SEBUAH berita duka bagi bangsa Indonesia, lebih khusus untuk Sumatera Barat. Mantan Menteri Koperasi tiga periode, Letjen Purn. H. Bustanil Arifin, S.H. meninggal dunia di Rumah Sakit Cedars Sinai, Los Angeles, AS, di usia 85 tahun, pada hari Minggu (13/2/2011) pukul 03.42 waktu setempat atau pukul 15.42 WIB. Orang dekat mantan Presiden Soeharto (Alm.) ini dirawat di rumah sakit tersebut sejak akhir Januari lalu. "Semua anak beliau dan istri sekarang masih di Amerika. Mereka mengantar kepergian beliau," kata Dian Supolo, salah seorang kerabat Almarhum, melalui telepon, sebagaimana dikutip Kompas.com tadi malam. Dian mengatakan, almarhum akan dimakamkan di Indonesia. Jika sesuai rencana, jenazah akan tiba di Tanah Air hari Sabtu mendatang.
Lahir di Padang Panjang, tumbuh di Aceh, ia dikenal sebagai orang dekat keluarga Soeharto. Bustanil Arifin adalah pejabat tinggi yang dikenal dermawan, lebihlebih kepada tanah kelahirannya. Memulai karier sebagai perwira militer hingga mencapai pangkat Letnan Jenderal, nama Bustanil selama puluhan tahun identik dengan jabatannya sebagai kepala Bulog dan Menteri Koperasi. Bustanil dilahirkan di Padang Panjang pada tanggal 10 Oktober 1925. Ayahnya bernama Ahmad Idris, seorang pemborong pada zaman Belanda. Di masa kecil dan remajanya, Bustanil mengecap pendidikan di HIS (1940) dan MULO (1942) di Medan. Dia menyukai pelajaran sejarah, terutama tentang tokoh-tokoh besar dunia, dan bercita-cita menjadi tentara. Pada zaman pendudukan Jepang, saat masih 18 tahun, Bustanil ingin mewujudkan cita-citanya dengan mengikuti latihan militer di Batusangkar. Setelah mengikuti latihan militer itu dan lulus tes bakat dengan hasil baik, Bustanil terpilih menjadi salah seorang prajurit yang akan disekolahkan ke Akademi Militer di Tokyo, tahun 1944. Namun karena Jepang bertekuk lutut pada Amerika Serikat pada Perang Dunia II, ia batal ke Jepang walaupun waktu itu ia sudah sampai di Singapura. Gagal ke Tokyo, ia lalu dia mengikuti pendidikan khusus tiga bulan di Aceh. Harapannya menjadi perwira tentara terkabul pada 1946. Dia langsung diterjunkan ke front Medan Area, sebagai Komandan Peleton yang tergabung dalam Batalyon 3 Resimen Istimewa Medan Area, Sumatera Utara. Selama Perang Kemerdekaan, ia memang berjuang di Sumatera Utara dan Aceh. Pada masa sekitar Agresi II Militer Belanda (1948), ia bertugas sebagai Komandan Kompi di Batalion Infrantri 22 Divisi Gajah I, Lhok Seumawe. Seusai perang, Bustanil yang haus ilmu menyempatkan diri kuliah di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung, hingga meraih gelar sarjana hukum. Ketika masih mahasiswa tingkat I, ia berkenalan dengan R.A. Suhardani, siswa kelas III Sekolah Guru Kepandaian Putri, seorang gadis cantik keturunan Jawa. Tak lama kemudian mereka menikah dan akhirnya dikaruniai empat orang anak. Setelah meraih gelar Sarjana Hukum, Bustanil ditempatkan di Biro Pengajaran PPPLAD merangkap guru militer di Cimahi, Jawa Barat. Tak lama kemudian ia dipromosikan menjadi Kapala Bagian Personalia dan Pendidikan Palad di Jakarta (1961). Pada masa awal Orde Baru, ketika pemerintah mulai serius mengurus makanan rakyat, Bustanil ditunjuk sebagai Deputi Pengadaan & Penyaluran Badan Urusan Logistik (Bulog) di Jakarta (1969). Setelah itu ia ditugaskan menjabat Konsul Jenderal RI di New York, AS (1972). Hanya setahun di Amerika, ia dipanggil pulang untuk menjadi Kepala Bulog yang dijabatnya hingga 20 tahun kemudian. Selain itu, ia juga dipercaya menjadi Direktur Utama BUMN PT PP Berdikari di Jakarta (1973 -1983). Awal mula Bustanil Arifin masuk dalam jajaran pejabat tinggi negara terjadi pada awal Maret 1978. Presiden Soeharto yang sedang menyusun Kabinet Pembangunan III (1978-1983) mengundangnya ke Cendana dan mengajak Bustanil berdiskusi soal koperasi. Mulanya ia heran, Kepala Bulog kok diajak berdiskusi soal koperasi. Namun di akhir perbincangan, Soeharto menyampaikan maksudnya menunjuk Bustanil Arifin sebagai Menteri Muda Koperasi. Ketika itu Departemen Koperasi masih bergabung dengan Departemen Transmigrasi dan Tenaga Kerja. Di tangan Bustanil urusan koperasi mengalami banyak kemajuan. Sehingga, pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1988), urusan koperasi ditingkatkan menjadi departemen tersendiri dan Bustanil diangkat sebagai menterinya. Jabatan Menteri Koperasi ini kembali dipegangnya dalam Kabinet Pembangunan V (1988-1993). Selama tiga periode kabinet memimpin pembangunan koperasi di Indonesia, jabatan Kepala Bulog tetap dirangkapnya. Kedekatan Bustanil dengan keluarga Soeharto sudah berlangsung jauh sebelum ia masuk kabinet. Ketika Ibu Tien Soeharto membangun dan memimpin Yayasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tahun 1974, Bustanil Arifin ditunjuk sebagai deputi ketua. Ketika Soeharto mendirikan Yayasan Dharmais (1975), Bustanil ditunjuk menjadi bendahara. Ia juga terlibat dalam kepengurusan berbagai yayasan sosial yang didirikan Soeharto seperti Yayasan Dakab, Yayasan Amal Muslimin Pancasila, yayasan Supersemar dan lain-lain. Selain itu, Bustanil juga aktif sebagai anggota Dewan Penyantun Yayasan Jantung Indonesia (sejak 1978), dan anggota Dewan Penyantun Universitas Padjadjaran (sejak 1978), Ketua Yayasan Pendidikan Koperasi (1982) dan Ketua Yayasan Pengembangan Manajemen Indonesia (1981). Bustanil Arifin dikenal sebagai pejabat tinggi yang dermawan. Ia tidak segan-segan merogoh kocek langsung dari kantongnya untuk mentraktir para wartawan yang meliput kegiatannya; atau memberi bantuan untuk memotivasi mahasiswa KKN yang ia temui di desa-desa kala meninjau kegiatan koperasi di sana. Ia juga gampang mengulurkan tangan bagi berbagai organisasi sosial yang meminta bantuannya. Soal kesenangan bagi-bagi rezeki kepada siapa saja ini, tampaknya terbawa dari pengalaman masa kecilnya. Ayahnya, Achmad Idris, seorang pemborong. Ketika ayahnya memperoleh banyak untung, Bustanil sering memperoleh berbagai macam hadiah, berupa mainan dan alat keperluan sekolah. Tetapi, manakala sang Ayah merugi, harus sabar tidak mendapat apa-apa. Bahkan, barangbarang, termasuk rumah, pernah terpaksa dijual. Sebagai putra Minang, Bustanil mempunyai perhatian yang besar dan telah banyak memberikan sumbangsih bagi tanah kelahirannya. Ia pernah selama puluhan tahun mengabdikan diri sebagai Ketua Badan Wakaf Ruang Pendidik INS Kayutanam, meneruskan fungsi yang pernah dijabat pamannya, Abdul Hamid. Selama membina lembaga warisan tokoh pendidik Mohammad Sjafei itu, Bustanil banyak sekali memberikan kontribusinya, barupa materi maupun pemikiran. Ketika sejumlah tokoh Minang di Jakarta mengambil prakarsa mendirikan dan menggerakan Lembaga Gebu Minang, demi membantu pembangunan ekonomi dan budaya di Sumatera Barat, Bustanil Arifin turut berdiri di barisan terdepan. Bersama tokoh-tokoh Minang seperti Emil Salim, harun Zain, Azwar Anas, dan lain-lain, Bustanil duduk dan aktif dalam kepengurusan Gebu Minang. Selain itu, pintu rumahnya juga selalu terbuka untuk menerima para pejabat dan tokoh dari Sumatera Barat yang hendak berkonsultasi ataupun meminta bantuannya bagi keperluan pembangunan daerah. Sejak tahun 1980-an, Bustanil Arifin mendirikan dan membina Yayasan Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM). Di atas tanah seluas dua hektar di Silaing, Padang Panjang, ia mendirikan komplek bangunan megah bergonjong untuk menjadi tempat kegiatan PDIKM. Ia membiayai sendiri sekelompok ahli untuk mengumpulkan bahan-bahan arsip dan dokumentasi sejarah dan kebudayaan Minangkabau sampai ke Negeri Belanda. Sehingga, PDIKM memiliki koleksi arsip, dokumen, dan foto-foto serta bahan publikasi yang sangat lengkap tentang sejarah dan kebudayaan Minangkabau sejak zaman dahulu kala hingga zaman moderen ini. Bustanil Arifin ingin mendikasikan PDIKM sebagai tempat studi dan penelitian tentang sejarah dan kebudayaan Minangkabau di samping juga dapat berfungsi sebagai objek wisata pendidikan maupun kebudayaan yang menarik. Kehadiran PDIKM jelas sangat penting untuk maksud tersebut. (Hasril Chaniago) Dari : E-Paper Harian Haluan (http://www.harianhaluan.com), 14 February 2011 Wassalam Nofend/34+/M-CKRG => MARI KITA RAMaIKAN PALANTA SESUAI DENGAN VISI-NYA!! Forum komunikasi, diskusi dan silaturahmi menggunakan email ini sangat dianjurkan selalu dalam koridor topik: yang berhubungan dengan Ranah Minang, Urang Awak di ranah dan rantau, Adat dan Budaya Minangkabau serta Provinsi Sumatera Barat. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/