EDITORIAL Media Indonesia, Sabtu, 18 Juni 2011 00:00 WIB     

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/18/235063/70/13/Kebangkrutan-Nega
ra-

PERINGATAN sejumlah tokoh nasional tentang perlunya mencegah kebangkrutan
negara di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Kamis (16/6), tidak bisa
dianggap angin lalu. Kian hari, tanda-tanda bahwa negara ini semakin berada
di ambang gagal dan bangkrut semakin terlihat.

Tanda-tandanya banyak sekali. Pertama, pemerintah pusat yang lemah dan tidak
mampu dalam mengendalikan pemerintah daerah. Semuanya berjalan
sendiri-sendiri.

Kedua, buruknya infrastruktur hampir merata di mana-mana. Sedemikian buruk,
menunjukkan jeleknya peranan negara.

Ketiga, meluasnya keganasan korupsi. Yang terakhir terjadi megakorupsi yang
diduga sangat kuat digerakkan Nazaruddin, mantan bendahara umum partai yang
berkuasa.

Keempat, inilah negara yang memusuhi kejujuran. Betapa celaka karena sikap
memusuhi kejujuran itu bahkan disemai di dunia pendidikan.

Kelima, ketidakmangkusan kepemimpinan nasional sehingga nyaris tidak ada
masalah bangsa dan negara yang selesai. Sebaliknya, masalah kian menumpuk
menggerogoti kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keenam, daya beli rakyat yang semakin merosot. Harga pangan dan harga energi
semakin tidak terjangkau rakyat banyak.

Maka, tidak mengherankan jika survei lembaga The Fund for Peace dan majalah
Foreign Policy tentang failed state index atau indeks negara gagal pada 2010
menempatkan Indonesia di posisi negara dalam peringatan, atau dekat dengan
negara gagal.

Bahkan, sejak 2005 hingga 2010, Indonesia lebih dekat jaraknya dengan posisi
'waspada' negara gagal ketimbang dengan posisi 'bertahan'.

Indonesia bahkan belum masuk di zona negara moderat.

Indeks tersebut memasukkan 177 negara ke dalam empat posisi dari segi dekat
jauhnya terhadap kategori negara gagal, yaitu posisi waspada (alert), dalam
peringatan (warning), sedang (moderate), dan bertahan (sustainable).

Posisi Indonesia di urutan 61 dari 177 negara di dunia yang disurvei sudah
mendekati negara-negara yang masuk kategori gagal seperti Somalia dan
Zimbabwe.

Sayangnya, beragam seruan dan peringatan negara gagal itu ditanggapi amat
defensif oleh para pemangku kekuasaan di Republik ini. Alih-alih berterima
kasih karena diperingatkan, malah ada pejabat yang memberi cap kepada para
penyeru penyelamatan bangsa dari kegagalan sebagai 'pengidap mata kalong'.

Bergepok-gepok data, berpuluh-puluh survei, berderet fakta sosial agaknya
belum cukup bagi pemerintah untuk terlecut menarik negara ini dari tubir
kebangkrutan. Pemimpin di negeri ini belum mampu menjadi lokomotif yang
menggerakkan. Celakanya, ketika ada pihak-pihak yang membantu menarik
gerbong, para pemimpin malah mencurigai.

Selama para pemangku kekuasaan terus menganggap angin lalu berbagai seruan
itu, bukan mustahil negara bangkrut benar-benar menjadi kenyataan.

Lalu, kita pun meratapinya seumur hidup.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke