Owen Hargreaves, tidak  banyak yang kenal nama ini, kecuali fans berat
Manchester United (MU). Pemain berbakat yang pernah masuk skuat Timnas
Inggris ini, dibeli MU dari Bayern Muenchen beberapa tahun yang lalu ini
terkena cedera berat. Tetapi alih-alih membuang, Sir Alex tetap merawat dan
berusaha memulihkan kebugaran fisik dan kepercayaan diri Hargreaves.

Tidak suka jalan pintas,memanusiakan dan membina pemain sejak usia dini, di
samping disiplin, adalah kunci mengapa MU selalu berada di papan atas Liga
Inggris dan Eropah. Karena itu banyak pemain-pemain bintang yang betah di
sana. MU sangat jarang membeli pemain-pemain bintang pada saat puncak
kematangannya. Bandingkan misalnya dengan Chelsea dan Manchester City di
Liga Inggris dan Real Madrid di Spanyol.

Dan jalan pintas, akan merekrut lebih banyak lagi pemain bintang melalui
naturalisasi, inilah yang dikritik keras oleh Editorial  Media Indonesia
hari ini, dan sebelumnya oleh sejumlah wartawan dan pencinta sepak bola
nasional.

"Sebaiknya kita belajar dari Singapura. Inilah negara ASEAN pertama yang
menerapkan konsep naturalisasi pemain pada 2002 dengan hasil yang
membanggakan. Tapi sekarang, di Piala Suzuki AFF 2010 ini, Singapura remuk,"
demikian antara lain tulis Media Indonesia, yang saya kopas dengan lengkap
di bawah ini.

Tetapi seperti biasa, di sini orang memang bebas mengritik. Tetapi seperti
yang lazim terjadi, sekeras apapun kritik tidak akan mengubah apa-apa.

Antahlah Yuang.

 

Wassalam, HDB-SBK


Jangan Banggakan Naturalisasi


 

Editorial Media Indonesia, Sabtu, 18 Desember 2010 00:00 WIB      0 Komentar
0   0

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/12/18/188969/70/13/Jangan-Banggakan-
Naturalisasi-

UPAYA PSSI membesut tim nasional dengan program naturalisasi pemain asing
guna memperkuat tim 'Merah Putih' mulai menunjukkan hasil. Dalam ajang Piala
Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF) 2010 yang masih berlangsung, hingga babak
semifinal Indonesia menjadi tim paling menonjol.

Dengan determinasi dan produktivitas gol yang berhasil dicapai saat
menghadapi Malaysia dan Laos di babak penyisihan, tim 'Merah Putih'
menunjukkan permainan yang selama ini tidak pernah berhasil ditampilkan.
Setelah menundukkan Thailand, di babak semifinal pertama skuat 'Merah Putih'
pun berhasil mengalahkan 'tuan rumah' Filipina sekalipun hanya dengan skor
1-0.

Dengan semua kemenangan itu, tim nasional pun mulai meraih simpati penonton
sekaligus menumbuhkan bibit kebanggaan atas tim nasional yang sudah lama
pupus dan belum pernah berhasil dibangkitkan kembali.

Ada dua kunci kemajuan. Pertama, peranan pelatih asal Austria, Alfred Riedl.
Ia tidak hanya keras menegakkan disiplin, tetapi juga mampu meramu permainan
menyerang yang atraktif.

Kedua, kontribusi pemain naturalisasi Cristian Gonzales, yang kemudian juga
menjadi pijakan bagi Badan Tim Nasional (BTN) PSSI untuk melangkah lebih
jauh lagi menerapkan konsep naturalisasi. Kewarganegaraan dua pemain
keturunan asal Belanda segera diproses untuk masuk tim nasional. Lima pemain
asing lainnya pun sudah masuk daftar berikutnya demi memperkuat tim nasional
menghadapi ajang SEA Games dan Pra-Piala Dunia 2011.

Harus diakui, program naturalisasi pemain, sampai tingkat tertentu, telah
menciptakan perbedaan dalam persepakbolaan nasional kita. Pertanyaannya,
bukankah itu jalan pintas yang kelak justru menghancurkan kapabilitas anak
bangsa?

Sebaiknya kita belajar dari Singapura. Inilah negara ASEAN pertama yang
menerapkan konsep naturalisasi pemain pada 2002 dengan hasil yang
membanggakan. Tapi sekarang, di Piala Suzuki AFF 2010 ini, Singapura remuk.

Setiap negara tentu memiliki alasan untuk menjalankan program
pewarganegaraan itu. Singapura yang berpenduduk 5 juta jiwa masuk akal
menggunakan naturalisasi sebagai jalan keluar. Dengan jumlah penduduk lebih
dari 230 juta jiwa, tepatkah kita menerapkan konsep itu?

Harus dicermati pula jangan sampai naturalisasi menjadi andalan untuk
membenahi olahraga atau bidang-bidang lain yang karut-marut di negeri ini.
Sekalipun naturalisasi merupakan metode yang sah, ia hanya efektif jangka
pendek. Itulah sebabnya Malaysia tegas menolak naturalisasi dan memilih
menempuh jalan panjang yang lebih membanggakan, yaitu membina atlet muda.

Alih-alih mengatasi persoalan substansial, naturalisasi yang merupakan jalan
pintas itu akan menghambat kemampuan bangsa untuk mengembangkan potensi
sendiri. Suatu hari, karena frustrasi dengan kemampuan pemimpin nasional,
jangan-jangan kita pun latah menggunakan naturalisasi pemimpin asing.

 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke