Assalamualikum w.w Kelapa Gading 22 September 2011
Bapak Kurnia Chalik sarato dunsanak di palanta nan ambo hormati. Menanggapi tulisan dibawah ko, nan berkebtulan di tujukan ke ambo. Dan sasuai pulo jo janji ambo, sewaktu kito basuo di JCC pada waktu dialog MAPPAS, bahwa ambo bajanji akan mencubo manangapinyo. Mako dibawah ko ambo cubo untuak mananggapinyo sesuai dengan kemampuan nan ado pado ambo. Tanggapan ambo, ambo buek dibawah tulisan pak Kurnia dengan huruf miring sebagai berikut : UNDANGAN DIALOG INTEREKTIF ADAT MINANGKABAU Rabu, 14 September, 2011 10:58 Dari: "Chalik, Kurnia(JKT-SSD)" <kurnia.cha...@inpex.co.jp> Kepada: "rantaunet@googlegroups.com" <rantaunet@googlegroups.com> Wa’alaikumsalam Pak Azmi Dt.Bagindo sarato adi dunsanak kasadonyo, Pertamo2 Ambo mengucapkan terimakasih banyak dan penghargaan yang setinggi2nya kepada Pak Azmi beserta seluruh jajaran panitia,semoga Dialog Interaktif Adat Minangkabau ini akan berlangsung dengan lancar dan produktif,Amin. Tanggapan : Ambopun mengucapkan terima kasih atek perhatian Bapak kepada panitia Dialog Interaktif Adat Minangkabau, alhamdulillah acara tersebut telah berjalan sesuai rencana, laporan pandangan mata atas jalanyo acara tersebut telah di buat oleh Bapak m.m St.Rangkayo Kaciek, dapek dilihat di milis awak ko. Ambo kemungkinan besar tidak bisa ikut acara dialog ini, dikarenakan pada jam yang sama ambo harus menghadiri rapat di kantor ambo sendiri,walaupun ambo sendiri sebetulnya sangat tertarik untuk ikut. Tanggapan : Indak baa do, mudah-mudahan dilain waktu bisa hadir, tetapi nan paralu doanyo lai sampai. Fenomena yang ambo temui di kampuang. Karena ambo sebetulnya sangat tertarik untuk membahas salah satu fenomena yang ambo liek sendiri dari Adat Minangkabau ini dalam forum dialog ini kalau panitia membolehkan yaitu Fenomena waris Harta Pusaka Tinggi (harta hasil turun temurun dan bukan dari hasil usaha sendiri) yang sepertinya tidak memberikan “keberkahan” kepada yang memakannya.Dimana Harta Pusaka Tinggi ini jatuh ke pihak perempuan dan terus turun temurun ke anak2 dan cucu2 perempuan saja. Tanggapan : (1) Sabananyo awak janganlah terlalu baburuak sangko terhadap system harata pusako tinggi di Minangkabau dengan mengatakan bahwa harta pusaka tinggi itu tidak memberikan “keberkahan” kepada yang mamakannyo. Apalagi harata tersebut sudah jelas-jelas di peruntukan untuk dunsanak kemanakan atau anak cucu didalam kaum atau suku-suku secara turun temurun, dan system nangkokan balaku di seluruh Minangkabau. Disitu pulalah terletaknya kekuatan masyarakat adat Minangkabu, malah menuruik Buya Hamka harto pusako di Minangkabau itu, adolah tiang agungnya Minangkabau. (2) Untuk pemanfaatan Harta Pusako Tinggi, memang pemanfaatannya adalah oleh kaum yang perempuan, tetapi bukan berarti hak mutlak jatuh kepdanya, dia hanya mengurus dan memanfaatkan serta mengambil hasinya. Namun, pengaturan, pengawasan berada di tangan mamak atau kaum laki-laki, itulah sebabnya harta itu disebut harta bersama atau harto komunal. Banyak ambo perhatikan,saudara2 kita yang hidup di kampuang yang hidup dari makan hasil harta pusaka tinggi ini yang mengalami problematic berat dalam kehidupan keluarganya.Perceraian,anak2 yang tidak selasai sekolahnya,penyakit yang menggeroti sepanjang hidup,anak2nya menjadi perawan tua dan tidak nikah2 serta kemelaratan dan kekurangan bahan pangan walaupun sawah dan palak dari harta pusaka tinggi ini cukup luas sebetulnya,dan yang menarik lagi ada yang sampai mengalami kepunahan karena tidak mempunyai anak keturunan lagi. Tanggapan : Sabananya awak nan barado di rantau ko, apolai nan lah baumua di ateh 50 tahun, mungkin masih ado hasil harto pusako didalam diri awak, indak bana awak nan mamakan sacaro langsung, tetapi kan urang gaek awak kan pasti pernah ikuik mamakn hasil harato tu, darah kan mngalir. Jadi sebaiknyo awak ijanlah baboruak sangko, bahwa semua kesulitan yang kito halami itu adolah akibat mamakan harto mpusako tinggi. Sabananyo awak harus basyukur, dengan adonyo di tinggakan harto pusako oleh niniak moyang kito masing-masing, nan dapek kito jadikan sebagai bukti asal usul, persatuan, dan cadangan. Dan yang lebih celakanya lagi yang ambo perhatikan juga,aturan waris Harta Pusaka Tinggi ini di banyak kasus di Ranah Minang sudah diaplikasikan juga ke Harta Pusaka Rendah (Harta hasil Pencarian Bapak dan Ibu kita sendiri),dimana harta2 ini pun,terkadang hanya diwariskan ke anak2 perempuan saja atau saudara2 perempuan saja,sementara anak laki2nya tidak kebagian. Tanggapan: Hal iko memang acok tadanganyo, tetapi hal ko ruponyo diakibatkan oleh tingginya raso keminangan seseorang, sehingga harta pusako randahpun yang seharusnya di atur atau di bagi menurut aturan Hukum Islam. Namun, diberikan juga kepada dunsanak padusi, yang seakan-akan memakai aturan Adat. Disilah kekeliruan itu timbulnya, jadi sebaiknya, jika memang mau demikian, bagilah dulu harta pusako randah itu, sesuai dengan aturan atau hukum Islam, setelah jelas mana yang menjadi hak masing-masing secara Islam, baru berikan kepada dunsanah perempuan. Jadi kesimpulanya dalam mengatur pembagian harta pusako randah, tidak ada sangkut pautnya dengan aturan adat, itu mutlah berlaku hukum Agama Islam. Kesimpulan sementara ambo: 1.Kadang ambo berfikir,jangan2 fenomena pembagian harta Pusaka Tinggi di Ranah Minang saat ini benar baru sebatas secara aturan adat Minangkabau,tetapi boleh jadi belum tentu benar Secara aturan agama Islam (QS; An Nisa :7),padahal kita urang Minangkabau adalah orang Islam,sehingga akibatnya kehidupan dari dunsanak2 kita yang hidup dari hasil Harta Pusaka Tinggi ini sepertinya kurang tenang dan jauh dari keberkahan Allah SWT.Walaupun sudah berkali2 kita bantu,tetapi hidup mereka tetap saja susah dan serba berkekurangan. Ada apa sebetulnya? Tanggapan : Memang benar harta pusako tinggi diatur menurut aturan Adat dan harta pusako randah di atur menurut aturan Agama Islam atau hukum Faraidh dibawah ko ambo kutibkan keputusan Seminar Sbb: Keputusan Seminar I. Keputusan pada Seminar atau Musyawaratan Alim Ulama, Niniak mamak dan cadiak pandai Minangkabau pada tanggal 4 s/d 5 Mei 1952 di Bukittinggi maka Seminar menetapkan: 1. Terhadap "Harta Pencarian" berlaku hukum Faraidh, sedangkan terhadap "Harta Pusaka" berlaku hukum adat. 2. Berhubung I.K.A.H.I. Sumbar ikut serta mengambil keputusan dalam seminar ini, maka Seminar menyerukan kepada seluruh Hakim-hakim di Sumbar dan Riau supaya memperhatikan ketetapan Seminar ini ( Naim 1968 : 241) II. Kemudian pada Seminar Hukum Adat Minangkabau tahun 1968 di Padang, yang di hadiri oleh para cendikiawan dan para ulama Minagkabau, ditetapkan bahwa terhadap harta pencaharian berlaku hukum faraidh, dan terhadap harta pusaka tinggi berlaku hukum adat. Selanjutnya, tentang hukum waris diputuskan sebagai berikut : a. Harta pusaka di Minangkabau merupakan harta badan hukum yang diurus dan diwakili oleh Mamak Kepala Waris di luar dan di dalam peradilan. b. Anak kemenakan dan mamak kepala waris yang termasuk ke dalam badan hukum itu masing-masingnya bukanlah pemilik dari harta badan hukum tersebut. (Naim, 1968:243) Kemudian Dr.Amir Syarifuddin berpendapat, bahwa pewarisan menurut adat bukanlah berarti peralihan harta dari pewaris kepada ahli waris, tetapi peralihan peranan atas pengurusan harta pusaka itu. Dengan demikian terlihat adanya perbedaan dalam system. Perbedaan tersebut akan lebih nyata dalam keterangan di bawah ini. Pertama: harta pusaka melekat pada rumah tempat keluarga itu tinggal dan merupakan dana tetap bagi kehidupan keluarga yang tinggal di rumah itu. Harta itu dikuasai oleh perempuan tertua di rumah itu dan hasilnya dipergunakan untuk manfaat seisi rumah. Pengawasan penggunaan harta itu berada di tangan mamak rumah. Bila mamak rumah mati, maka peranan pengawasan beralih kepada kemenakan yang laki-laki. Bila perempuan tertua dirumah itu mati, maka peranan penguasaan dan pengurusan beralih kepada perempuan yang lebih muda. Dalam hal ini tidak ada peralihan harta. Penerusan peranan dalam system kewarisan adat, adalah ibarat silih bergantinya kepengurusan suatu badan atau yayasan yang mengelola suatu bentuk harta. Kematian pengurus itu tidak membawa pengaruh apa - apa terhadap status harta, karena yang mati hanya sekedar pengurus. Hal tersebut di atas berbeda sama sekali dengan bentuk pewarisan dalam hukum Islam. Dalam Hukum Islam pewarisan berarti peralihan hak milik dari yang mati kepada yang masih hidup. Yang beralih adalah harta. Dalam bentuk harta yang bergerak, harta itu berpindah dari suatu tempat ketempat yang lain. Sedangkan dalam bentuk harta yang tidak bergerak, yang beralih dalam status pemilikan atas harta tersebut. Kedua dan yang merupakan ciri khas dari harta pusaka tinggi adalah bahwa harta itu bukan milik perorangan dan bukan milik siapa -siapa secara pasti. Yang memiliki harta itu ialah nenek moyang yang mula-mula memperoleh harta itu secara mencancang melatah. Harta itu ditujukan untuk dana bersama bagi anak cucunya dalam bentuk yang tidak terbagi-bagi. Setiap anggota dalam kaum dapat memanfaatkannya tetapi tidak dapat memilikinya. ( DR Amir Syarifuddin Pelaksanaan Hukum Pewarisan Islam Dalam Adat Minangkabau 269-270) 2.Di sisi lain, bagi keluarga2 yang tidak mau memakan harta Pusaka Tinggi ini,atau malah ada yang tidak kebagian warisan harta Pusaka Tinggi walaupun sebetulnya secara adat berhak,akhirnya mengalah dan pergi merantau dan hebatnya dalam banyak kasus ambo perhatikan keluarga2 yang hidup dari hasil jerih keringatnya sendiri seperti inilah yang mendapatkan ketenangan dan hidup yang berkecukupan, serta melahirkan anak2,cucu2 yang mandiri. Tanggapan : Seperti telah ambo kemukakan diateh tadi, bahwa harta pusako tinggi di Minangkabau itu, adolah harta hasil pencarian niniak moyang yang memang diperuntukan atau diwariskan untuk anak cucu secara turun temurun, menurut aturan Adat dan garis Ibu atau Matrilinial. Tentu salah satu persyaratan dalam menerima atau untuk mendapatkan hasil dari harta itu, adolah bersedia untuk mengolah dan mengurus serta mensyukuri semua hasilnya. Dan bagi yang tidak sanggup mengolah dan mengurus, dan beranggapan serta berkeyakinan hidup di luar akan lebih baik, itulah barangkli nan paimarantau. Namun, barangkali tidak ado pulo satu kepastian bahwa yang merantau akan selalu lebih baik, sukses dan selalu sehat. Dan dibalik itu, tidak ado pulo kepastian bahwa yang di kampung, akan selalu sengsara, tidak berilmu,dan sakit-sakitan. Kita bisa melihat kebelakang, bahwa para Ulama-ulama besar Minangkabau itu lebih banyak beliau-beliau itu tinggal di ranah Minang dari pada di rantau, seperti Syeihk DR.Abdul Karim Amrullah, ayah Buya Hamka, beliau baru mininggalkan Minangkabu pada usia diatas 60 tahun, itupun karena di tanggkap oleh Belanda dan kemudian di asingkan ke Pulau Jawa. Begitu juga adik kandung beliau H.Yusuf tidak pernah merantau tetap tinggal di Sungai Batang Maninjau. Dan tentu banyak ulama-ulama besar yang se Zaman dengan Beliau yang memilih tetap tinggal ranah Minang dan tidak merantau. Begitu juga yang se angkatan dengan Buya Hamka, yaitu kalau indak salah Buya Zul dari Payakumbuah, Buya Zainul Abidin Suhib (Buya ZAS) dari Maninjau, dan Buya Dt.Sinaro Panjang juga dari Maninaju, beliau tetap mengajar di Padang Panjang, Buya Dt.Palimo Kayo dari agam, yang mana beliau-beliau itu kalau indak salah, memilih tetap tinggal di ranah Minang, dan beliau-beliau itu berhasil menjadi Ulama besar ada yang sampai akhirnya. 3.Karena ambo yakin kita semua di Palanta RantauNet ini punya cita2 mulia,sebagai orang yang beragama berniat tulus dan Ikhlas untuk memajukan kampuang halaman dan mensejahterakan masyarakatnya, dan itu semua tentunya tidak akan tercapai tanpa Ridho dan keberkahan dari Allah SWT,sebagai pemilik hakiki manusia dan alam ini. Tanggapan : Benar, itulah yang menjadi cita-cita kita bersama, semoga! Itulah nan dapek ambo sampaikan dan tentu kito danga pulolah pandapek dari para pemuka Minang yang lain, para ulama dan pemangku Adat serta para cadiak pandai Minang, seperti Buya H.Masud Abidin (HMA) dan lain-lain. Demikianlah nan dapek ambo sampaikan, jikok lai ado nan boneh, mari nak samo kito naikkan karangkiang, kok ado nan ampo bialah naknyo anjuik ka kualo, pado marusak patahunan, sakitu sajo dari ambo mohon maaf, dan terima kasih ateh sagalo paratian. Wasalam, Azmi Dt.Bagindo (59) -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/