B. Total Dakwah 

Islam sering diartikan menurut lughat (bahasa) sebagai penyerahan diri, yaitu 
penyerahan 
diri hanya kepada Allah. Seorang muslim adalah manusia yang telah pasrah, 
ikhlas untuk 
berpihak hanya kepada Allah dan Rasulullah. Pada saat dia bersyahadat, ada 
semacam 
getaran kesadaran bahwa dirinya secara otomatis menjadi anggota partai Allah 
(hizbullah), 
kelompok yang hanya berpihak kepada ketentuan hukum Allah semata-mata, 
sebagaimana firman Allah:
 
"Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman 
menjadi 
penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti 
menang." (al-
Maa'idah: 56).
 
Hidup seorang muslim sangat jelas dan pasti dalam pandangan batinnya dan 
mengatakan 
bahwa hidup ini hanya ada dua pemihakan. Seorang muslim juga tidak mungkin 
duduk 
diantara keduanya --jelas lebih berpihak pada partai Allah. Pada saat dia 
berpihak kepada 
Allah sebagai anggota partai Allah, pada saat yang sama pula, dia akan 
menafikan, 
menolak, dan merobek seruan "partai setan" yang merayunya untuk memihak kepada 
kesesatan. Dia tolak seruan setan yang akan melalaikan dirinya dari dzikrullah, 
karena 
apabila sedikit saja ia lalai dan berpihak pada partai setan, maka setan pun 
akan 
menggiringnya kepada kehidupan palsu yang penuh dengan tipuan, sebagaimana 
firman 
Nya:
 
"Setan telah meguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, 
mereka 
itulah golongan setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan setan itulah 
golongan 
yang paling merugi." (al-Mujaadalah:19).
 
Maka lihatlah pertarungan antara yang hak dan batil tersebut tidak pernah akan 
berhenti. 
Bahkan, sejak engkau terbangun di pagi hari karena gugahan suara merdu azan 
yang 
menerpa cakrawala, engkau terbangun, dan kemudian segera harus memutuskan, 
memilih dan berpihak. Apabila engkau berdiri, mengambil wudhu, kemudian 
berangkat ke 
masjid untuk shalat subuh berjamaah, maka pada saat itu engkau telah berpihak 
kepada 
Allah. Apabila sebaliknya, maka engkau pun dengan suka cita berpihak kepada 
setan. 
Memang hidup ini tidak lain adalah rangkaian dari sebuah proses untuk mengambil 
keputusan dan memilih: apakah berpihak kepada Allah atau setan.
 
Pertarungan antara hak dan batil tidak pernah akan berhenti, dan sebagai 
konsekuensinya 
setiap pribadi muslim merasa terpanggil untuk melakukan gerakan dakwah. Menyeru 
dan 
meluruskan pandangan mata batinnya agar tetap menuju, berada, dan tetap bersama 
dengan ketentuan Allah. Dia sadar bahwa membiarkan penyimpangan iman, perilaku, 
dan 
sikap yang keluar dari alur sirathal-mustaqim, akan membawa konsekuensi yang 
berat. 
Penyimpangan bisa jadi hanya sedikit saja menurut perasaannya. Akan tetapi, 
lihatlah 
risikonya yang kian bertambah lebar dan bertambah jauh dari jalan kebenaran, 
sehingga 
untuk mengembalikannya dibutuhkan usaha ekstra yang sangat besar pula.
 
Dapat digambarkan bahwa penyimpangan yang sedikit, tetapi karena terus dibiarkan
maka dalam kurun waktu tertentu perilaku seseorang yang menyimpang itu sudah 
sangat 
jauh. Bahkan, mereka merasa asing dengan jalannya sendiri karena sudah terlalu 
asyik 
dengan jalan setan.
 
Maka upaya dakwah yang kontinu dan inovatif merupakan suatu kewajiban, bahkan 
keterpanggilan setiap muslim untuk melakukannya karena amanat dan rasa 
tanggungjawab yang sangat besar atas keselamatan diri dan umat manusia. Setiap 
pribadi muslim, para ikhwan yang hatinya sudah terpaut dalam gelombang dakwah 
harus 
pula memiliki wawasan keilmuan yang luas. Bahasa apa yang paling indah, kecuali 
kalimat yang keluar dari sanubari manusia untuk menyeru ke jalan Allah, seperti 
yang 
termaktub pada surat Fushshilat:33; "...Sesungguhnya aku termasuk orang yang 
berserah 
diri?" Di mana pun mereka berada maka mereka akan tampil sebagai pelita yang 
memberikan cahaya berbinar (sirajam muniran). Memberikan bekas dan mewarnai 
lingkungannya dengan "cahaya marhamah".
 
Kita tidak mengenal sistem "pastoral"; di mana penggembalaan umat diserahkan 
pada 
satu orang. Di dalam agama kita, seluruh individu yang mengaku dirinya beragama 
Islam 
otomatis harus menjadi juru dakwah yang menyeru umat manusia ke jalan-Nya 
seperti 
disebutkan dalam surat Yusuf: 108, dan membebaskan umat manusia dari perbudakan 
hawa nafsu, membebaskan umat manusia dari segala mitos dan ketidak-berdayaan 
(powerless) menghadapi hasil olah dan ulah budayanya sendiri.
 
Maka camkanlah dengan penuh rasa tanggung jawab bahwa salah satu misi yang 
harus 
tertanam kuat dalam urat dan darah setiap ikhwan adalah rasa tanggung jawabnya 
yang 
besar untuk mewarnai lingkungannya dengan uswah 'keteladanan' dan kecerdasan 
yang 
cemerlang, seperti berikut:
 
1. Hidupnya merasa tidak berarti apabila hari-hari berlalu tanpa memberikan 
arti dari 
lingkungannya dan bagi lingkungannya. Dengan perasaan seperti inilah, para 
anggota itu 
melancarkan gerakan silaturahmi. Menyebarkan serta mengikat tali hubungan 
dengan 
siapa pun seraya tersisip di dalamnya sebuah misi, yaitu untuk memberikan bekas 
pengaruh yang mendalam kepada lingkungannya dengan hikmah dan simpatik.
 
2. Jabatannya, keahliannya, hartanya, ilmunya, dan apa saja yang menjadi amanat 
pada 
dirinya dijadikan sebagai aset atau media untuk mewarnai lingkungannya dengan 
cahaya 
islami. Ikhwan atau akhwat yang bekerja sebagai guru atau dosen akan memulai 
pelajarannya dengan membaca, "Bismillah", atau mengajak para hadirin dengan 
membaca 
surat al-Fatihah. Demikian juga karena dia memiliki kekuatan, maka seorang 
direktur 
utama akan memimpin rapatnya dengan melakukan hal yang sama. Seorang dokter 
akan 
menyuntik atau memeriksa tubuh pasiennya dengan mengucapkan, 
"Bismillahirrahmanirrahim," sehingga bukan saja rasa sejuk yang didapatkannya, 
bahkan 
kepercayaan akan tumbuh pada diri pasien tersebut.
 
Pokoknya setiap muslim yang sadar akan visi dan misi eksistensi dirinya, 
pastilah akan 
merasa terpanggil untuk mewarnai lingkungannya, di mana pun dan dalam situasi 
apa 
pun. Sehingga, kehadiran dirinya dengan cepat akan memberikan arti dan 
kehadiran 
dirinya di lingkungannya itu menjadi dambaan tali pengikat persaudaraan. 
Persaudaraan 
sebagai roh perjuangan jamaah ikhwan ini lebih dominan dari kepentmgan dirinya 
sendiri. 
Dia rela mengorbankan kepentingan pribadinya asalkan tumbuh persaudaraan dan 
kemuliaan untuk sesama anggota jamaahnya.
 
Semangat berkobar seperti inilah yang merupakan lem perekat dan sekaligus ciri 
khas 
dari para anggota jamaah. Wajahnya cerah, tersungging (tampak) sebuah senyuman 
tanpa ada keluhan sedikit pun. Haru biru umat Islam di muka bumi ini, karena 
hilangnya 
makna aktual dari ikatan persaudaraan sebagai ciri dan cara umat Islam hidup. 
Porak-
porandanya kekuatan Islam di muka bumi ini, dikarenakan kita semua tidak lagi 
mampu 
mengaplikasikan secara aktual, pesan singkat dari Allah yang berfirman, 
"Sesungguhnya 
orang-orang beriman itu bersaudara...." (al-Hujurat: 10).
 
Ayat tersebut pada saat sekarang sudah menjadi sangat klise dan sekadar pemanis 
bahan pidato, bahkan bumbu penyedap retorika. Hebat dalam pernyataan, tetapi 
hampa 
dalam kenyataan. Maka dakwah yang paling meminta perhatian kita semua sebagai 
warga muslim dunia tidak lain adalah mengalirkan kembali roh ukhuwah, menjalin 
tali 
persaudaraan dalam arti yang wujud. Apa pun jenis organisasi dakwah, 
bagaimanapun 
bentuk gerakan dakwah, apabila nilai kandungan persaudaraan tidak dijadikan 
tema 
bersama, maka hanya obsesi kosong jualah yang bakal menimpa. Bukankah Al-Qur'an 
dengan sangat tegas memberikan satu sinyal bahwa orang-orang kafir itu pun 
saling 
bersekongkol, yang satu dengan lainnya saling membantu untuk menghancurkan 
gerakan 
dakwah Islam.
 
Demi menghancurkan nilai-nilai Islam, kadang-kadang mereka tidak segan 
bersekutu 
dengan setan sekalipun, asalkan cahaya Islam tidak menerangi rumah-rumah 
mereka. 
Maka alasan apa bagi kita semua yang terlahir ingin menjadi anggota partai 
Allah 
(hizbullah) menelantarkan nilai persaudaraan? Inilah kunci surga yang telah 
lama kita 
buang. Karena kesombongan dengan fanatisme sempit yang bagaikan api membara 
telah 
melumatkan tatanan perjuangan Islam secara menyeluruh.
 
Bagi seorang muslim yang memahami makna keberpihakan kepada Allah, niscaya dia 
merasa malu untuk ikut bergabung dengan kelompok-kelompok yang nilai serta roh 
perjuangannya tidak mengalir dari cucuran kebenaran Al-Qur'an dan Sunnah. 
Ketahuilah 
bahwa pola dan sikap manusia sangat ditentukan oleh milieu atau lingkungan 
mereka 
bergaul. Dalam tatanan pergaulan kelompok, apabila kita bergabung dalam tatanan 
kelompok yang tidak Qur'ani dan tidak membawakan roh dakwah, kita khawatir akan 
menjadi manusia yang lembek. Karena perilaku diri kita telah diwarnai oleh 
etika dan nilai, 
yang dengan sangat nyata bertentangan dengan roh dakwah itu sendiri.
 
Maka dalam posisi dan situasi apa pun, misi dakwah adalah citra dominan dari 
kepribadian setiap muslim. Bagaikan pelita yang memberikan cahaya benderang 
bagi 
mereka yang kegelapan, melimpahkan percikan kedamaian bagi mereka yang gelisah, 
keteduhan dan ketenteraman batin (mutma'inah) bagi para musafir pengembara 
dunia.

Bersambung ke bab 5.2
 
Wassalam
 
St. Sinaro
 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke