Masa kecil Mohammad Natsir dihabiskan di berbagai tempat. Mulai dari Alahan
Panjang, Maninjau, Solok, hingga Padang. Tempo mengunjungi beberapa tempat
di antaranya.

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/07/14/LK/mbm.20080714.LK127
657.id.html

FOTO itu usang sudah: warnanya pudar dan kertasnya tak lagi mulus. Namun,
hari itu, 3 Februari 1993, mendapatkan foto tersebut, Mohammad Natsir
gembira bukan main.

Sambil berbaring, matanya tak lepas foto dengan gambar rumah beratap joglo
dengan halaman yang luas itu. Tak jauh dari rumah tersebut terdapat sungai
jernih dengan jembatan kayu jati berukir di atasnya.

Saat itu, Mohammad Natsir tengah terkulai lemah di sebuah ruang di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Natsir meminta Hamdi El Gumanti, kini 60
tahun, salah seorang pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Jakarta, mencarikan
foto-foto semasa kecilnya di Alahan Panjang, Sumatera Barat.

Kota sejuk itu sangat istimewa bagi Natsir. Di sanalah, seabad silam dia
lahir dan menghabiskan masa kecilnya, sebelum berpindah-pindah tempat
tinggal.

Mendapatkan permintaan itu, Hamdi terbang ke Alahan Panjang. "Saya kaget.
Sebelumnya Pak Natsir tidak pernah seperti itu," katanya mengenang. Setelah
membongkar berbagai album, akhirnya dia menemukan foto yang diinginkan
Natsir. Segera dia kembali ke Jakarta. Syukurlah, dia tidak terlambat. Tiga
hari setelah melihat-lihat foto itu, Natsir pun berpulang.

Semasa hidupnya, Natsir selalu rindu mengunjungi tempat masa kecilnya.
Namun, karena kesibukan, keinginan itu tak pernah kesampaian. Pada 1970-an,
dia pernah berencana menengok kampung bersama Syahrul Kamal, salah satu
kolega. "Namun Syahrul Kamal keburu meninggal," kata Hamdi, yang juga masih
terhitung kemenakan Syahrul.

Pada 1991, keinginan untuk mengunjungi tempat-tempat masa kecilnya kembali
mencuat. Ketika itu Natsir memang tengah berkunjung ke Padang dan
Bukittinggi, untuk meresmikan gedung Islamic Center. Rencananya, selepas
acara itu, Natsir mampir ke Alahan Panjang, Solok, dan Maninjau. Tapi
rencana tinggal rencana. Mungkin karena terlalu bersemangat, ketika
meresmikan Islamic Center, Natsir naik gedung hingga ke lantai empat. Sakit
jantungnya kumat. Akhirnya, Natsir hanya sempat ke Solok. "Di sana, Bapak
menunjuk beberapa tempat yang sempat diingatnya," kata kata Aisyah Rahim
Natsir, anak kelima Natsir. Akhirnya, hanya kertas lusuh itu yang menjadi
alat Natsir bernostalgia.

l l l

ALAHAN Panjang, yang dulu dikenal dengan nama Lembah Gumanti, adalah dataran
tinggi yang subur. Kebun kopi, sayur-mayur, dan persawahan terhampar di
sana.

Udaranya pun sejuk akibat sering disiram hujan karena terletak di kaki
Gunung Talang. Danau kembar, yakni Danau Diatas dan Danau Dibawah, yang
terdapat di kota itu membuat pemandangan Alahan Panjang rancak di mata. Di
kota ini mengalir pula sungai Batang Hiliran Gumanti.

Sungai itu tak bisa dipisahkan dengan hidup Natsir. Di sebuah rumah di tepi
sungai itulah Mohammad Natsir dilahirkan pada 15 Juli 1908. Muhammad Idris
Sutan Saripado, ayah Natsir, yang saat itu juru tulis, tinggal bersama di
rumah Sutan Rajo Ameh, saudagar kopi yang kaya-raya.

"Mungkin karena kakek saya bersahabat dengan ayah Pak Natsir sehingga mereka
diajak tinggal di rumah itu," kata Hamdi, cucu Sutan Rajo Ameh.

Rumah itu besar dan berhalaman luas. Di sisi kirinya mengalir Batang Hiliran
Gumanti, yang mengalir dari Danau Diatas. Oleh pemiliknya, keluarga Sutan
Rajo Ameh, rumah dibagi dua: ia dan keluarganya tinggal di bagian kiri,
sisanya ditempati Muhammad Idrus Saripado, istri dan anaknya.

Sayangnya, tidak banyak orang yang mengetahui kehidupan Natsir semasa di
sana. Maklum, orang-orang yang satu generasi dengan Natsir sudah tidak ada.
Selain itu, Natsir memang tidak lama tinggal di Alahan Panjang: sebelum dia
masuk Holland Inlander School (HIS) atau sekolah rakyat, dia pindah ke
Maninjau.

Satu-satunya orang yang mengenal Natsir kecil adalah Hamdi. Itu pun
berdasarkan cerita Siti Zahara, neneknya. "Semasa kanak-kanak Natsir
orangnya lugu, jujur, dan sudah kelihatan akan jadi pemimpin," kata Hamdi
menirukan ucapan Zahara. Selain itu, masih mengutip ucapan Zahara, Natsir
juga suka mengerjakan pekerjaan rumah tangga. "Dia kerap merapikan kamar
tidur dan suka membantu mencuci piring."

Seperti umumnya anak lelaki Minang pada masa itu, Natsir kecil juga kerap
pergi ke surau, yang tak jauh dari rumahnya, untuk mengaji. Surau itu
bernama Surau Dagang, didirikan para pedagang dari nagari-nagari di sekitar
Alahan Panjang. Dalam buku biografi memperingati ulang tahunnya yang ke-70,
dikisahkan ketika kanak-kanak, hampir setiap malam, Natsir memilih tidur di
surau berselimut kain sarung.

Masa kecil Natsir dihabiskan di berbagai tempat mengikuti ayahnya yang
bekerja sebagai pegawai kolonial Belanda. Setelah dari Alahan Panjang,
Natsir sempat tinggal di Maninjau dan bersekolah hingga kelas dua. Kemudian
pindah ke Padang, untuk bersekolah di HIS Adabiyah. Tak lama berselang, dia
pindah ke Solok. Dan ketika sang ayah pindah ke Makassar, Natsir kembali ke
Padang tinggal bersama kakaknya. Di sana dia menamatkan pendidikan dasarnya
sebelum akhirnya melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di
Bandung.

Kini, Alahan Panjang tidak banyak berubah. Lembah Gumanti masih berhawa
sejuk. Ladang sayuran dan kebun kopi masih terhampar luas. Namun tempat
kelahiran Natsir agak berubah. Dihajar bom Belanda dalam agresi militer,
rumah dibangun kembali pada 1957. Kini rumah yang dihuni seorang kerabat itu
lebih kecil dari ukuran sebelumnya.

Di samping kiri rumah masih mengalir Batang Hiliran Gumanti dengan airnya
yang jernih. Jembatan masih ada namun sudah diganti beton. Meski demikian,
nama jalan di depan rumah itu tetap Jembatan Berukir. Nama Natsir juga
diabadikan sebagai nama salah satu pesantren selain juga nama perpustakaan
yang menyimpan buku-buku karyanya.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Reply via email to