Sanak Palanta

Sambia manunggu kapa maraok tagak basitumpu dilandasan, ambo bukak2
koran di lapau ketek Garudo ko. Ambo ambiak haluan dan batamu artikel
tahampehnyo kualitas pendidikan di sumbar tahun ko. Terenyuh, bana2
terenyuh ambo. Tahun 80an, masih banyak urang dari Malaysia kuliah di
Padang, tapi kini ko, urang tu pai bajalan2 sajo ka Minangkabau, nan
awak justru pai sikola kini ka Malaysia. Baa ka indak, mode artikel
dibawah kualitas kito kini.

Salam

Sutan Mancayo
Sadang di BIM mananti kapa


Negeri Bernama Sumatera Berat


Senin, 30 May 2011 02:23

Wacana akan men­jadikan Provinsi Su­matera Barat sebagai daerah
“industri otak”, dengan kata lain, dae­rah yang akan mela­hirkan orang
orang pintar, tampaknya se­ge­ra akan ter­tungkut. Maksudnya, kalau
wa­cana itu sebuah per­mainan gundu, makanya gundu awak sudah tidak
bisa dipakai bermain lagi. Ditungkutkan saja, sebagaimana halnya nasib
“gundu yang telah celek”. Habis main.

Kenang-kenangan masa lampau, ketika orang awak tampil terdepan di
pentas politik, sosial, budaya dan tentunya juga ekonomi, adalah
jejeran pusara tua yang berlumut. Seperti tak ada tuahnya lagi. Kalau
ingin air mata tergenang, ziarahilah di hari baik bulan baik. Permisi,
numpang bangga sejenak. Bapak, engku, inyik atau Uwo awak, namanya
pernah menggaung  sebagai pionir dan pialang yang menyusun sendi
repu­blik ini. Mereka adalah orang orang awak yang berani, cerdas dan
pintar. Terima kasih dari Indonesia padamu semua

Tentulah arwah mereka tak menyesali ranah Minang ini sebagai tanah
leluhur. Ranah yang berpayung adat. Adat basandi sarak, sarak basandi
Kitabullah. Sungguh. Dulu, segan orang bermuka-muka dengan cendikia
kita. Rasa tak terimbangi kebijakan orang awak deknya. Orang Minang
itu pintar-pintar, kata orang yang bukan dari Min…Ah…Sumatera Barat
ini (segan saya acap acap menyebut kata Minang)

Maka , ketika kabar sahih menye­butkan rangking dunia pendidikan di
Sumatera Barat “berhasil” menem­pati urutan nomor lima atau enam
terbawah dalam hasil UN 2011, saya terkesima. Untung ada pemekaran
provinsi di Nusantara ini. Kalau tidak, maka tidak bisa ditolak-tolak,
awaklah yang nomor satu “tegak” (tengak) di belakang. Nomor pincit
dari yang pintar-pintar. Artinya nomor satu dari yang bodoh-bodoh.
Jangan malu. Timbang imbang, ini “prestasi” juga. Seumur-umur, kinilah
dunia pendidikan kita nyaris disa­makan dengan ubur-ubur.

Padahal, orang awak sejak dulu suka memakan makanan bergizi. Gulai
hati. Gulai Sumsum. Bahkan, gulai otak. Gizi kita tinggi. Koles­terol
kita santing. Kalaulah kecer­dasan sedikit banyaknya bersandar pada
gizi dan makanan, kenapa kualitas dunia pendidikan kita sekarang luar
biasa anjlok? Apakah kita salah makan, salah kunyah, salah telan atau
salah didik?

Jangan-jangan, salah kaprah. Penafsiran peningkatan kualitas dihambat
oleh asas kepatuhan, bukan kepatutan. Ini yang membuat pen­didik kita
salah ajar juga. Jadinya, kurang ajar ajaran yang mengacu pada metode
keilmuan praktis akademis. Yang banyak, justru metode pengem­bangan
krisis strategis dan suka kelimis. Beliau beliau yang di eksekutif dan
legislatif, tadinya disiapkan mengurus institusi pendi­dikan, sesat
langkah barangkali. Mau mengurus pendidikan, pening mene­mukan arahan
yang membingungkan, terurus pendudukan atau pendadakan. Salah dong!

Dunia pendidikan Sumatera Barat sekarang jatuh berat. Berat.
Terhem­pas ke titik bawah. Dekat benar ke titik nadir. Padahal, kita
makan kalio hati. Gulai banak kita gadang-gadang saitnya. Lidah kerbau
dan jawi, kita potong kecil-kecil.  Kita buat sate.  Tapi, sekarang,
pendidikan kita kok terluncur? Makan kasik sajalah kita lagi lah…

Malu kita pada arwah  Muham­mad Yamin, Agus Salim, Bung Hatta,
Syahrir, Tan Malaka, dan puluhan nama gemilang lainnya, orang orang
yang dibanggakan Republik ini. Memang bukan orang Sumatera Berat, tapi
orang Minang dari Sumtera Tengah. Sumatera Barat, maharam saja ke
bawah, terlalu berat untuk diangkat ke anjungan. Ya. Sumatera Berat
sajalah lagi  julukannya

-- 
Sent from my mobile device

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Reply via email to