Mubes Gebu Minang Jangan Sekadar Ajang Kumpul JPNN Berita Sosial Sabtu, 09/07/2011 - 18:10 WIB JPNN
[image: Gebu Minang/ Ali Unan] PADANG PANJANG - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Patrialis Akbar meminta forum Musyawarah Besar (Mubes) Gerakan Ekonomi dan Budaya (Gebu) Minang segera mereposisi diri seiring dengan beruntunnya bencana alam yang akhir-akhir ini terjadi, baik secara nasional maupun di Sumbar, serta semakin tingginya interaksi masyarakat dunia. Permintaan tersebut disampaikan Menkumham Patrialis Akbar saat membuka Mubes Gebu Minang V yang berlangsung di aula Hurijah Adam, kampus Institut Seni Indonesia (ISI), Kota Serambi Mekah, Padang Panjang, Sumbar, Sabtu (9/7). "Mubes ini momentum bagi kita untuk melakukan perubahan seiring dengan beruntunnya musibah khususnya di Sumatera Barat. Inilah saatnya masyarakat kita yang terhimpun dalam Gebu Minang untuk bersama-sama memikirkan kembali tentang apa kontribusi Gebu Minang untuk Sumbar khususnya dan nasional umunya," kata Patrialis di hadapan 300-an peserta Mubes dari seluruh provinsi dan tiga negara lainnya yakni Malaysia, Singapura, dan Australia. Dalam konteks mereposisi Gebu Minang, lanjutnya, ada sejumlah kekuatan inti etnis Minang yang juga harus jadi bahan pertimbangan, yakni sumber daya manusia yang terbilang unggul di negeri ini dan tersebar di berbagai profesi. "Kekuatan inti ini secara manajerial dan sistematis belum tergarap. Ke depannya saya menyarankan semua sumberdaya manusia Minang ini sangat pantas untuk diorganisir oleh Gebu Minang," tegas politikus Partai PAN itu. Untuk mewujudkannya, Patrialis yang juga masih berstatus sebagai salah seorang Ketua Gebu Minang menekankan kepada peserta Mubes untuk mencari figur yang energik dan patriotik dalam memimpin Gebu Minang ke depan. Mubes ini jangan terjebak menjadi ajang kumpul bareng tanpa ada hasil kesepakatan yang dapat berkontribusi terhadap kebaikan banyak pihak. "Gebu Minang harus jadi tempat baiyo-iyo, barundiang tentang kebaikan bersama," ujar Menkumham. Selain itu, Patrialis juga menyinggung soal inkonsistensi masyarakat Minang dalam mengimplementasikan filosofi hidupnya yang berdasarkan pada Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). "Soal makan dan minum saja misalnya. Rasulullah mengajarkan makanlah dalam keadaan duduk dan gunakan tangan kanan untuk mengantarkan makanan dan minuman hingga ke mulut. Yang kita saksikan, ajaran Rasulullah itu dalam banyak kesempatan tidak lagi diindahkan oleh etnis Minang," ungkapnya. (fas/jpnn) -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/