Sasuai jo pandangan angku Dt. Bagindo dan almarhum Wisran Hadi. Kok mode itu 
caro awak baradaik, alamaik ka lamak surang-surang, usah bapacik ka sabatang 
panjang. Dari alah banyak contoh, mudaraik nan ka dapek, nan lamaknyo 
sabantanyo.
Kok buliah manambah saketek :
 
urang rantau di palanta minang
maukia kato babarih-barih
jalan alah diasak awak surang
usah batenggang ka nan ramih
 
babarih-barih kato dituliskan
mangurai taragak di dalam hati
raso pareso indak lai dipatenggangkan
tapi alah tasilau jo urang bapiti
 
dek taragak ka ranah bundo
biarlah hati dibaok sansaro
kok baitu model kan dan niniak mamak kito
elok dibuang, baliak kito ka pituah lamo
 
Wassalam,
-datuk endang


--- On Thu, 6/30/11, azmi abu kasim azmi abu kasim 
<azmi_libra_kenc...@yahoo.co.id> wrote:





















Assalamalikum W.W.

Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati


Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian gelar 
adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya, dan mohon maaf 
jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih ateh sagalo pehtian.


Wassalam,





GELAR ADAT

DIBERIKAN  TIDAK  PADA  TEMPATNYA
 
             Pada hari Rabu tanggal 28 Juni pukul  09,03 pagi ambo mendapat SMS 
dari Bapak Wali Nagari Pasia Bukittinggi Bapak Asrafery, yang isinya adalah 
menyampaikan berita duka cita, bahwa  telah berpulang ke alam akhir Bapak 
Wisran Hadi (66 tahun) di Lapai Padang, pada jam 07,30 pagi tgl 28 /6/11 beliau 
terima dari bapak Darman Moenir dan beliau meneruskan kepada ambo. Lansung ambo 
baleh SMSnya, dengan menyatakan atas nama Lembaga Adat Kebudayaan Minangkabau 
(LAKM) Jakarta, turut berduka cita yang sedalam-dalamnya dan kita mendoakan 
semoga arwah beliau di terima di sisi Allah, di terima segala amal kebaikan dan 
di maafkan segala kekilapannya. Kemudian ambo susul dengan telepon kepada Bapak 
Asrafery dengan menyatakan bahwa kita sangat kehilangan atas kepergian beliau.  
 
Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok.
 
