Aww. Duns Undri / Nofendri T. Lare Yth. aaa) Terima kasih atas kiriman tulisan tasabuik. Barangkali iko adolah suatu bantuak manifestasi dan situasi kondisi kekinian masyarakat Minangkabau dengan ABS SBK menghadapi globalisasi nan alah marasuak ka Nagari. bbb) Pemikiran back to Nagari dikaitkan dengan implementasi ABS SBK memang waktunyo kito mengkaji ulang melalui " zero sum approach" khususnya takaiek jo pokok email diateh. ccc) Kami sangat marasokan (walaupun lamo di Rantau) masalah membudayakan masyarakat Minang nan babudaya tasabuik dan tantunyo dengan kajian2 mendalam sarato hasil2 Seminar Adat ABS SBK nan lalu dimano ANgku Guru SB, MN dan kwn2 lainnyo "to put on track" manuju suatu Minagkabau yang Excellence. ddd) Peranan dan format Tungku Tigo Sajarangan tanasuak peranserta Stake Holder "Kebudayaan" Minangkabau handaknyo dan sapatuiknyo dilakukan upayo "adjustment" sebagaimano urang Japang dijaman restorasi Meiji sampai sekarang bahwasanyo "Peranan Adaik" tetap tapaliharo. eee) Semoga tulisan tasabuik dapeik manjadi pamicu lanjutan dari upayo Seminar Adaik nanlalu dan ditindak lanjuti sedemikian rupo sahinggo tujuan jo makasuik tulisan diateih "babunyi" dalam implementasi kehidupan rahayat Minangkabau. Wass., Aspermato, MA (Lk/66/Depok) Note : Mungkin Lembaga Tamaddun Melayu pimpinan Prof.Dr. Zulhasril Nasir dari FISIP UI Depok dapek berperan pulo.
--- Pada Sel, 22/2/11, Nofendri T. Lare <nof...@rantaunet.org> menulis: Dari: Nofendri T. Lare <nof...@rantaunet.org> Judul: [R@ntau-Net] MEMBUMIKAN BUDAYA DI NEGERI YANG BERBUDAYA Kepada: rantaunet@googlegroups.com Tanggal: Selasa, 22 Februari, 2011, 4:32 PM Selasa, 22 Februari 2011 02:15 (Harian Haluan Online) GAGASAN MENDIRIKAN DINAS KEBUDAYAAN Sesungguhnya ide dan langkah yang diambil untuk mendirikan Dinas Kebudayaan di ranah Minang ini merupakan langkah yang baik guna menjawab persoalan-persoalan budaya terutama dalam membentuk karakter orang Minang untuk berbudaya Minang yang berfondasikan kepada nilai-nilai agama, adat dan budayanya. Persoalan budaya sudah melekat dan menjadi pakaian hidup serta sebagai harga diri bagi seseorang. Dikatakan tak berbudaya saja tamparan dan muka merah- beringas akan kita dapati. Begitulah gam-baran tatkala kita mengutas dengan cemohohan pada priba-di seseorang dengan ungkapan tak berbudaya. Ini bisa saja terjadi pada anak-anak, apalagi pada angku-angku, datuak-datuak yang kesehariannya melekatkan diri dengan budaya itu sendiri. Sebuah untaian klimaks bagai-mana sebetulnya budaya dipa-hami dalam arti sesungguhnya. Sebuah alunan nyanyian yang bergetar dengan keindahan irama lagu yang mengiringnya. Nya-nyian yang bergetar itu bernama budaya dan keindahan lagu itu kehi-dupan ini. Bila disatukan maka hidup dengan berbudaya akan baik di kehidupan ini begitu juga sebaliknya. Kita tak menyangsikan lagi bahwa ranah Minang ini terke-nal sebagai ranah yang berpe-gang teguh kepada nilai-nilai agama, adat dan budayanya. Walaupun itu kadang kala dalam tataran teoritis saja. Ungkapan tak lapuk di hujan, tak lekang di panas menun-jukkan betapa si Minang demi-kian kokoh berpegang kepada nilai-nilai luhur yang mereka percayai, sekalipun dalam kenyataan empirik tidak ada yang kekal di bawah langit, kecuali perubahan. Namun persoalan ini kontradiktif dengan kondisi hari ini. Berba-gai macam persoalan yang tak berbudaya makin hari makin menjadi-jadi. Yang paling kecil saja kita sebut-cara berpakaian sebagian anak gadis Minang kita misalnya banyak ala ceper -serba singkat- diangkat keatas nampak pusat ditarik ke bawah nampak dada. Tak tanggung-tanggung gilanya paha -betis putih diper-tontonkan juga. Kemenakan membunuh ma-mak karena urusan harta, ayah rutiang, pelacuran, dan hirupan narkoba muda-mudi yang mewabah dan lainnya. Itulah kondisi faktual kita pada sekarang ini. Bagai-mana mung-kin kita mem-bumi-kan budaya di negeri yang berbudaya ini ketika dihadapkan persoalan-persoalan karakter buruk seperti itu. Berbicara masalah budaya, sebetulnya sangat luas bukan saja persoalan cara berpakaian, pembagian harta warisan, pementasan teater, tari-tarian dan lainnya namun jauh dari itu. Konsep budaya itu luas dan dinamis-berubah. Irama hidup kita yang makin cepat tentu saja mempengaruhi perubahan tersebut. Tetapi ada faktor-faktor lain lagi yang turut menghasilkan perubahan ini. Dulu budaya dipandang sebagai sesuatu yang bersangkutan dengan sekelom-pok kecil ahli-ahli saja, sedang-kan oleh rakyat banyak budaya itu dialami sebagai semacam takdir yang tak terelakkan ; sama seperti hujan atau cuaca terang. Tetapi kini setiap orang ingin men-campuri atau menangani ke-kua-tan-kekuatan yang turut membentuk kebudayaan secara umum dan budaya khususnya. Bahkan C.A van Peursen (1998) mengungkapkan bahwa budaya itu sendiri merupakan endapan-endapan dari kegiatan dan karya manusia. Bagi orang Minang yang berbudaya itu adalah orang yang memakai dan berpegang teguh pada nilai-nilai agama, adat dan budaya Minangkabau itu sendiri bahkan sebagai pakaian hidup masyarakat Minangkabau. Yuzir-wan Rasyid dalam Kong-res Kebudayaan dan Apresiasi Seni Budaya Minangkabau 2006 menjelaskan bahwa buda-ya Minangkabau adalah pa-kaian hidup masyarakat Mi-nang-kabau yang bentuk dan polanya dilan-dasi oleh nilai-nilai yang dikan-dung oleh adat Minangkabau itu sendiri yang berlandaskan kepa-da ajaran Islam dengan Alquran, Hadis, dan Sunnah Rasul sebagai sumber hukumnya. Kondisi ini kemudian memunculkan istilah Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). ABS-SBK itu sendiri merupakan sebuah simpul dan sekaligus simbol, budaya yang dari sana orang bisa melihat bagaimana masyarakat dari budaya bersang-kutan mema-hami hubungan antara adat dan agama yang mereka anut. Kesemua itu menjelaskan kepada kita bahwa karakter individu orang Minang-kabau itu akan dibentuk oleh adat dan ajaran Islam yang dia-nutnya agar ia mempunyai jatidiri untuk bersikap dalam menja-lani tata kehidupan berma-sya-rakat dalam lingkup hidup ber-nagari, berkabupaten, berko-ta, berpropinsi, bernegara kesatuan, dan berinteraksi antar sesama suku bangsa, antar bangsa, dan antar negara di dunia. Tak mudah rasanya meng-eksekusi budaya orang Minang ini dalam tataran imple-men-tasinya. Apalagi membumikan bu-dayanya saat sekarang ini. Berbagai macam pengaruh dari luarpun tak dapat dihindarkan terutama dengan perkembangan globalisasi dan abad informasi dewasa ini. Kondisi ini menurut Yasraf Amir Piliang (2006) telah mempengaruhi berbagai relasi di dalam dunia kehidupan termasuk kehidupan kebera-gaman khususnya agama Islam. Di dalam era globalisasi dan informasi, relasi antara agama dan kebudayaan terutama me-lalui perkembangan "budaya populer" (popular culture)-ditandai oleh berbagai proble-matika, dilema dan kontradiksi. Situasi dilematis muncul di dalam kondisi tarik-menarik (tension) antara kekuatan "aga-ma" dan kekuatan "budaya popular" yang dapat menggiring pada berbagai kontradiksi dan paradoks dalam kehidupan ini. Budaya popular itu sendiri adalah jenis kebudayaan yang perkem-bangannya tidak dapat dipisah-kan dari perkembangan indus-trilisasi, kapitalisme, konsume-risme dan juga meru-pakan sebuah budaya khusus yang berkembang bersamaan dengan berkembangnya in-dustrilisasi, produksi massa dan media massa. Perihal ini kemu-dian ditam-bah sifat budaya Minang yang open minded, terbuka dan menye-rap nilai-nilai baru yang sesuai dengan budayanya. Sebuah budaya dari suatu masyarakat yang tidak menge-nal kasta-kasta dan tidak juga sistem feodalisme dengan kata lain corak budaya masyarakat Minangkabau adalah de-mok-ratis.Membumikan budaya, pe-ran keluarga sebagai organ terkecil dan awal kearah pem-bentukan budaya yang baik tidak dapat diabaikan. Keluarga akan berperan sebagai agen so-sialisasi nilai-nilai budaya. Or-gan-organ terkecil inilah nan-tinya akan membentuk jaringan dalam masyarakat. Walaupun jalur kekuatan ini agak kurang tangguh untuk membumikan budaya ini. Lewat jalur sekolah adalah sebuah alternatif untuk itu yakni dengan memasukkan persoalan budaya dalam ku-riku-lum sekolah seperti dalam Budaya Alam Minangkabau (BAM). Sebuah langkah untuk membumikan budaya Minang. Walaupun sampai sekarang ini buku-buku BAM sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan budaya direspon dengan berbagai keluhan. Seperti untuk berbagai macam bentuk dan bermacam perspektif penulis dalam mengamati dan menga-jarkan budaya Minang. Kemudian peran budaya cetak sangat penting untuk ini. Kita tahu bahwa orang Minang-kabau itu sendiri yang men-diami daerah Sumatera Barat ini unggul tidak terlepas dari budaya cetak. Menurut Taufik Abdullah (19-95) bahwa faktor utama dari ke-unggulan inte-lektual daerah ini ialah karena daerah ini secara re-latif lebih dahulu me-ngem---bang-kan bu-daya cetak. Pikiran-pikiran mulai disalurkan lewat teks yang dicetak dan sebarl-uaskan. Di awal tahun 1920 an hampir setiap kota kecil di daerah ini mempunyai pener-bitan sendiri. Untuk itu sesungguhnya ide dan langkah yang diambil untuk mendirikan Dinas Kebudayaan di ranah Minang ini meru-pakan langkah yang baik guna menjawab persoalan-persoalan budaya terutama dalam mem-bentuk karakter orang Minang untuk berbudaya Minang yang berfondasikan kepada nilai-nilai agama, adat dan budayanya. Sebagai sebuah lembaga pemerintah dapat menjadi 'agen teknis" pendorong untuk mem-bumikan budaya Minang ini. Sekali lagi tak salah rasanya mendirikan sebuah Dinas Kebudayaan guna mengurus persoalan budaya di negeri yang berbudaya ini. Wassallam. UNDRI (Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang) http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=182 3:membumikan-budaya-di-negeri-yang-berbudaya&catid=11:opini&Itemid=83 Wassalam Nofend/34+/M-CKRG => MARI KITA RAMaIKAN PALANTA SESUAI DENGAN VISI-NYA!! Forum komunikasi, diskusi dan silaturahmi menggunakan email ini sangat dianjurkan selalu dalam koridor topik: yang berhubungan dengan Ranah Minang, Urang Awak di ranah dan rantau, Adat dan Budaya Minangkabau serta Provinsi Sumatera Barat. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/