Bioskop dan Perfilman di Padang Tempo Doeloe
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa sudah sejak akhir abad ke -19 Padang menjadi kota 'modern', bahkan menjadi kota yang paling 'maju'di bagian barat Indonesia. Kemajuan Padang meningkat pesat setelah sarana jalan kereta api dibangun di Sumatra Barat pada 1892 menyusul pembangunan pelabuhan Emmahaven (Teluk Bayur). Sejak 1870-an Padang sudah mempunya koran (koran pertama yang muncul di kota ini bernama "Bentara Melajoe"), yang kemudian makin banyak jumlahnya (Adam 1975), baik yang berbahasa Belanda maupun yang berbahasa Melayu. Unsur kebudayaan bandar (urban) lainnya, seperti rumah bola (societeit), hotel (seperti Hotel Sumatra dan Hotel Oranje) dan komplek pertokoan yang menjual barang-barang impor dan buatan dalam negeri cukup lengkap di Padang Bahkan ikan herring yang ditangkap oleh nelayan Belanda di Laut Utara dapat dibeli di Padang pada waktu itu. Selanjutnya>> http://niadilova.blogdetik.com/?p=665#more-665 Khazanah Pantun Minangkabau # 16 - DENDAM BIRAHI YANG MENYANGSAIKAN Mungkin pembaca rubrik 'Khazanah Pantun Minang' pernah mendengar penggalan isi sebuah pantun: 'Sarancak ikolah awak / Indak bapantun agak sabuah'. Begitulah dulu: walau seseorang ganteng atau cantik, kalau tidak punya pantun agak sebait untuk membalas pantun orang, maka orang itu dianggap kurang sempurna. Semoga pembaca sudah menghapal pantun-pantun yang telah kami sajikan. Dan di nomor 16 ini kami tukuk dengan beberapa bait lagi. Selamat menikmati. 125. Mamacak aia di tuduang, Diimpik ulu sirauik, Mamakiak alang di gunuang, Mancaliak rendo dalam lauik. Selanjutnya>> http://niadilova.blogdetik.com/?p=663#more-663 Minang Saisuak #38 - Kawasan Pondok Padang SALAH SATU CENTRUM utama kota Padang tempo doeloe adalah kawasan Pondok, yang boleh dibilang merupakan salah satu kawasan elit kota ini pada di abad ke-19 hingga paroh pertama abad ke-20. Banyak orang kaya dan pejabat pemerintah, baik bangsa Eropa maupun pribumi yang membangun rumah 'mewah' di di daerah Pondok. Di kawasan ini juga berdiri toko-toko besar milik orang Eropa, Cina, dan ras Asia lainnya, dan juga toko-toko milik orang Minangkabau. Perusahaan-perusahaan milik orang Eropa dan pribumi, serta beberapa surat kabar, juga berkantor di Pondok. Rubrik 'Minang Saisuak' Singgalang Minggu kali ini menurunkan foto klasik kawasan Pondok Padang di awal tahun 1930-an. Foto ini aslinya berupa kartu pos (prentbriefkaart) berukuran 9,5 x 15 cm. yang dibuat tahun 1930 (sebuah foto lagi mengenai toko ini yang dibuat tahun 1910 tersimpan di KITLV Leiden). Selanjutnya>> http://niadilova.blogdetik.com/?p=659#more-659 Wassalam Nofend/34+/M-CKRG => MARI KITA RAMaIKAN PALANTA SESUAI DENGAN VISI-NYA!! Forum komunikasi, diskusi dan silaturahmi menggunakan email ini sangat dianjurkan selalu dalam koridor topik: yang berhubungan dengan Ranah Minang, Urang Awak di ranah dan rantau, Adat dan Budaya Minangkabau serta Provinsi Sumatera Barat. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/