Bebarapa hari sebelumnya, sebenarnya kita telah di kejutkan  oleh tulisan 
beliau Bapak Wisran Hadi, yang di muat di harian Singalang dan di tulis di 
milis nangko. Tulisan  diberi judul “Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok” hal 
tersebut berkaitan dengan adanya pemberian  gelar Datuak olek KAN niniak mamak 
nan salapan suku di Padang, beserta Bundo Kandung, yang diberikan kepada orang 
non Islam. 
Kami atas nama pribadi, sangat sepandapek dengan beliau Alm Bapak Wisran Hadi, 
bahwa hal ini merupakan kesalahan besar yang dapat mengkaburkan nilai-nilai 
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kibullah, (ABS-SBK), yang merupakan jati 
diri masyarakat Minangkau. Yang mana bahwa masyarakat Minangkabau telah 
sepakat, menganut Agama hanya satu-satunya adalah Agam Islam, setiap orang 
Minang itu pasti Islam apalagi nan bagala Datuak atau Penghulu. Jika ada orang 
Minang yang berpindah Agama, baik bagala Datuak atau Sutan, maka dia secara 
otomatis keluar dari orang Minang,  atau dia bukanlah orang Minang lagi, tetapi 
hanyalah orang Sumatera Barat. 
Menerut pendapat kami pemberian gelar tersebut adalah pelecehan : Yang pertama, 
pelecehan terhadap yang menerima, karena dia menerima sesuatu yang tidak dapat 
di manfaatkan. Hal ini sama dengan menerima cek kosong tidak dapat di uangkan, 
dalam pepatah adat disebutkan “berdiri penghulu sepakat kaum” sedang dia 
sendiri tidak punya kaum, lalu siapa yang mengangkatnya?
Yang kedua, pelecehan terhadap nilai-nilai adat itu sendiri, jangankan gelar 
yang diberikan kepada orang non Islam. Sedangkan orang Minangkabau sendiri yang 
telah di beri gelar, apakah itu gelar datuak, atau gelar yang lain, apabila dia 
berpindah agama dari agam Islam, maka gelar yang di telah di berikan kepadanya 
di cabut kembali, begitu juga seluruh hak-hak adat atau yang disebut sako jo 
pusako, dan kepadanya diberikan sanksi adat dengan dibuang sepanjang adat.
Yang ketiga, pelecehan terhadap yang memberi, karena mereka telah melakukan 
sesuatu yang bertentangan dengan aturan adat  nan sabatang panjang, yaitu “Adat 
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” (ABS-SBK) yang berlaku di seluruh 
Minangkabau. Masyarakat Minangkabau  menjunjung tinggi nilai yang terkandung di 
dalamnya. Ini sangat berbahaya karena  pemberian ini berarti telah memberikan 
peluang kepada  pihak Agama lain untuk masuk kedalam tatanan Adat Minangkabau, 
hal ini tentu tidak dapat di biarkan. Kita belum tahu apa alasan pemberian 
tersebut, apa ada unsur kesengajaan atau mungkin beliau-beliau itu lupa, dalam 
hal ini  perlu ada kejelasan. Kalau Bulando bapaga basi, Minangkabau bapaga 
Adat, maka sekarang paga itu yang telah dibuka oleh orang dalam sendiri, jadi 
jalan tidak dianjak urang lalu, cupak indak dirubah urang manggalek, tetapi 
urang dalam sendiri nan maasak jalan dan nan marubah cupak,  mako sehubungan 
dengan hal tersebut diatas,
 bersama ini ambo manyarankan sebagai berikut : 
 
(1)   Kiranya KAN niniak mamak nan salapan suku nagri Padang berserta Bundo 
Kandung, dapat mengadakan koreksi kembali dengan pertimbangan dan mengkaji 
melarat dan manfaatnya, tentu lebih banyak melarat dari manfaatnya dan kemudian 
mencabut kembali pemberian gelar tersebut, dan selanjut membuat pernyataan maaf 
melalui media cetak kepada seluruh masyarakat Minangkabau
(2)   Kepada yang menerima gelar tersebut, kiranya dengan jiwa besar, dapat 
membuat pernyataan, mengembalikan gelar tersebut kepada KAN salapan suku di 
Padang. Dengan alasan, lebih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya, dan 
kemudian membuat pernyataan maaf melalui media cetak kepada seluruh masyarakat 
Minangkabau
(3)   Kepada seluruh masyarakat Minang yang terkait, terutama para pemuka dan 
pemangku Adat, kiranya dapat lebih berhati-hati untuk dimasa datang, sehingga 
hal seperti ini tidak terulang kembali
(4)   Kepada pihak luar yang tidak terkait dan tidak berhak dan tidak ada 
hubungan dengan garis keturunan system matrilineal Minagkabau, kiranya dapat 
lebih berhati-hati, terhadap iming-iming pemeberian gelar tersebut, karena hal 
terbut jelas-jelas tidak ada manfaatnya bagi pihak luar. 
Demikianlah semetara yang dapek ambo sampaikan, dan tentu kito berharap ado 
ketegasan dari LKAAM Sumbar, dan pendapek dari Gebu Minang, karena ini  juga 
menyangkut soal Budaya, dan selanjutnyo jika ada yang kurang pada tempatnya 
ambo mohon maaf, dan terima kasih ateh sagalo perhatin
 
Wasslam,
 
Azmi Dt,Bagindo (59 th)
Sekum LAKM Jkt.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke