Kalau ada kepedulian, ada kemauan dan jujur. Pasti ada jalan. Yang
pasti bupati itu langka.

On 6/9/11, Darwin Chalidi <dchal...@gmail.com> wrote:
> http://nasional.kompas.com/read/2011/06/06/04231398/Kabupaten-Termiskin-Menggratiskan-Pendidikan
>
> Kabupaten Termiskin Menggratiskan Pendidikan
> Senin, 6 Juni 2011 | 04:23 WIB
>
> Kebodohan telah melanggengkan kemelaratan dan kekuasaan kolonial Belanda.
> Pendidikan kemudian menjadi tema sentral dalam pergerakan nasional. Inilah
> yang mendorong Tan Malaka, Bung Karno, Sjahrir, Ki Hajar Dewantara, dan
> tokoh-tokoh lainnya mendirikan sekolah dan ikut
> mengajar.
>
> Bertolak dari perjalanan sejarah yang pahit, para pendiri
> Republik bercita-cita bahwa kemerdekaan akan mengantar rakyat Indonesia
> menjadi bangsa yang cerdas. Agar hal ini tidak dilupakan generasi
> penerus, ihwal mencerdaskan bangsa dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945.
>
> Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berusaha melaksanakan amanat itu. Anggaran
> sektor pendidikan digenjot, terbesar dibandingkan sektor
> lainnya. Pemerintah kemudian mengumumkan wajib belajar 9 tahun
> bagi anak-anak Indonesia.
>
> Akan tetapi, dalam pelaksanaannya program mencerdaskan bangsa justru menjadi
> lahan baru untuk memperkaya diri kalangan pejabat. Aneka
> tafsir kemudian muncul. Ada yang berpendapat, wajib belajar bukan berarti
> sekolah gratis. Karena itu, berbagai pungutan tetap marak.
>
> Ada pula yang berpendapat, program itu hanya berlaku bagi siswa
> dari keluarga miskin. Yang dibebaskan pun hanya sumbangan
> menyelenggaraan pendidikan (SPP). Selebihnya harus tetap membayar, seperti
> uang masuk sekolah, seragam, uang buku, dan sumbangan investasi
> pembangunan gedung.
>
> Alhasil, banyak anak yang putus sekolah karena orangtuanya tidak mampu. Lalu
> terjadi banyak kasus pelajar yang nekat melakukan percobaan bunuh diri
> bahkan bunuh diri karena orangtuanya tak mampu membayar tunggakan SPP.
>
> Lantas, apa sesungguhnya yang terjadi pada pendidikan kita?
>
> *Kabupaten termiskin*
>
> Di Kalimantan Barat, Pemerintah Kabupaten Kayong Utara melangkah
> lebih progresif. Sejak terbentuknya kabupaten ini tahun 2007,
> sebagai pecahan Kabupaten Ketapang, wajib belajar dilaksanakan secara
> absolut dan tidak hanya 9 tahun, tetapi 12 tahun. Selain itu, Pemkab
> juga menyiapkan pelayanan kesehatan 24 jam berikut tenaga dokter,
> secara gratis.
>
> Berbeda dengan konsep wajib belajar 9 tahun yang sasarannya lebih kepada
> keluarga tidak mampu, Pemkab Kayong Utara menetapkan semua murid
> sekolah—negeri maupun swasta, TK hingga SLTA—tidak dikenakan SPP dan
> pungutan lainnya.
>
> Pemkab juga menyediakan dua setel seragam, termasuk batik, dan buku-buku
> pelajaran secara gratis. ”Dengan demikian, tidak ada alasan orangtua
> melarang anaknya sekolah. Dan pemerintah sudah melaksanakan kewajibannya
> dalam mencerdaskan bangsa,’’ kata Hildi Hamid, Bupati Kayong Utara.
>
> Kayong Utara merupakan kabupaten termiskin di Kalbar. Mayoritas penduduknya
> adalah petani gurem dan nelayan tradisional, kecuali di Pulau Karimata dan
> pulau-pulau lain yang telah menggunakan alat tangkap modern.
>
> Data Bappeda setempat tahun 2010 menunjukkan, kepadatan penduduk Kayong
> Utara berkisar 20 jiwa per kilometer persegi. Namun, dari 95.605 jiwa
> penduduk, sebanyak 39.408 jiwa dikategorikan miskin (sekitar 41 persen).
>
> Menurut Hildi, akibat kemiskinan, angka putus sekolah sangat tinggi pada
> masa lalu. Bangku sekolah banyak yang kosong. Orangtua melihat anaknya lebih
> bermanfaat membantu di ladang atau menangkap ikan di laut. Sebagian lagi
> membiarkan anaknya berkeliaran. Data tahun 2009 menunjukkan, jumlah anak
> telantar 149 orang
>
> ”Setelah sekolah digratiskan, jumlah yang mendaftar membeludak.Bahkan, ada
> yang usianya di atas 15 tahun mendaftar di SLTP. Ini menunjukkan
> meningkatnya minat belajar,’’ kata Hildi.
>
> Di kabupaten ini terdapat 13 TK, 101 SD dan 7 sekolah agama setingkat SD, 32
> SLTP dan 4 sekolah agama setingkatnya, 7 SLTA dan 2 sekolah agama setingkat,
> serta 3 SMK.
>
> Menurut Hildi, pada awalnya Pemkab kesulitan mendatangkan tenaga pengajar.
> Mereka menganggap Kayong Utara sebagai daerah terpencil dan terbelakang.
> Namun, setelah Pemkab memutuskan mengutamakan guru dalam penerimaan calon
> pegawai negeri baru, yang mendaftar membeludak. Bahkan, ada yang dari Aceh.
>
> Pelayanan kesehatan gratis
>
> Bertolak dari gawatnya kemiskinan di Kayong Utara, Pemkab juga menggratiskan
> pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Memang, di daerah ini belum ada rumah
> sakit karena memang belum dirasakan mendesak, sementara biaya operasional
> rumah sakit cukup besar.
>
> Sejauh ini puskesmas yang ada dimodifikasi dan dilengkapi
> peralatan kedokteran, ruang rawat inap, dan dokter jaga 24 jam. Dokter
> spesialis juga didatangkan pada hari tertentu.
>
> Di daerah lain, seusai jam kerja di puskesmas, dokter umumnya
> membuka praktik di rumah dinasnya dengan tarif yang berlaku umum. Di
> Kayong Utara, agar pasien tidak dipungut bayaran, Pemkab memberi
> insentif kepada dokter sebesar Rp 100.000 per pasien yang datang ke rumahnya
> di luar jam kerja.
>
> Insentif bagi dokter kapal puskesmas jumlahnya lebih besar, Rp 2 juta untuk
> sekali perjalanan. Kapal puskesmas ini dilengkapi peralatan kedokteran untuk
> melayani penduduk di pulau-pulau. Sekali perjalanan membutuhkan waktu 7
> hari.
>
> ”Walaupun saat ini hanya puskesmas, jika dokter berpendapat pasien harus
> dirujuk ke rumah sakit di kabupaten lain, Pemkab akan menanggung biaya
> ambulans dan rumah sakitnya. Jika dokter di rumah sakit mengatakan pasien
> harus dirujuk ke rumah sakit di Jakarta, Pemkab akan menanggung semua
> biayanya,’’ kata Hildi.
>
> Kayong Utara jelas bukan daerah penghasil minyak bumi, melainkan kabupaten
> termiskin dan terbelakang di Kalbar. Lantas, bagaimana Pemkab membiayai
> semua pelayanan gratis tersebut?
>
> Hanya beberapa miliar
>
> Hildi terperanjat ketika ditanyakan hal itu. Ia mengatakan, pemerintah telah
> menyiapkan bantuan operasional sekolah (BOS) dan BOS daerah. Untuk kesehatan
> ada jamkesmas, askes, dan lain-lain. Pemkab hanya menambah beberapa miliar
> untuk menggratiskan pendidikan dan pelayanan kesehatan.
>
> ”APBD Kayong Utara ratusan miliar setiap tahun. Apalah artinya jika Rp 5
> miliar atau Rp 10 miliar dialokasikan untuk menggratiskan pendidikan dan
> kesehatan,’’ kata Hildi.
>
> Dengan menggratiskan pendidikan, masyarakat menjadi bergairah
> kembali.Anak-anak mereka tidak lagi memegang cangkul di ladang, menangkap
> ikan di laut, atau berkeliaran di pasar, tetapi kini duduk di bangku sekolah
> tanpa merasa rendah diri, membaca buku yang sama dan belajar bersama.
>
> Agar progam pendidikan dan kesehatan gratis tersebut
> berkesinambungan, direncanakan akan ditetapkan dalam perda. Selama ini hanya
>  berdasarkan keputusan bupati.
>
> Bupati Hildi mengaku mendapat banyak masukan dari pamannya,
> pengusaha nasional Oesman Sapta, yang juga lahir dan besar di Kayong
> Utara, terutama agar mendahulukan kepentingan rakyat dan tidak membebaninya.
>
> Terlepas dari semua itu, Kayong Utara layak menjadi contoh bahwa pendidikan
> dan pelayan kesehatan gratis bukanlah masalah yang membutuhkan dana besar.
> (Maruli Tobing)
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
>   1. E-mail besar dari 200KB;
>   2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>

-- 
Sent from my mobile device

Wassalaamu'alaikum
Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
gelar Bagindo, suku Mandahiliang,
lahir 17 Agustus 1947.
di Nagari Gasan Gadang, Kab. Pariaman.
rantau: Deli dan Jakarta, kini Sterling, Virginia-USA
------------------------------------------------------------
"Kepedulian sanak terhadap anak-anak nagari ditunggu. Mari sisihkan rejeki
kita Rp.250.000 untuk satu paket baju seragam bagi anak-anak yang tak
bersekolah, hanya karena tak sanggup beli baju seragam". Transfer infaq
sanak ke rek YPRN No. 0221919932 Bank BNI

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke