Mengapa lamban ? Masalah darurat ingin ditangani secara normal, dan dengan 
penuh kesantunan.
Wassalam,

-------Original Email-------
Subject :[R@ntau-Net] OOT: Gerak Lamban Melawan Perompak
>From  :mailto:dba...@indo.net.id
Date  :Thu Apr 14 03:07:54 Asia/Bangkok 2011

EDITORIAL Media Indonesia,  Rabu, 13 April 2011 00:00 WIB     
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/04/13/217474/70/13/Gerak-Lamban-Melawan-Perompak
SIKAP lamban seperti sudah menjadi cap yang melekat di tubuh pemerintah saat 
ini. Bahkan, 'langkah siput' itu terjadi hampir di segala lini.
Kasus terakhir melanda kapal MV Sinar Kudus yang disandera perompak Somalia 
sejak 16 Maret 2011. Di kapal berbendera Indonesia milik PT Samudera Indonesia 
(Tbk) itu terdapat 20 anak buah kapal warga negara Indonesia.
Mereka terapung di timur laut Pulau Socotra, Semenanjung Somalia, Afrika, dalam 
kondisi tertekan dan mengenaskan. Kelaparan, ketiadaan air bersih, dan rasa 
cemas terus menyergap mereka hingga hari ke-28, hari ini.
Nasib nyawa mereka berada di ujung senjata para perompak yang setiap saat bisa 
memuntahkan peluru manakala tuntutan uang tebusan US$3 juta tidak segera 
dikirimkan. Besarnya tuntutan tebusan itu turun dari sebelumnya US$3,5 juta. 
Itu pun atas usaha kapten kapal Slamet Jauri.
Celakanya, pemerintah kebingungan mencari cara mengakhiri kisah getir 
penyanderaan itu. Para pemangku kepentingan seperti baru belajar bagaimana 
membebaskan sandera dan berhadapan dengan para teroris laut.
Padahal, sejarah negeri ini mencatat kisah gemilang pembebasan sandera dan 
penggerebekan teroris. Pada 31 Maret 1981, pasukan khusus TNI Angkatan Darat 
berhasil membebaskan sandera dalam pesawat DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, 
Bangkok, Thailand.
Hebatnya lagi, rentang antara hari pembajakan pesawat dan pembebasan sandera 
ketika itu hanya tiga hari. Spirit menyelamatkan anak bangsa ternyata mampu 
mengalahkan keterbatasan peralatan, dan mungkin anggaran.
Kepolisian kita juga berkali-kali berhasil membekuk gembong teroris kelas kakap 
di Asia. Terlepas dari masih munculnya aksi teror baru, keberhasilan polisi itu 
memberikan penegasan atas pepatah lama yang sudah klise, yakni jika ada 
kemauan, pasti ada jalan.
Lalu, apa yang terjadi dengan pemangku kepentingan negeri ini hari-hari 
belakangan ini? Teramat banyak simpul masalah yang tidak bisa diurai bukan 
karena tidak mampu, melainkan karena tidak mau cepat.
Rakyat, termasuk korban sandera para perompak, seperti dibiarkan mencari jalan 
sendiri menuju kemerdekaan dan kebebasan. Meminjam istilah mantan Wakil 
Presiden Jusuf Kalla, negara malah sibuk mengurusi hal-hal yang tidak penting 
dan melupakan masalah-masalah besar yang jauh lebih penting.
Kalau sikap seperti itu terus dipelihara, cita-cita kemerdekaan dan 
kesejahteraan hanya janji kosong tanpa realisasi. Rakyat pun akan terus menjadi 
yatim piatu yang tidak diurus
Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke