 tahun. Ia presiden di negara terkuat di dunia. Andai Obama adalah Indonesianis atau sejarawan, bisa dibayangkan bagaimana indahnya Ia orasi tentang Indonesia. Pidato yang disampaikan di Universitas Indonesia itu saja sudah menggetarkan. Tentu, bagi orang-orang yang tak pernah mengikuti pidato Obama. Sekalipun menggunakan teleprompter, Obama bisa menyelipkan kata-katanya sendiri. Ia terikat kepada sejumlah teks dalam teleprompter, tetapi Ia juga jenius merangkai kata-kata sendiri. Langsung. Genuine. Asli. Binneka Tunggal Ika diingat(kan) Obama tentang keindonesiaan. Sebuah negara besar di antara dua samudera: Hindia dan Pasifik. Sebuah negara yang oleh satu buku disebut sebagai “ciri” Benua Atlantis yang hilang. Pembangunan, demokrasi, relegiusitas, adalah tiga pokok pikiran yang tak asing lagi, tapi diulang Obama. Obama bukan hanya, “Pulang kampung, nih”, tetapi juga memulangkan sejumlah kosa-kata yang jarang dipakai oleh Presiden Republik Indonesia, sekalipun. Pidato resmi dengan teks-teks sakral, tetapi tak membuat kantuk. Andai Obama adalah sejarawan, tentu akan dengan mudah mengingat bahwa Indonesia tak bisa menggantungkan diri kepada diri sendiri. Dalam buku The Audacity of Hope, Obama telah mengurai itu: Indonesia yang kehilangan dirinya akibat pilihan-pilihan strategis kepentingan dunia. Indonesia yang berayun terus, dalam arus badai utara dan timur, di belahan selatan. *** Kembali ke tusuk sate, bagaimana mengartikan pidato Obama itu? BinnekaTunggal ika adalah jejak yang bersumber dari penggalian atas artefak-artefak di masa lalu. Walau tak memberi pengaruh apa-apa pada sekitar tahun 1945, Binneka Tunggal Ika adalah aksara yang masih utuh. Ia diingat, dari kisah-kisah lama. Ia terpahat, di dalam candi-candi alam tropis yang masih bertahan. Muhammad Yamin menggali istilah Binneka Tunggal Ika itu. Putra Talawi itu memang gigih, segigih para penambang batu-bara di Sawahlunto. Bukan hanya itu, Yamin menyigi arti burung garuda sebagai lambang negara, sekaligus juga merah-putih sebagai bendera negara. Hampir seluruh dimensi diurai. Teknik yang dipakai Yamin adalah menyama-nyamakan apa yang dia pikir sebagai keindonesiaan itu, dengan setiap hal yang ada di setiap daerah. Termasuk makanan, seni, petatah-petitih, ataupun jenis-jenis burung dan binatang lainnya. Yamin adalah seorang penggali. Ia ikat lagi serakan-serakan atau sobekan-sobekan pengetahuan atau dokumen pikiran dalam sejarah Indonesia. Ia telanjur menyebutnya sebagai sejarah. Dalam bentuk lebih moderen, sejarah lebih berkaitan dengan dokumen demi dokumen yang dirangkai oleh sejarawan menjadi kisah. Yamin memang menggabungkan arkeologi, antropologi, sampai sejarah, dalam menyusun “doktrin” keindonesiaan. Lalu, ada lagi Muhammad Hatta. Hatta tidak mengedepankan keutuhan tunggal dalam kemajemukan. Dalam hal ini, istilah paling terkenal adalah “Persatuan Indonesia, bukan Persatean Indonesia”. Sate, dalam makna Hatta, barangkali adalah lidi yang menusuk daging keindonesiaan itu menjadi sesuatu yang seragam. Entah Hatta menyukai sate atau tidak, makna yang dibangun Hatta terlihat lebih alami. Persatean adalah sesuatu yang terpaksa, sebagaimana tusuk sate terlebih dahulu perlu diraut dan dikerat. Lidi dipisahkan dari daunnya. Dalam makna Hatta, barangkali persatuan itu adalah mimpi yang jauh tentang negara federal. Negaranya Presiden Barack Obama. Dan mungkin juga, dalam pikiran seorang Obama, binneka tunggal ika itu adalah Amerika yang dia bayangkan. Ketimbang Indonesia. Ketimbang negara berpancasila ini... Hanya dengan sate, Hatta dan Obama punya satu kesamaan pandangan. Benarkah? Entahlah. Penulis hanya ingin mencari sate Padang...
-- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.