Pada tahun 1963, dalam bukunya “Tuanku Rao: Teror Agama Islam Hambali di Tanah Batak (1816-1833)”, Mangaradja Onggang Parlindungan antara lain-lain mentertawakan Brothers from Minang dan mengejek:
“Brothers from Minang sangat parah handicapped, karena kepertjajaan mereka akan mythos2 tanpa angka2 tahunan. Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty, Mythos Menang Kerbau, Mythos Bundo Kanduang, Tambo Minangkabau, dlsb., semuanya 100% ditelan oleh Brothers from Minang. Tanpa mereka sanggup selecting-out 2% facta2 sejarah dan kicking-out 98% mythologic ornamentations dari mythos2 itu. Tanpa mereka sedikit pun usaha, mentjarikan angka2 tahunan untuk menghentikan big confusions” (679)." -- MakNgah Sjamsir Sjarif Di Tapi Riak nan Badabau Santa Cruz, California Seeept. 22, 2011 On Sep 22, 6:48 pm, "sjamsir_sjarif" <hamboc...@yahoo.com> wrote: > Kalau tulisan Cerita Koyok kayak ini, apalagi ditulis pula oleh seorang yang > menggunakan titel Dosen Unand, terbaca oleh M.O. (Mangaradja Onggang > Parlindungan) Penulis Tuanku Rao, pasti dia ketawa besar lagi terbahak-bahak > berbalik-balik menggeliat di dalam kuburnya dengan panggilan suara garangnya > yang tetap teringat: > > "Hallo Brothers from Minangkabau... ha ha ha ..." > > -- Nyit Sungut > > --- In rantau...@yahoogroups.com, taufiqrasjid@... wrote: > > > > Apakah ini akan menghubungkan Minangkabau dengan orang Yahudi ? > > > TR > > ------------------------------- > > Sejarah Agama Minakhaba > > > Posted by prosaturripadang > > > . > > > Sebuah tulisan dari Emeraldy Chatra, Dosen Unand > > > Agama Minakhaba mulanya dikembangkan oleh seorang pengembara dari Kerala, > > sebuah kota di Kerajaan Pandya (India), bernama Chetteri Vilanj satu > > setengah abad sebelum Masehi. Pengembara dari kasta Chetteri (setingkat > > ksatria) ini meninggalkan kampung halamannya untuk menyebarkan ajaran > > Minakhaba. Kerajaan Pandya sudah ada sejak beberapa abad sebelum Masehi, > > ibukotanya bernama Korkai. Pandya merupakan kerajaan besar yang maju dan > > telah menjalin hubungan dagang dengan Romawi, Arab, Mesir dan Parsi. > > > Chetteri Vilanj dari Pandya yang kemudian dikenal sebagai Ceteri Bilang > > Pandai lahir dari etnis Kurician dan Bnei Menaseh. Bnei Menaseh adalah > > keturunan Menaseh yang dikecilkan oleh pengikut Ezra dan Nehemiah di > > Palestina. Karena terdesak pengikut Menaseh meninggalkan Palestina dan > > menetap di Pandya. > > > Setelah beberapa tahun berada di Koto Batu, Ceteri Bilang kawin dengan > > Indojulito yang sudah melahirkan Datuak Mangguang dari suaminya terdahulu, > > Maharajodirajo, raja kerajaan Koto Batu. Maharajodirajo adalah seorang > > penganut agama Budha. Perkawinan Ceteri Bilang dengan Indojulito melahirkan > > si Jatang yang setelah dewasa bergelar Datuak Parpatiah Sabatang. Datuak > > Mangguang kemudian diangkat sebagai raja Koto Batu menggantikan ayahnya, > > sekaligus sebagai seorang penghulu tinggi agama Minakhaba. Karena fungsinya > > sebagai penghulu tinggi Minakhaba, Datuak Mangguang lebih sering berada di > > Dusun Tuah (kemudian dikenal dengan nama Dusun Tuoh, lalu jadi Dusun Tuo) > > yang menjadi markas besar agama Minakhaba. > > > Agama Minakhaba yang dibawa Ceteri Bilang adalah agama yang menyembah satu > > tuhan yang disebut Nabhana atau Nan Bhana. Mulanya agama monoteis yang > > dibawa Nabi Musa ini dibawa oleh orang-orang Kanaan keturunan Menaseh dari > > Babilonia ke Pandya, kerajaan kuno India sekitar 400 tahun sebelum > > kelahiran Isa. Keturunan Menaseh, berbeda dengan prinsip keagamaan yang > > dianut oleh pengikut Ezra dan Nahemiah, memiliki sikap toleran terhadap > > bangsa lain. Karena itu penganut agama yang disebut orang Pandya sebagai > > "orang Ya" atau "pengikut Musa" ini tidak bermasalah hidup di kalangan > > penganut Hindu di Pandya. Lagipula, orang Menaseh dapat meyakinkan orang > > Hindu yang menganggap dirinya keturunan Manu bahwa Musa juga keturunan Manu. > > > Menurut Kitab Veda, orang-orang Hindu merupakan cucu Manu yang selamat > > ketika terjadi banjir besar ribuan tahun lalu. Kapal Manu beserta sejumlah > > pengikutnya yang setia berlabuh di Puncak Himalaya, kemudian anak cucunya > > bertebaran ke seluruh penjuru dunia dan membangun peradaban di Harappa dan > > Mahenjo-Daro. Salah satu cucu Manu, Yadu dianggap sebagai nenek moyang > > orang-orang Yovana dan Ya di Palestina. Musa adalah salah satu diantara > > keturunan Yadu. Alikasudaro (Iskandar Agung), raja Yovana yang membangun > > kerajaan Balkh (Bactria) di barat India juga keturunan Manu. > > > Meskipun demikian pengikut Menaseh tetap mempunyai aturan: kawin dengan > > penganut Hindu atau Budha tidak dilarang, tapi pasangan itu harus > > meninggalkan agamanya. > > > Cateri Bilang dibesarkan sebagai penganut agama Ya yang taat. Tapi ketika > > melihat kepatuhan pengikut Ya kepada agamanya makin lama makin menipis, dan > > pengaruh Hindu makin kuat terhadap penganut Ya, Cateri Bilang mengembangkan > > ajarannya sendiri, yaitu Minakhabaya atau Ajaran Baru Ya, yang disingkat > > jadi Minakhaba saja. > > > Kitab suci Minakhaba tetap sama dengan yang dipercaya penganut agama Ya, > > yaitu Tuah atau Patatah. Kitab itu berbentuk gulungan (scroll) yang hanya > > dimiliki oleh para penghulu tertentu, tidak boleh dibaca sembarang orang. > > Gulungan Tuah dipandang sangat suci dan demikian berharga, tapi "boleh" > > digadaikan kalau ada anak perempuan yang tidak kunjung bersuami. Artinya, > > kalau ada anak perempuan tidak bersuami dalam sebuah keluarga, harga diri > > keluarga itu sudah hancur. > > > Selain membaca gulungan Tuah para penghulu tertentu, yang senior, juga > > membaca kitab Tamu yang ditulis oleh para penganut agama Ya di Kanaan atau > > Palestina dalam bahasa dan tulisan Aramaik. Kitab Tamu berisi interpretasi > > terhadap Tuah, juga sejumlah riwayat para pewaris Hukum Musa. Karena > > kesulitan membaca tulisan aslinya, kebanyakan para penghulu menerima ajaran > > secara lisan dari penghulu tinggi yang paham bahasa asing. Datuak Parpatiah > > Sabatang adalah salah seorang penghulu tinggi yang mampu membaca tulisan > > Aramaik dan pernah mengembara ke India, Parsi dan Kanaan bersama saudaranya > > Datuak Mangguang. Kedua datuak itu menulis sendiri buku Tamu mereka dalam > > aksara Aramaik. > > > Namun kemudian terjadi perpecahan antara kedua bersaudara itu. Datuak > > Parpatiah Sabatang yang sejak kecil sudah terbiasa hidup di luar istana > > (karena dekat dengan ayahnya yang bukan bangsawan) mengembangkan ajaran > > baru yang ia sebut Bodi-Caniago. Penganut ajaran Bodi-Caniago dibagi ke > > dalam dua komunitas berdasarkan garis keturunan ibu. Seperti halnya pada > > kelompok Koto dan Piliang, kelompok-kelompok itu juga disebut adat. Oleh > > sebab itu ada istilah adat Bodi dan adat Caniago, yang intinya sama-sama > > menganut ajaran agama Minakhaba. > > > Datuak Parpatiah Sabatang mengakui ia terpengaruh oleh prilaku Sidharta > > Gautama yang mengembara dan melepaskan atribut kerajaan dari dirinya. Namun > > Datuak Parpatiah tidak melepas Hukum Musa atau tetap beragama Minakhaba. > > > *** > > > Orang Minakhaba adalah campuran antara pribumi dengan keturunan orang > > Kurician yang tinggal di India Selatan. Kurician adalah etnis minoritas di > > India selatan yang kurang dikenal. Nenek moyang orang Kurician berimigrasi > > sekitar lima abad sebelum kedatangan Ceteri Bilang (masih dalam zaman > > Neoliticum). Imigran Kurician yang menganut matrilineal itu meneruskan > > pekerjaan nenek moyang mereka di India, yaitu sebagi petani. Mereka > > mengajari orang pribumi bercocok tanam, membuat sawah dan membangun sistem > > irigasi. Mereka juga membuat mejen dari batu-batu besar (menhir). > > > Dalam waktu dua abad populasi orang Kurician makin meningkat. Mereka > > menyebar kemana-mana, kawin-mawin dengan penduduk asli. Matrilineal > > akhirnya jadi sistem yang diterima oleh penduduk pribumi. Agama orang > > Kurician mulanya agama asli Tamil (pra-Hindu), tapi karena putus hubungan > > dengan India dan tidak dapat membangun kelembagaan agama mereka mulai > > melupakan agama mereka dan beralih ke animisme, seperti anutan orang > > pribumi. > > > Dua abad setelah kedatangan imigran Kurician datang lagi satu rombongan > > imigran dari India yang berasal dari Palibothra atau Pataliputra, ibukota > > Kerajaan Sunga di utara India. Imigrasi ini disebabkan orang-orang Budha > > ditidas oleh penguasa Sunga yang beragama Hindu. Kuil-kuil Budha di > > Nalanda, Bodhgaya, Sarnath dan Mathura dibakari, penganut Budha dibunuhi > > dengan kejam. Akibat kekejaman yang berlangsung selama lima tahun itu > > banyak penganut Budha menyelamatkan diri keluar kerajaan Sunga. Orang-orang > > Pataliputra sering juga disebut orang-orang Batalidarah atau satu keturunan. > > > Rombongan yang berimigrasi ini berdarah campuran Yunani-India (disebut > > Yobana India. Yobana dari Yovana=Yunani (Sanskrit)) dan mengatakan diri > > mereka sebagai keturunan Alikasudaro (Iskandar Zulkarnain). Mulanya mereka > > hidup di kerajaan Mauriya yang tenang. Tapi 185 SM Pusyamitra Sunga, > > seorang panglima perang kerajaan Maurya membunuh rajanya: Baradrata. > > Mauriya runtuh, berganti menjadi kerajaan Sunga. Raja Pusyamitra Sunga yang > > beragama Hindu berusaha menghapus agama Budha dengan melakukan kekejaman. > > > Imigran dari Pataliputra itu tidak langsung berbaur dengan masyarakat, tapi > > membangun pemukiman di lereng gunung Marapi. Setelah berpuluh tahun mereka > > turun gunung dan membangun kerajaan yang dinamakan Kerajaan Koto Batu. > > Rajanya yang diberi gelar Maharajodirajo kawin dengan Indojulito yang nenek > > moyangnya keturunan Kurician. > > > Peninggalan penting kerajaan Koto Batu adalah pola pendidikan anak > > laki-laki yang dikonsentrasikan di sebuah tempat (surau). Pola ini diilhami > > oleh pola pendidikan di Yunani kuno, negeri nenek moyang orang-orang > > Batalidarah. > > > Orang Kurician dan pribumi umumnya berkulit gelap atau coklat tua. Sedang > > rombongan Maharajodirajo yang datang kemudian berkulit putih. Percampuran > > antara kedua etnis berbeda kulit inilah yang menentukan warna kulit orang > > Minakhaba kemudian hari. > > > Ceteri Bilang yang datang ke Koto Batu mulanya dikenal sebagai maharishi > > (dalam lidah lokal jadi marasai, karena badannya kurus dan terlihat tidak > > terurus, tapi orang tahu ia sangat sakti). Ia lalu diangkat sebagai > > penasehat oleh Maharajodirajo. > > > Ceteri Bilang sama-sama keturunan Kurician dengan Indojulito. Karena itu > > anak mereka, si Jatang yang kemudian bergelar Datuak Parpatiah Sabatang > > berkulit lebih gelap dibandingkan kakak lain ayahnya, Datuak Mangguang. > > > Ketika agama Minakhaba dikembangkan oleh Datuak Mangguang dan Datuak > > Parpatiah Sabatang tradisi matrilineal tidak dihapuskan. Mereka merasa ada > > kesesuaian antara adat Kurician dengan ajaran Minakhaba yang memuliakan > > ibu. Karena itu keduanya sepakat menjadikan matrilineal sebagai sistem > > resmi agama Minakhaba. > > > Catatan: > > > Tulisan ini imaji sejarah yang dibuat untuk menguji apakah masih tersisa > > ruang untuk berpikir beda… > > Sent from my BlackBerry® -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/