Jakarta (ANTARA News) - "Ayahmu Menteri Keuangan, Icah," Lily menyeka
matanya yang basah. "Ayah mengurusi uang negara, tetapi tidak punya uang
untuk membeli gurita bagi adikmu, Khalid yang baru lahir. Kalau ibu tidak
alami sendiri kejadian itu, ibu pasti bilang itu khayalan pengarang. Tapi
ini nyata. Ayahmu sama sekali tak tergoda memakai uang negara, meski hanya
untuk membeli sepotong kain gurita,".

Kalimat di atas, merupakan ucapan yang disampaikan Teungku Halimah atau
biasa dipanggil Lily, istri Syafruddin Prawiranegara, Menteri Keuangan pada
era pemerintahan Soekarno.

Ucapan itu disampaikan Lily pada Aisyah atau Icah, putri pertama Syafruddin
Prawiranegara yang dikutif dari lembar pertama buku Presiden Prawiranegara,
yang ditulis Akmal Nasery Basral.

Di bagian lain bukunya, Akmal juga menuliskan, jumlah harta Syafruddin
Prawiranegara atau biasa dipanggil Puding itu, lebih miskin setelah menjadi
Menteri Keuangan dan tinggal di Yogyakarta, dibandingkan saat menjabat
Inspektur Pajak di Kediri.

Saat itu, masih dalam tulisan Akmal, menjadi menteri kabinet memang masih
berkonotasi terjun langsung ke dalam perjuangan nyata, bukan simbol memasuki
lingkaran elit dunia kapitalisme yang didominasi kuasa uang, kendaraan
supermewah, serta beragam fasilitas kelas utama lainnya.

Syafruddin Prawiranegara, merupakan salah seorang kepercayaan
Soekarno-Hatta, karena itu pernah dipercaya memegang jabatan penting,
seperti Gubernur Bank Indonesia, Menteri Keuangan, Menteri Kemakmuran, Wakil
Perdana Menteri dan diberi mandat untuk membentuk Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI).

Saat Belanda menyerang Yogyakarta pada 1948, Soekarno mengeluarkan dua
mandat untuk mendirikan PDRI, yang pertama pada Syafruddin Prawiranegara
yang waktu sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Mandat kedua diberikan pada AA Maramis, yang berada di New Delhi India.
Maramis diminta mendirikan PDRI, jika Syafruddin tidak bisa melaksanakan
mandat tersebut.

Syafruddin mendirikan PDRI bersama pejuang lainnya, seperti Teuku Hasan yang
kemudian menjabat Wakil Ketua PDRI, Lukman Hakim, Sulaiman Effendi, Mananti
Sitompul, Indracahya, Kolonel Hidayat dan Muhamad Nasrun.

Prawiranegara bersama para tokoh lainnya, menjalankan PDRI selama 207 hari,
demi mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan oleh
Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945.

Akmal, juga menceritakan bagaimana Lily, istri Syarifuddin harus berjualan
sukun goreng untuk menghidupi empat anaknya yang masih kecil yakni Icah,
Pipi, Khalid dan Farid.

Perjuangan hidup yang berat itu, dijalani Lily selama suaminya berada di
Sumatra menjalankan tugas negara.

Saat berjualan sukun itu, ada protes "kecil" dari Icah. "Kenapa kita tidak
minta bantuan saja pada Presiden Om Karno dan Wakil Presiden Om Hatta serta
Om Hengky (Sri Sultan Hamangku Buwono IX)," tanya Icah.

"Ayahmu sering mengatakan kepada ibu agar kita jangan bergantung pada orang
lain, Icah. Kalau tidak penting sekali jangan pernah jangan pernah meminjam
uang, jangan pernah berutang," kata Lily.

"Tapi apa ibu tidak malu? Ayah orang hebat, keluarga ayah dan ibu juga
orang-orang hebat,", kata Icah.

"Iya, sayang. Ibu mengerti, tapi dengarkan ya. Yang membuat kita boleh malu
adalah kalau kita melakukan hal-hal yang salah seperti mengambil milik orang
lain yang bukan hak kita, atau mengambil uang negara. Itu pencuri namanya.
Orang-orang mungkin tidak tahu, tapi Allah tahu," kata Lily, memberi
penjelasan pada anak sulungnya itu.

Farid Prawiranegara, anak keempat Syaruddin membenarkan perjuangan ibunya,
yang sampai menjual sukun goreng untuk mencukupi kebutuhan hidup dan membeli
susu bagi anaknya yang masih kecil.

"Ya, saya pernah mendapat cerita dari ibu. Ibu saya tidak malu berjualan
suku goreng dan tidak mengeluh ditinggalkan suaminya untuk melaksanakan
tugas negara," kata Farid yang sekarang menjadi pengusaha dan dikenal
sebagai seorang akuntan itu.

Usai mengungkapkan kata-kata itu, Farid tertunduk. Kemudian tangannya
mengambil kacamata dan meletakkan di atas meja. Telunjuk tangan kanannya
mengusap setetes air yang keluar dari kedua matanya.

"Maafkan saya. Saya tidak bisa menahan kesedihan kalau mengingat kembali
kisah itu," kata Farid.

selanjutnya:
http://www.antaranews.com/berita/260126/syafruddin-prawiranegara-menteri-yang-miskin

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke