Laporan: Fatris M Faiz
Epaper Harian Haluan RABU, 25 MEI 2011

Namanya singkat saja: Basyir. Ia lahir di Bayang, Pesisir Selatan, 82 tahun
lalu. "Ndak takana tanggal e do," katanya.

Kerutan jelas menghiasi kulit wajahnya. Matanya tertutup katarak tipis. Dia
kadang mengeluhkan lututnya yang mulai kembali terasa sakit. Tangan kanan
Basyir memijit-mijitnya lututnya, sementara yang kiri memegang obat gosok
bermerek Cap Sungu Badak. "Sebelah kiri ini, dulu pernah beradu dengan
kepala truk!" terangnya sambil menunjukkan lututnya yang sakit itu saat
berbincang-bincang dengan Haluan, Selasa, 24 Mei 2011.

Dulu, Basyir adalah bagian kecil dari ribuan Tentara Pusat. Tentara Pusat
sebutan untuk tentara Republik Indonesia semasa   pemerintahan Soekarno. Ia
berpangkat sersan mayor. Pada 11 Agustus 1945 adalah hari pertamanya memakai
seragam tentara.
Ia ikut terlibat aktif bertempur meraih kemerdekaan dan mempertahankan
kedaulatan Indonesia.

Seperti lazimnya prajurit, Basyir berpindah dari satu batalion ke batalion
lain. Dari Kota Bandung ia pindah ke front Jambi, hingga akhirnya menetap di
Sibolga dan diangkat sebagai pelatih Resimen III Teruntun dan beberapa kali
ditempatkan di Aceh.

Itu dulu. Kini, di usianya yang sudah tak muda lagi itu, Basyir hanya
menghabiskan waktu menjaga toko kertas dan alat-alat tulis milik menantunya
yang dibangun di depan rumah di Bayang Pesisir Selatan.

Gajinya sebagai pensiunan prajurit pangkat rendah tentu saja tidak pernah
cukup. Sekali pun dalam ketentaraan republik pangkatnya sudah Pembantu
Letnan Dua (Pelda), namun karena ikut dalam pergolakan melawan pemerintah
pusat semasa PRRI meletus, pensiunnya hanya berpangkat paling rendah karena
kebijakan pemerintah saat itu bahwa eks pejuang PRRI dipensiunkan dengan
pangkat yang sama, yaitu pangkat terendah dalam militer.

Berbagai medan tempur mungkin telah mengasah dan menempanya sedemikian rupa.
Sebut saja, sebelum ikut naik gunung di masa  pergolakan, pangkatnya di
Ketentaraan Republik sudah sersan mayor. Ia pernah dikirim ke Jawa Barat
melawan pasukan DI TII yang dipimpin oleh Kartosuwirjo. Lalu di Aceh meletus
pula pemberontakan dalam rentang waktu yang tidak begitu berjauhan yang
dipimpin oleh Teungku Muhammad Daud Beureueh.

Ketika PRRI meletus 15 Februari 1958 dengan keluarnya ultimatum dari Dewan
Perjuangan pipinan Letnan Kolonel Achmad Husein di kota Padang, Basyir ikut
mendukung PRRI kendati ia masih bertugas di tentara Pusat.
"Secara emosional masyarakat Aceh dan Sunda dekat dengan orangorang Padang,
sama-sama penganut Islam yang taat. Tapi demi tugas, apa mau dikata,"
katanya berapiapi.
Lalu dia diam sejenak.
"Saat itu, kami perang bermalasmalasan!" celetuknya sambil terkikik. "Mereka
datang, kami lari. Kami datang, mereka lari. Begitu-begitu saja," tambahnya
sekali lagi diselingi cekikikan yang semakin lama semakin meninggi. Ketika
tertawa, terlihat gusinya yang merah tua, seluruh giginya sudah pada
tanggal.
"Dengan menempatkan batalion kami pada dua medan tempur itu (Aceh dan Jawa
Barat-red), anggapan kami ketika itu 'pemerintah yang dikuasai orang-orang
komunis itu telah mengadu orang-orang Islam dengan sesamanya. Saya tidak
tahu sesungguhnya bagaimana, tapi di antara kami para prajurit, desas-desus
seperti itulah yang berkembang," terang Basyir.

Tahun 1958 pergolakan meletus di Sumatera Tengah. Tahun-tahun sebelum itu,
telah beredar himbauan agar tentara-tentara yang berasal dari daerah diminta
pulang ke kampung membantu pemerintahan revolusioner yang akan dibentuk.
Basyir yang ketika itu sedang bertugas di Aceh memutuskan pulang, bergabung
dengan tentara revolusioner (PRRI) di Padang. 
"Di Sibolga, ketika itu tahun 1957, Kolonel M Simbolon mengatakan, 'barang
siapa yang hendak pulang kampung silahkan'. Kontan, saya acungkan tangan.
Sudah bertahun-tahun saya tidak pulang," tutur Basyir. Akhirnya, Basyir muda
bergabung dengan PRRI.

Di dalam pertempuran dengan tentara Pusat-di mana ia pernah bergabung-Basyir
mendapat posisi penting membawa songan satu kompi anak buahnya. Ketika Kota
Padang dikepung tentara Pusat pada 1959, ia dapat mandat dari Jamaluddin Wak
Ketok untuk memimpin satu brikade mobil. Dan Basyir sukses mengemban amanat
itu. Ia pun dipercaya menjadi pengawal pribadi Wak Ketok.

Di pengujung 1959, ia pun menjadi pengawal pribadi Achmad Husein ketika
Padang sudah tak bisa lagi diselamatkan.
"Bayangkan, kami bertempur selama 15 hari tanpa henti. Kami cuma sanggup
merebut Padang sampai batas Katapiang. Pasukan Pusat lebih banyak dan gencar
dengan meriam, kami hanya punya beberap buah kanon," kata Basyir.

Dalam pertempuran itu, pinggulnya tertembak, yang membuatnya berjalan agak
sedikit terseok hingga sekarang. Setelah Padang dilumpuhkan Tentara Pusat,
dia masuk hutan. Di medan gerilya, dia diangkat Mayor Malik menjadi kepala
instruktur pelatihan resimen pelajar dan mahasiswa di dekat Bayang. Saat itu
Basyir berpangkat Pembantu Letnan Dua (Pelda).

Menatap Indonesia di hari tuanya sekarang hanya bisa dilakukannya di muka
televisi. Ketika mahasiswa ditembaki pada Mei 1998, dia marah besar. Ketika
Soeharto diturunkan aksi mahasiswa, dia turut bersorak gembira. 
"Soeharto sama saja dengan Soekarno," katanya. Lama-lama memerintah malah
menjadi sewenang-wenang.

Di usianya yang masih tersisa, Basyir tidak ingin banyak berharap.
"Orang-orang besar kita dulu melawan kesewenang-wenangan Belanda dengan
memberi penyadaran pada bangsa kita melalui pendidikan. Kami dulu melawan
kesewenang-wenangan pemerintah dengan mengangkat senjata, sekali pun kalah,
kami bangga bisa melawan. Tugas kalianlah sekarang yang muda-muda, tunduk
saja pada ketidakadilan, atau juga melawan seperti kami," katanya tersenyum.
"Tentu melawan sesuai zaman kalian pula!" (h/cw23)

Wassalam
Nofend/34+/M-CKRG

=> MARI KITA RAMaIKAN PALANTA SESUAI DENGAN VISI-NYA!!
Forum komunikasi, diskusi dan silaturahmi menggunakan email ini sangat
dianjurkan selalu dalam koridor topik: yang berhubungan dengan Ranah Minang,
Urang Awak di ranah dan rantau, Adat dan Budaya Minangkabau serta Provinsi
Sumatera Barat.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke