Carito coto ko takana daulu ambo indak nio kuliner bantuak iko, alah dagiangnyo 
jaleh taliak ruehnyo, rasonyo pun masin. Walau daulu diajak kawan makan di 
tampek nan top-nya di Makassar, indak juo katuju.
Namun sapuluah tahun nan lalu, kutiko diajak kawan urang Bugis ka Makassar, 
taposo dilantak juo. Sudah tu kami pai ka Palu, di sinan pun pagi-siang-malam 
disasanyo taruih jo makanan coto tu. Memang baganti-ganti tampek, jadi ado coto 
nan bening, basantan, nan dagiangnyo sajo, bacampua jo hati, otak, dll. Nan 
sudah tu dibaok jalan darat ka Tolitoli, di sapanjang jalan tahulah, coto iko 
nan dikatangahkan taruih. Sampai baliak pulang via Balikpapan. Eh, sudah tu lai 
taraso lamak dan tabik salero. Sampai di Jakarta, kadang-kadang kok kangen pai 
marosok ka warung-warung Makassar, antah di Lapangan Roos, Kelapa Gading, 
sampai ka Sunda Kelapa. Nan iko alah bacampua jo salero konro.
Kapotang di Kendari, diajak kawan makan di sop Saudara, nan dikatangahkan iyo 
coto itu. Jadi kasimpulannyo : ..... hidup coto!
 
Wassalam,
-datuk endang
 

--- On Thu, 5/26/11, jupardi andi <jupardi...@yahoo.com> wrote:











Coto Makasar dan Ketupat
By : Jepe


Dua bulan sudah saya  berada ditempat kerja yang baru tepatnya saya berkantor 
(Head Office) Balikpapan tapi hari-hari saya melalui tugas  untuk saat ini 
banyak berada di Sendawar ibu kota Kabupaten  Kutai Barat  sebuah Kabupaten 
baru hasil pemekaran Kabupaten Kutai Kartanegara di Propinsi Kalimantan Timur. 
Sudah menjadi “makanan” saya sehari-hari menempuh perjalanan yang cukup jauh 
dari Balikpapan ke Sendawar melalui jalan darat yang ditempuh selama 8-9 Jam vi 
Samarinda, Tenggarong, Kota Bangun, Camp Baru masuk  daerah Barong Tongkok 
(kantor perwakilan saya) di dekat  pusat pemerintahan yang bernama Kota 
Sendawar. Tentunya sepanjang perjalanan tersebut saya tidak lepas dalam urusan 
“kampung tengah” atau “los lambung”


Bersyukur saya mempunyai sopir yang bernama Slamet, Selamat, Selamet atau apa 
sajalah yang penting saya dibawahnya selamat sampai tujuan dalam perjalanan 
yang panjang. bersyukurnya saya punya sopir yang bernama Slamet orang jawa tapi 
lahir dan besar di Samarinda serta menetap di Balikpapan ini adalah karena 
Slamet orangnya sangat mumpuni dan tahu seluk beluk setiap sudut kota 
Balikpapan, Samarinda dan Tenggarong dalam urusan kuliner, Slamet mengenal 
tempat-tempat atau rumah makan yang enak, murah, bercita rasa dan “nganeni ‘ 
(recommended) salah satunya Coto Makasar dipinggiran Kota Tenggarong yang 
terletak ditepian sungai Mahakam yang membelah ibu Kota Kabupaten Kutai 
Kartenegara ini.


Sebuah cerita ringan dan santai ketika saya menikmati semangkok Coto Makasar 
yang “ngangeni” itu dengan Slamet di rumah makan sederhana berdinding papan. 
Coto Makasar tentu tidak asing lagi para penikmat kuliner sejati sebuah masakan 
khas suku Bugis sebagaimana layaknya soto-soto didaerah lain yang pada intinya 
masakan ini berkuah apakah dari kuah kaldu berasal dari rebusan air ayam atau 
daging sapi baik yang bersantan maupun tanpa santan, coto makasar dengan rasa 
sedikit kuat dengan bumbu, gurih dan bersantan cukup membuat lidah bergoyang 
ketika saya bersantap siang dengan Slamet. Sepintas Coto Makasar hampir sama 
“genre” nya dengan soto Betawi  dengan isinya berupa potongan daging sapi serta 
aneka jeroan sebut saja paru,usus,limpa dan hati dengan kuah santan yang cukup 
kental ditaburi bawang goreng.


Lazimnya soto kebanyak di daerah lain yang dimakan bersama nasi maka coto 
makasar di hidangkan dengan ketupat (buras). Saya lihat para pelanggan Coto 
Makasar yang lagi makan siang di warung ini kebanyak mereka memadu serasikan 
makan Coto dengan ketupat begitu juga dengan Slamet sopir saya ketika  makan 
siang semangkok Coto dimakannya dengan beberapa buah ketupat bukan dengan 
sepiring nasi sebagaimana saya yang juga memesan semangkok Coto. Ketika kami 
lagi makan lalu Slamet “nyeletuk” disamping saya
 
“Pak Jepe, biasanya jika saya dan teman-teman makan Coto Makasar di Balikpapan 
siapa yang banyak menghabiskan ketupat maka akan gratis yang bayar adalah yang 
paling sedikit makan ketupatnya” ujar Slamet sambil membelah setiap ketupat 
yang diambilnya lalu merendamkan kedalam mangkok cotonya
 
“ahh..gitu ya..ya deh..saya sama nasi saja, berarti saya yang bayar dong Met” 
Slamet tidak menjawab hanya tersipu malu saja, selesai kami makan Coto Makasar 
dan terakhir ditutup dengan semangkok Es Pisang Hijau yang manis legit ketika 
saya hendak membayar lalu saya berkata kepada Slamet yang menghabiskan 
semangkok Coto Makasar dengan 4 buah ketupat
 
“Met..met..seandainya saya bisa menghabiskan 5 ketupat, tetap saya toh yang 
akan bayar”
“he he ya nggak dong Pak..saya siap membayar kok” Slamet belagak konsisten 
dengan ucapannya
“Oke deh kalo gitu..ini uang tolong kamu bayar ke kasir  ya”
 
Salam Kuliner, Barong Tongkok, 26 Mei 2011
 Saya dan Slamet di Coto Makasar-Tenggarong silahkan 
klikhttp://www.facebook.com/update_security_info.php?wizard=1#!/photo.php?fbid=10150186187245912&set=a.133783575911.108921.693775911&type=1&theater
 
 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke