“PSSI Memutar Kompetisi Yang Kehilangan Makna” Oleh : Jepe
Sekali lagi, betapa tidak profesionalnya PSSI dibawah kendali Nurdin Halid dalam memutar kompetisi sepakbola antar klub di Indonesia yang dikenal dengan Liga Indonesia (LI), coba anda simak klasmen sementara LI sampai akhir pekan ini maka akan dijumpai sebuah Klub telah memainkan laga sebanyak 10 kali yaitu Deltras dan Persela sementara 3 Klub lainnya Semen Padang,Sriwijaya FC dan Persib telah menyelesaikan 6 laga. Kejomplangan dalam memutar LI ini tentunya akan menghilangkan makna sebuah kompetisi tersebut. Mari kita simak dulu sebagai perbandingan liga-liga Eropa yang sedang bergulir betapa berdenyut dan bernyawa kompetisi antar klub di Negara masing-masing di putar tiap Minggu yang rata-rata setiap Klub memainkan jumlah partai yang sama diakhir pekan, kalaupun ada sebuah klub yang masih menyimpan sisa laga itu hanya 1 partai saja dan biasanya pada hari Senin (dini hari WIB) semua Klub telah memainkan jumlah laga yang sama. Saya pikir sesuatu yang sederhana dan mudah saja di contoh oleh PSSI dalam memutar jadwal liga seperti liga-liga di Eropa, tapi entah kenapa dan ada apa dibalik semua ini. Apakah disengaja, tidak disengaja atau ada hal-hal tertentu sehingga jadwal kompetisi LI tidak bisa dilakukan secara serentak dan setiap klub memainkan jumlah laga yang sama. Kenapa saya berani berkata cara-cara PSSI memutar LI yang tidak serentak dan antara satu klub dengan klub yang lain sangat “jomplang” dalam menyelesaikan laga seperti yang saya contohkan diatas menghilang makna sebuah kompetisi. Salah satunya adalah bisa saja nantinya ketika mulai mendekati akhir kompetisi maka klub-klub yang secara matematis perolehan poinnya (Menang 3 poin, seri 1 poin, kalah 0 poin) tidak berpeluang lagi menjadi juara sementara klub ini masih menyimpan sisa 4 laga lagi dari maksimal partai yang harus dimainkan, maka klub ini akan main mata dan menjual sportifitas kepada klub lainnya yang berpeluang besar diakhir kompetisi menjadi juara dan banyak kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi yang berakibat hilangnya sebuah makna kompetitif dan jiwa olah raga yang menjunjung tinggi sikap sportif dan fair play yang selalu dikampanyekan oleh FIFA. Anda pemerhati dan penikmat sejati Liga Eropa, jika iya tentunya anda akan merasakan betapa bernyawa dan berdenyutnya mereka menjalankan kompetisi yang penuh makna. Organisasi sepakbola masing-masing Negara begitu professional dalam mengatur jadwal setiap partai yang dimainkan antar klub sehingga menutup kemungkinan klub-klub raksasa dengan kekayaan dan kekuasaan petinggi klub bisa mengatur klub-klub kecil. Kompetisi dimainkan sesuai jadwal yang telah ditentukan dan tidak pernah ditunda apapun alasannya kecuali dalam keaadan “force major” seperti badai salju dan cuaca dingin yang buruk sehingga lapangan hijau tertutup salju. Kita bisa simak jika sebuah partai yang krusial serta menentukan nasib sebuah klub apakah degradasi ataupun menjadi juara maka dimainkan pada hari, jam bahkan menit yang sama. Ini bisa kita saksikan juga nantinya di fase penyisihan group Liga Champion (UCL) pada partai terakhir (game ke 5) maka semua klub dalam klub-klub dalam satu group akan memainkan partai terakhir mereka secara serentak, tujuannya sangat jelas agar kompetisi selalu terjaga makna dan mutunya. Jika begini PSSI dibawah kendali Nurdin Halid memutar kompetisi yang kehilangan makna sangat wajar sepakbola Nasional kita minim prestasi dan bahkan bertambah mundur ini dibuktikan ditingkat Negara-negara ASEAN saja kita telah menjadi ayam sayur, kalaupun dulu di Era keemasannya selalu menjadi Ayam Jago tapi sekarang Ayam Jago itu untuk berkokok lebih keras lagi begitu susah diantara Ayam-Ayam Jago ASEAN lainnya seperti Thailand, Vietnam,Malaysia dan Singapur bahkan dengan Negara Laos yang baru kemaren sore mengenal sepakbola Timnas kita sulit bersaing , bisa jadi mental para pemain daya juang dan semangat kompetitifnya tidak ada “gereget” akibat kompetisi yang digelar setiap tahunnya oleh PSSI selalu berubah format, tidak tepat jadwal sesuai yang ditentukan sehingga seharusnya klub diakhir pekan memainkan jumlah partai yang sama. Jika sebuah klub LI masih menyisakan 4 laga dari maksimal yang seharusnya diselesaikan secara serentak 10 laga sesungguhnya kompetisi tersebut telah kehilangan makna dan terlalu banyak hal-hal yang buruk akan terjadi jika PSSI tidak membenahi jadwal kompetisi LI ini sesegera mungkin, tapi Nurdin Halid dan kaki tangannya selalu tidak pernah mendengar kritikan yang membangun dari para masyarakat pecinta sepakbola Nasional. Pekanbaru, 21 Nopember 2010 -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.