Rky. Evy Nizhamul YAH. Maaf bukan hendak menggurui, tapi sato ambo bapandapek satantangan "nilai mythos" (termasuk tambo) iko sbb:
Kalau *manusia* membutuhkan "sejarah" untuk diambil hikmah dari catatan yang bersifat "*kuantitatif dan objektif*" yang diperiksa/dicatat dari peristiwa-peristiwa masa lalunya, maka tambopun bisa diambil hikmahnya dari "pe rasa an *orang/sekelompok orang*" terhadap budaya masa-lalunya, yang nilainya bersifat "*kualitatif dan subjektif*". Bukankah salah satu identitas "orang Minang Kabau" iolah mamakai rasa jo periksa. ( http://nagari.or.id/?moda=tambo ) Jadi manuruik ambo indak bisa disimpulkan sebagai masyarakat primitif, apabila orang MK hanya memiliki sedikit sejarah yang tercatat. Salam dan maaf bila tak sependapat. AI -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/