Salam,

 

Sekedar ingin mandapek pencerahan dari dotor-dotor kito di milis ko.

Ba a kok rs di indonesia selalu berita e mode koh... 

Ba a kok indak ado semacam corporate social responsibility dari rs di
indonesia diberitakan, apokoh memang tak ado.

misal e... di rs tuh, gratis imunisasi, kb, sunatan, dll tanpa mengenal
waktu, tampek, siapopun pasien e...

ado departemen khusus / independent di rs tu, untuak man-cek mampu/tak mapu
e pasien. Jikok tak mampu, gratiskan!

 

ambo dapek carito dari kawan subalah, dotor mato untuak mandapek an gelar
spesialis bedah mato, namuah hati e pai kakampuang-kampuang mancari urang
nan kanai katarak untuak dioperasi gratis, karano itu syaraik mandapek gelar
tuh... apolah jadi e kalau indak ado syaraik mode tuh untuak mandapek an
gelar spesialis bedah mato. CMIIW, siapo tau salah statemen koh.

Saroman jikok sumbayang jumaek kalau indak wajib jumaah di masajik, alah
bisa dibayang mode a langang e musajik.

 

Nampak e bisnis rumah sakik koh menggiurkan, bagi nan bapitih silakan lirik.

Lain di medan lain pulo di padang, mintuo ambo tahun baru hijriyah ka patang
malam-malam dibaok ka bmc karano [maaf] panyakik lah gaek, tarnyato dotor
indak ado, libur kato e. Hal iko mambuek ambo agak galak-galak senggeang...
ba kok baitu...? rs tu mode mall sajo menuruik pamikiran minim ambo,
petak-petak ruangan di rs disewa ka dotor, tasarah dotor tu niyo bukak kadai
atau indak, haha...

Baitu pulo alaik-alaik dan ruangan ok atau ruangan apolah namo e, di sewa
kan.

 

dicaliak dari alamaik e warga koh mungkin dakek rumah ambo di bandar setia,
warga koh di dusun 5, ambo di dusun 3.

Mode biaso, ambo masih indak juo bisa babuek apo-apo salain mando'akan sajo
jo geleang2 kapalo, hehe...

Starberita - Medan
<http://www.starberita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1514
3:kasihan-rs-elisabeth-tak-beri-toleransi-pasien-gadai-rumah&catid=158:sosia
l&Itemid=391> , Orangtua pasien miskin terpaksa menggadaikan rumahnya
setelah pihak RS Elisabeth tidak memberikan toleransi untuk mempermudah
proses pembayaran biaya perawatan anaknya di rumah sakit tersebut. Kisah
memilukan ini dialami Nazaruddin Nasution, warga Jalan Terusan, Dusun V,
Bandar Setia.

Nazaruddin menceritakan, saat itu dirinya terpaksa membawa anaknya, Rizki
Zulkarnain (17) ke RS Elisabeth akibat mengalami kecelakaan pada 29 November
2010 lalu, karena ruang Intensive Care Unit (ICU) di sejumlah rumah sakit
pemerintah penuh pasien. "Saat itu, anak saya dalam kondisi kritis akibat
kecelakaan. Dari sekian banyak rumah sakit yang dihubungi, hanya ruang ICU
RS Elisabeth yang masih memiliki tempat tidur kosong. Jadi, kami terpaksa
membawanya kemari hanya untuk menyelamatkan jiwanya. Ternyata, masalahnya
semakin rumit," jelasnya, Rabu (8/12).

Nazaruddin mengaku telah menggadaikan rumahnya dan membutuhkan waktu
beberapa hari untuk mendapatkan pinjaman uang guna membayar biaya perawatan
Rizki di ruang ICU. Sementara, Rizki belum juga dipindahkan dari ruang ICU
meski dokter menyatakan kondisinya mulai pulih dan bisa dirawat di ruang
biasa sejak Jumat (3/12) lalu. Akibatnya, biaya perawatan Rizki terus
membengkak hingga mencapai Rp14 Juta karena pihak RS Elisabeth menganggap
Rizki masih menjalani perawatan di ruang ICU dan petugas di ruang ICU tidak
memperbolehkan Rizki pindah sebelum pihak keluarga membayar seluruh biaya
perawatan selama di ruang tersebut.

"Kalau anak saya dipindahkan ke ruang rawat biasa, tentu pertambahan
biayanya tidak begitu besar. Sebab, biaya perawatannya akan dihitung sesuai
tarif ruang perawatan biasa. Tapi karena Rizki masih tertahan di ruang ICU,
maka pertambahan biaya perawatannya dihitung berdasarkan tarif ruang ICU.
Padahal, Rizki tidak lagi membutuhkan perawatan di ruang ICU. Anehnya, biaya
perawatan di ruang ICU tersebut terus bertambah," kata Nazaruddin.

Lanjutnya, biaya Rp14,5 juta itu hanya untuk perawatan di ruang ICU. Belum
lagi biaya tindakan operasi yang mencapai Rp20 juta. Karena tidak ada uang,
maka Rizki tidak bisa dioperasi. Padahal Rizki mengalami luka serius pada
kepala. Rencananya, Rizki akan kami pindahkan ke rumah sakit pemerintah.
Tapi belum bisa dikeluarkan dari ruang ICU RS Elisabeth," ujar Nazaruddin
sambil tertunduk lesu.

Sementara itu, Humas RS Elisabeth, dr Alfred C Satyo mengatakan, Rizki sudah
dapat keluar dari ruang ICU. Namun, saat ditanya tentang pemindahan pasien
agar pembiayaan tidak terus bertambah, dirinya menjelaskan, itu dari pihak
direksi. "Sudah di telpon pihak direksi, kalau soal itu bukan tugas saya,
cobalah minta tanggapan dari pihak direksi," ujarnya singkat. (FNR/RIS)

 

---

Wempi

 <http://nokspi.com/> NoksPi.Com

 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke