--- On Thu, 19/5/11, Rahima <rahimara...@yahoo.com> wrote:

From: Rahima <rahimara...@yahoo.com>
Subject: [mangajiRN] Hati-hati terhadap harta
To: mangaj...@yahoogroups.com
Cc: insist...@yahoogroups.com
Received: Thursday, 19 May, 2011, 7:33 PM


  








Bismillahirrahmaanirrahim                  
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
 
Di Riwayatkan dari Imam  Ahmad dan Athabbarani, dari Abi Mas’ud Radhiallahu 
‘anhu, ia berkata, aku bertanya kepada Rasulullah. “wahai Rasulullah”Kedzaliman 
apakah yang lebih dzalim dari kedzaliman itu sendiri? , Rasulullahpun menjawab 
:” Sedepak (segenggam) tanah/harta yang dikurangi seseorang dari haknya seorang 
muslim, ataupun diambilnya tanah tersebut, kecuali kelak dihari kiamat dia akan 
mengelilingi tanah /harta tersebut sampai kedasar tanah yang paling dalam, dan 
sampai dimana dasar/bawah tanah tersebut batasnya, tak ada seorangpun yang 
mampu mengetahuinya kecuali Allah Ta’ala. 
Dia akan menggali/mengelilingi, dan menggantikan sejengkal tanah tadi sampai 
kedasarnya sekali, dimana sampai mana dasar tersebut berakhirnya tak ada 
seorangpun yang tahu, kecuali Allah Ta’ala.
Begitu besar dosa, dan ganjaran seseorang yang mengambil harta/tanah milik 
orang lain, ataupun menguranginya. Mengurangi apalagi sampai mengambil harta 
seseorang, sangatlah besar dosanya disisi Allah Ta’ala. Karena betapa Allah 
Ta’ala sangat menghargai jerih payah harta seseorang yang dicarinya dari hasil 
kerja tangannya sendiri, sementara ada yang mengambil seenaknya saja.
Di dunia ini, karena harta orang mampu melakukan segalanya, apa sajapun itu. 
Manusia banyak hancur terjerumus, bahkan menjerumuskan orang lain, karena 
harta, karena factor ekonomi, factor uang, harta dan kedudukan, jabatan. 
Mungkin, karena itu pula, betapa banyak ayat-ayat Allah Ta’ala, maupun hadits2 
Rasulullah yang mengingatkan kita dalam masalah ini.
 
Lihatlah, betapa Allah Ta’ala menggantungkan amalan seseorang masih dalam 
kuburnya, belum lagi di padang mahsyar kelak, seseorang yang meninggal dunia, 
dan dia masih meninggalkan hutang yang belum sempat dibayarkannya.
Dari Anas ra berkata: Suatu ketika Rasulullah didatangkan dengan jenazah 
seseorang, untuk dishalatkan. Kemudian Rasulullah bertanya? :"Apakah dia punya 
hutang?" Mereka menjawab:"Iyah". Rasulullah bersabda:Sesungguhnya Jibril 
melarang aku menshalatkan orang yang masih punya hutang, karena sesungguhnya 
orang yang masih punya hutang, nasibnya akan terkatung2 sampai hutangnya 
dilunasi" 
Ketahuilah wahai saudaraku, memperlambat hutang menghilangkan keberkahan hidup. 
Betapa banyak diantara kita yang hakikatnya sudah mampu membayar hutang-hutang 
kita, namun kita sengaja memperlambatnya dengan berbagai alasan yang tidak 
begitu penting. Ada-ada saja kebutuhan kita yang kita sampaikan pada yang 
memberikan hutang, untuk menunda hal tersebut, yang mana itu bukanlah sebuah 
kebutuhan  dan primer, tapi sekunder, bahkan kebutuhan lux, yang memberikan 
kita hidup kelihatan lebih mewah dan wah, padahal semua itu, kita masih 
menggantungkan hutang kita pada orang lain. 
 
Keberkahan hidup kita sendiri akan punah pada akhirnya, karena kesengajaan 
kita, bukan karena kondisi kita. Seharusnya kita mampu hidup sesuai dengan 
kondisi financial kita, namun demi sebuah gaya hidup, gengsi, kita usahakan 
kelihatan mewah dikhalayak ramai, menyedihkan sekali. Semoga hal ini, tidak 
terjadi untuk diri kita, anak cucu dan keturunan kita, karena hakikatnya hal 
inilah yang menjadi darah daging dari sikap bangsa kita, yang terbiasa mau 
kelihatan mewah, hakikatnya kita masih banyak hutang yang bisa menggantungkan 
amalan kita diakhirat kelak, bahkan masih dalam kuburpun, kita dibuat 
terkatung-katung olehnya. Kalau kondisi benar-benar sulit dan tak berdaya, 
agamapun memberikan solusi yang tepat dan baik. Kitanya saja yang terkadang tak 
mau mematuhi hukum agama, tetapi lebih condong pada kehidupan dunia dan mata 
orang lain, ketimbang ridha Allah Ta’ala.
Makan harta dari harta yang haram, salah satu penyebab dari tidak dikabulkannya 
do’a seseorang
.Diriwayatkan dari Imam Attabbarani, dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, ia 
berkata :”Tatkala dibacakan ayat “Wahai sekalian manusia, makanlah dari apa-apa 
yang ada dimuka bumi ini dengan cara yang baik dan halal”, maka berdirilah 
Sa’ad bin Abi waqas. “Wahai Rasulullah, berdo’alah kepada Allah Ta’ala, agar 
do’ do’aku dikabulkanNya”, kemudian Rasulullah menjawab :”Wahai Sa’ad, 
perbaikilah makananmu, niscaya do’a kamu terkabul, sungguh dimana jiwaku yang 
berada ditanganNya, apabila seseorang memakan sesuap makanan kedalam mulutnya 
dengan sesuatu dari harta yang didapatkannya dengan cara yang haram, sungguh, 
Allah tidak akan menerima amalannya selama 40 hari(itu baru sesuap, gimana 
kalau 10 suap, apalagi 10 piring?), dan barang siapa yang darah dagingnya 
tumbuh dari daging didapatnya dari cara yang haram, maka neraka lebih berhak 
untuknya”.
 
Cobalah kita bayangkan, kalau  saja tanah/harta seseorang yang sejengkal, dan 
sangat sedikit itu, kita kurangi/ kita ambil saja, hukuman yang akan kita 
terima, dihari kiamat kelak(hati-hati bagi para pejabat/atasan/tuan rumah yang 
terkadang kita sering mengurangi hak bawahan, pembantu, faqir miskin, hak ortu 
kita), kita harus mengelilingi/menggali tanah tersebut sampai kedasar tanah 
yang penghabisan, dimana letak penghabisannyapun tak ada yang bisa 
mengetahuinya kecuali Allah Ta’ala. Harus berapa puluhan tahun kita melunasi 
untuk membayarkan harta yang kita ambil, tersebut? Mengerikan bukan? Betapa 
Allah ta’ala sangat menghargai harta benda milik manusia itu sendiri, padahal 
harta itu jelas-jelas milikNya, tapi sebegitunya kita dilarang mengurangi hak 
dari harta benda seseorang apalagi mengambilnya dengan cara yang haram, bukan 
cara yang halal. 
Agama Islam mengatur kehidupan manusia dari segala lini kehidupan. Mulai dari 
bangun tidur, sampai tidur kembali, semua ada aturannya. Tinggal manusianya 
saja lagi yang harus memilih, pilih dunia beserta keindahannya, atau pilih 
akhirat dengan segala keindahannya pula. Dan setiap pilihan hidup pasti 
memiliki resiko dan konsekwensi. Dan Allah Ta’ala sudah banyak memberikan kita 
peringatan bahwa “Walalaakhiratu, khairullaka minaluula, dan akhirat itu jauh 
lebih baik bagimu, ketimbang dunia”, “Dan tidaklah kehidupan di dunia ini 
hanyalah permainan dan senda gurau belaka”.
 
Tak berapa tahun yang silam kita dilahirkan dengan tangisan kita tatkala bayi, 
menjelang berapa saat kita jalan, sekolah, kawin, punya anak, dan tua, akhirnya 
keliang lahat kembalinya. Allah Ta’ala berfirman, dengan mengingatkan kita aka 
nasal kita darimana, “Dari tanah kami menciptakan kamu, didalam hamparan tanah 
itu juga kamu hidup, dan pada akhirnya kamu kembali kedalam tanah juga”. 
Apabila kamu mengurangi harta/hak seseorang, apalagi kamu mengambilnya dengan 
cara yang tidak halal, kelak kamu akan menggali/mengelilingi tanah tersebut 
sampai kedasarnya, dan apabila kamu meninggal masih memiliki hutang, kelak 
didalam tanah yang kamu dikubur didalamnya, nasib kamu juga terkatung-katung. 
Dari tanah saja, kita bisa mengambil pelajaran yang sangat banyak dan mendalam, 
apatah lagi dari yang lainnya.
Dari paparan ayat-ayat serta hadits-hadits diatas, bisa kita ambil kesimpulan:
1.      Hati-hati terhadap harta orang lain
2.      Hati-hati terhadap hutang kita
3.      Hati-hati terhadap harta kita sendiri
4.      Hati-hati terhadap bawahan/pembantu kita, jangan sampai haknya kita 
kurangi, dan jangan sampai membebani pekerjaan seseorang diluar batas 
kemampuannya, apalagi sampai kita tak membayar haknya sesuai dengan tenaganya.
Allahu. Ta’ala ‘Alam, Biaro/Bukittinggi 20 Mei 2011. Rahima

Wasssalamu'alaikum. Rahima.S.Sarmadi.Abd.Rahim.(Doqqi,Cairo) 


"Sebaik-baik manusia, adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia 
lainnya".
__._,_.___

Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic 
Messages in this topic (1) 
Recent Activity: 

Visit Your Group 
Mungkin ingin belajar & berpenghasilan di internet? Klik disini:  
http://www.AsianBrain.com/index.php?aff_code=587193 

Bagi anda yang sedang belajar bahasa Arab disini, kami sarankan untuk 
mendownload buku pegangan di http://www.assunnah.or.id/ragam/files/index.php 
__,_._,___



-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke