Arif Rizki -Singgalang

Mendirikan warung makan di Sumatra Barat, khususnya di Padang, tentu harus 
paham lidah masyarakat kebanyakan. Lazimnya, lidah masyarakat Minangkabau harus 
dimanja dengan masakan pedas yang sarat dengan santan yang sangat kental. 
Namun, Aidil Makruf (58), atau yang dikenal sebagai Babe, membangun warung 
makan yang lari dari standar tersebut. 
Adalah Warung Babe yang dibangun Aidil pada 2000 silam, mencoba berdiri di 
antara tren masakan pedas dan berlemak. Warung yang berada di Jalan Ujung Gurun 
No. 156 Padang ini sangat digemari banyak kalangan karena memiliki menu-menu 
makanan berat/ringan yang unik, dan bercita rasa. Terbukti, setiap hari Aidil 
dan karyawannya kewalahan menerima pengunjung. Warung tak bersantan itu sabana 
kayun (laris manis)
Pilihan Aidil untuk membuka warung makan tanpa santan ini karena ia melihat di 
Sumbar masakan khas Minangkabau sudah terlalu banyak. Banyaknya warung makan 
Minang ini meninggalkan celah untuk digarap. Dengan melakukan riset 
kecil-kecilan, ia mendapatkan kesimpulan, masyarakat membutuhkan cita rasa baru 
dalam bersantap. Inilah yang kemudian membuatnya yakin untuk membuka usaha 
rumah makan yang tanpa ada kandungan santan sedikit pun. 
“Kami mencoba mempelajari kebutuhan masyarakat. Sebagain memang tak bisa lepas 
dari masakan Padang yang berkuah kental dan didominasi daging berkolesterol 
tinggi. Namun, ternyata sebagian lain membutuhkan menu baru yang menyegarkan,” 
ujar Aidil, alias Babe, kepada Singgalang pada Jumat (12/8) di warungnya. 
Bagi Babe, jika ia nekat mendirikan warung makan yang sama dengan warung makan 
padang yang konvensional, ia bisa tertinggal karena kurang mahirnya memasak 
makanan bersantan. Kekurangmahiran ini juga menjadi alasan mengapa ia harus 
memutar otak untuk menemukan celah usaha yang berbeda. 
Pada awal berdiri, Warung Babe memang sepi pengunjung. Masyarakat umum ternyata 
belum bisa cocok dengan jenis makanan yang didominasi sayur tumis, sayur asam 
tersebut. Namun pelan-pelan, kata Babe, masyarakat mulai menyukai menu yang 
disediakannya. 
“Pada tahun awal berdiri, diakui, kami kesulitan untuk meneruskan usaha. Kami 
sempat ingin mengubah segmen usaha, namun entah mengapa, kami yakin cara yang 
kami pilih sudah tepat,” ujar Riky Indra Putra (30), anak sulung Babe, yang 
memutuskan untuk meneruskan usaha keluarga tersebut. 
Riky, lulusan salah satu perguruan tinggi di Padang yang tidak ingin bekerja di 
sektor formal. Ia memutuskan untuk meneruskan usaha keluarganya karena melihat 
usaha ini cukup menjanjikan.
Kini, Warung Babe tidak pernah sehari pun sepi pengunjung. Dalam sehari, 
pendapatan Warung Babe tidak kurang dari Rp4 juta. Artinya, dalam sebulan omset 
di atas Rp100 juta. Angka ini cukup untuk menunjukkan setiap hari pengunjung 
warung ini tak terhitung jari. 
Mantan sopir
Awal memulai usaha, Babe bukanlah pengusaha yang sesukses hari ini. Sebelum 
memutuskan untuk hijrah dari Jawa bersama keluarganya, dan membuka warung pada 
2000, Babe merupakan seorang sopir di Jakarta. Pekerjaan ini dirasa tidak lagi 
menjanjikan. Ia pun hijrah ke Padang dan membuka warung kecil. 
“Awalnya Babe sopir. Besarnya kebutuhan, membuat Babe nekat ke Padang dan 
memutar otak untuk berwirausaha. Untungnya warung ini berjalan baik,” kenangnya.
Baiknya perkembangan usaha Warung Babe ternyata tercium Bank BNI. Pihak Bank 
pun menawarkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada Babe. Ini disambut 
baik, Babe pun segera melebarkan usahanya dengan menambah fasilitas warungnya. 
“Diakui, bantuan program KUR melonjakkan penghasilan warung,” kata Babe. 
Wakil Pimpinan BNI Sentra Kredit Padang, Erisman mengatakan, Babe layak 
mendapat KUR karena usahanya sangat potensial. Meski pun tergolong usaha kecil, 
jika dikelola dengan baik, usaha ini bisa menjadi besar suatu saat. 
Entah karena dengan bantuan KUR atau karena kelihaiannya melihat peluang, kini 
Babe kerap tersenyum lega karena sudah memilih untuk tidak menambhakan santan 
pada masakan warungnya. (*)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke