Sanak Heri, Sanak Fitr, dan para sanak sapalanta, Dari sisi sejarah, masalah hubungan antara agama/umat beragama, budaya lokal, serta negara bukanlah suatu masalah baru, dan jawaban yang diberikan terhadap masalah ini beraneka ragam. Cara penyelesaiannya juga beraneka ragam, ada yang melalui dialog dan ada yang melalui kekerasan/peperangan. Dalam konteks Minangkabau, masalah ini juga sudah pernah dicoba untuk diselesaikan melalui perundingan dan melalui kekerasan (Gerakan dan Perang Paderi, 1803-1838), dan sekitar tahun 1950-an melalui sebuah musayawarah di Bukit Tinggi. Toloh ulama Minangkabau yang membuat 'testimoni' mengenai ajaran ABS SBK dalam masyarakat Minangkabau adalah Inyiak Canduang. Yang menjadi masalah tentu saja adalah bagaimana rinciannya untuk melaksanakan formula yang bersifat umum itu dalam kehidupan sehari-hari, baik secara internal dalam lingkungan masyarakat Minangkabau sendiri, baik di Ranah maupun di Rantau; maupun secara eksternal dalam konteks NKRI. Bagaimanapun, Sumatera Barat adalah sebuah provinsi NKRI. Menurut penglihatan saya, masalah semendasar ini baru dibahas dan diulas secara perseorangan atau secara berkelompok. Upaya sederhana untuk mengajak seluruh [perwakilan] masyarakat Minangkabau untuk membahas ABS SBK ini tak sepenuhnya berhasil. Walaupun demikian, dalam seminar yang -Alhamdulillah- bisa dilaksanakan, sudah ada kesepakatan bahwa orang Minang yang tidak lagi menganut agama Islam tidak bisa lagi disebut orang Minang, walau tentu masih bisa disebut sebagai orang Sumatra Barat. Menurut penglihatan saya, kita tidak tahu banyak bagaimana kondisi konkritnya di lapangan. Dari posting dalam Rantau Net, ternyata sudah ada kuburan urang awak yang pakai tanda salib, dan sudah banyak anak muda kita yang berpindah agama. Herannya, semuanya itu berlangsung secara mulus saja. Saya tidak melihat adanya reaksi yang sungguh-sungguh, baik di Ranah, maupun di Rantau. Bahkan usaha untuk mengumpulkan data -- bukan nama -- seperti yang saya coba melalui thread di RN ini, disambut dengan dingin saja. Apakah hal ini masyarakat Minangkabau semakin toleran terhadap agama Kristen di kalangann orang Minangkabau ? Saya tak berani menyimpulkannya. Saya hanya risau, oleh karena saya amat berpeduli terhadap ABS SBK. Wallahualambissawab. Wassalam.
Wassalam, Saafroedin Bahar Soetan Madjolelo (Laki-laki, Tanjung, masuk 74 th, Jakarta) Taqdir di tangan Allah, nasib di tangan kita. --- On Thu, 4/21/11, Fitrianto <fitr.tanju...@gmail.com> wrote: From: Fitrianto <fitr.tanju...@gmail.com> Subject: Re: Re: [R@ntau-Net] Alah bara urang Minang nan murtad dankadipangaanmereka ? To: rantaunet@googlegroups.com Date: Thursday, April 21, 2011, 12:20 PM Di Paris tampek apak tu, urang ditangkok dek mamakai cadar/burqa dan kanai dando. Adoh hukum hitam di ateh putiahnyo. Baa kok di sinan buliah urang dibeda2kan manuruik keyakinannyo yo? Wass fitr 2011/4/20 Tanjuang Heri <rangtabian...@yahoo.fr> Apak² , nan ambo tuokan jo sanak sa palanta, Walaupun ambo ndak kanai sabuik dek Pak Syaaf, tadinyo ka ambo lewatkan sajo, tapi hati ambo smakin risih jo gundah. Ambo maliek dalam judul ko, mungkin persepsi ambo salah, kalau alah pindah agamo sanak awak tu, tapaso atau ateh kamauan surang, alah indak jadi urang Minang lai nyo. Kasanyo , indak urang Minang nyo lai doh. Apo iyo memang itu nan dimukasuik? Urang Arab sendiri ( mungkin takacuali nan di Semananjung Arab) , ado nan baagamo kristen, baik ortodoks ataupun Copt di Mesir. Tapi mereka tu masih disabuik urang Arab, nan di awak identik jo Islam. Baa pulo kini tu? Atau memang bakal ado diskriminasi alias SARA? Ambo mancaliek dari jauh, sakali lai mungkin jadi salah persepsi, keislaman di ranah semakin mengarah ke "pemurnian islam" sahinggo ado pergesekan atau pencampuran nilai adat jo agamo. Tolong dipelok i kalau memang salah persepsi ambo tadi, nan mungkin tatulih dek karano galau hati mancaliak arah pemilahan/pemisahan sanak "nan murtad jo indak murtad". Maaf ambo haturkan kalau ado nan indak lamak di hati. Salam Heri Tanjuang (46) Paris HP : +33614397758 --- En date de : Mer 20.4.11, Dr Saafroedin Bahar <saaf10...@yahoo.com> a écrit : -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/