Seputar Suku, Migrasi dan Kelarasan di
Minangkabau<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/seputar-suku-migrasi-dan-kelarasan-di-minangkabau/>

*Asal Muasal Suku Menurut Tambo*

Menurut pendapat yang paling umum dan bersumberkan kepada Tambo, pada
awalnya di Minangkabau hanya ada empat suku
saja<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/15/koto-piliang-dan-bodi-chaniago/>yaitu
Koto, Piliang, Bodi dan Caniago. Keempat suku mengelompok menjadi dua
kelarasan yaitu Lareh Koto Piliang yang dipimpin Datuak Katumanggungan dan
Lareh Bodi Caniago yang dipimpin oleh Datuak Perpatiah Nan Sabatang.
Selanjutnya suku-suku asal ini membelah berulang kali hingga mencapai
jumlah ratusan suku yang ada sekarang ini. Dapat ditebak, suku yang empat
ini adalah penghuni kawasan lereng Gunung Marapi atau Nagari Pariangan.
Konsep ini sesuai dengan tujuan penulisan tambo yaitu untuk menyatukan
pandangan orang
Minang<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2011/11/17/tambo-alam-minangkabau-penghapusan-sejarah-dan-kekacauan-logika/>tentang
asal-usulnya.

Namun informasi dari tambo ini tidak menyebutkan:

   - Darimana asal usul suku yang empat ini
   - Darimana asal usul 4 suku
lain<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/18/rahasia-suku-malayu-di-pariangan/>yang
ada di Nagari Pariangan (Pisang, Malayu, Dalimo Panjang dan Dalimo
   Singkek)
   - Jika Nagari Pariangan adalah nagari pertama, mengapa tidak ada Suku
   Bodi dan Suku Caniago di dalamnya. Apakah suku yang berdua ini datang
   belakangan? Tentu ini akan menabrak konsepsi awal bahwa Bodi dan Caniago
   termasuk empat suku pertama.
   - Asal muasal suku besar lain seperti
Jambak<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/15/sejarah-turunan-suku-jambak-di-minangkabau/>,
   Tanjuang, Sikumbang dan Mandahiliang. Karena mereka bukanlah pecahan dari
   Koto, Piliang, Bodi atau Caniago.
   - Suku-suku apa saja yang menjadi warga nagari-nagari yang menganut
   Lareh Nan Panjang.

 <http://mozaikminang.files.wordpress.com/2011/11/rumah_gadang_1910.jpg>

Sebuah sumber memiliki pendapat yang berbeda dari keterangan di atas.
Menurut Buku Sejarah Kebudayaan
Minangkabau<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2011/11/15/suku-suku-di-minangkabau/>,
suku asal Minangkabau adalah Suku Malayu, yang terpecah menjadi 4 kelompok
dan masing-masingnya mengalami pemekaran, yaitu:

   - Malayu IV Paruik (Malayu, Kampai, Bendang, Salayan)
   - Malayu V Kampuang (Kutianyia, Pitopang, Jambak, Salo, Banuampu)
   - Malayu VI Niniak (Bodi, Caniago, Sumpadang, Mandailiang, Sungai Napa
   dan Sumagek)
   - Malayu IX Induak (Koto, Piliang, Guci, Payobada, Tanjung, Sikumbang,
   Simabua, Sipisang, Pagacancang)

Suku Malayu juga ditemukan sebagai suku para raja yang berkuasa di
Pagaruyung<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/15/silsilah-keturunan-raja-alam-pagaruyung/>,
Ampek 
Angkek<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/15/perkembangan-sukuklan-di-minangkabau/>,
Alam Surambi Sungai
Pagu<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/15/pemerintahan-raja-nan-berempat-di-alam-surambi-sungai-pagu/>,
Air 
Bangis<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/15/nagari-air-bangis-reinkarnasi-kerajaan-inderapura/>dan
Inderapura<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/18/pemerintahan-raja-raja-di-kesultanan-inderapura/>
.

*Suku Sebagai Representasi Klan Pendatang*

Pada hakikatnya suku pada masa awal terbentuknya adalah representasi dari
klan-klan yang membentuk masyarakat Minangkabau. Sebagaimana yang kita
ketahui, Minangkabau pada masa awal pembentukan masyarakatnya adalah
wilayah yang terbuka untuk didiami pelbagai bangsa sebagai konsekuensi
letaknya yang dekat dengan jalur perdagangan internasional. Pantai Barat
Sumatera (Barus), Selat Malaka dan daerah aliran sungai-sungai besar
seperti Rokan, Siak, Kampar, Inderagiri dan Batanghari adalah pintu masuk
utama berbagai bangsa pendatang sejak zaman megalitikum sampai periode
berkembangnya kerajaan-kerajaan di Pesisir Timur Sumatera. Kaum pendatang
ini segera menghuni kawasan Luhak Nan Tigo yang dalam Tambo disebut sebagai
wilayah inti Minangkabau.

*Persebaran Kaum Non-Pariangan di Luhak Nan Tigo*

Meskipun tambo-tambo yang beredar dalam berbagai versi itu sepakat bahwa
daerah pertama yang dihuni nenek moyang orang Minangkabau adalah Nagari
Pariangan yang terletak di lereng sebelah selatan Gunung
Marapi<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/25/kerajaan-pertama-di-gunung-marapi/>,
namun ada informasi yang luput dari “teorema penyatuan silsilah” yaitu soal
penduduk yang telah terlebih dahulu menghuni Luhak Agam dan Luhak
Limopuluah Koto.

Dalam satu episode tambo tentang pencarian tanah hunian baru, ninik yang
bertiga (Datuak Katumanggungan, Datuak Parpatiah Nan Sabatang dan Datuak
Sri Maharajo Nan Banegonego) naik ke puncak Gunung Marapi untuk meninjau
lokasi hunian baru yang terletak di sebelah Utara, Barat dan Timur Gunung
Marapi. Menurut pandangan mereka tempat-tempat tersebut ternyata *sudah
dihuni orang*.

Dalam cerita selanjutnya, ketiga ninik ini menyebutkan:

   - Luhak Tanah Datar : buminyo lembang, aianyo tawa, ikannyo banyak
   (menggambarkan masyarakatnya yang ramai, statusnya tidak merata)
   - Luhak Agam : buminyo angek, aianyo karuah, ikannyo lia (menggambarkan
   masyarakatnya yang berwatak keras, masyarakatnya heterogen, persaingan
   hidup tajam, orangnya keras hati, suka bermusuh musuhan dan selalu
   berkelahi pada masing masing kaum)
   - Luhak Limopuluah Koto : buminyo sajuak, aianyo janiah, ikannyo jinak
   (menggambarkan masyarakatnya yang homogen dan penuh kerukunan, memiliki
   ketenangan dalam berpikir)

Pengamatan ini ternyata sesuai dengan Hikayat Asal Usul Suku
Jambak<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/15/sejarah-turunan-suku-jambak-di-minangkabau/>,
yang menceritakan bahwa ketika mereka masuk ke Luhak Agam yaitu ke daerah
Koto Tuo Balai Gurah, mereka menemukan penduduk yang lebih dulu menghuni
daerah ini. Suku Jambak berasal dari kaum pengelana (bisa juga pengungsi)
yang datang dari Negeri
Champa<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2011/11/24/sekilas-tragedi-sejarah-bangsa-champa/>.
Champa adalah sebuah negeri yang selalu menjadi target serangan tetangga
tetangganya, sehingga menyebabkan emigrasi besar pada setiap
serangan-serangan ini. Bahkan kata Jambak ini sangat mungkin adalah
perubahan lafal dari Champa. Suku Jambak pada masa itu mengagungkan simbol
Harimau Campa dan bendera merah yang kemudian menjadi simbol Luhak Agam
karena dominannya pengaruh mereka.

Penduduk Koto Tuo Balai Gurah yang diusir oleh Suku Jambak ini kemudian
menyebar ke daerah Kayu Tanam dan Pariaman, yang kemudian menjadi nenek
moyang Suku Sikumbang. Menurut hikayat ini, Suku Sikumbang juga merupakan
pendatang dari Asia Tengah dan Tiongkok yang pada saat kedatangannya
terdiri dari dua gelombang. Yang satu berdiam di Luhak Tanah Datar dan
sisanya menempati Luhak Agam. Sama seperti Suku Jambak, Suku Sikumbang juga
memiliki simbol, yaitu Harimau Kumbang.

Pada beberapa tambo cerita ini dikaburkan dengan menafsirkan kondisi bumi
yang diceritakan diatas (sejuk, panas, lembang) sebagai kondisi sebenarnya,
bukan kiasan. Ada juga cerita soal tiga buah jurai (akar pohon) yang
menunjuk ke tiga luhak diatas dan cerita soal tiga sumur di puncak Gunung
Marapi yang menjadi tempat minum tiga kelompok nenek moyang yang akan
membuka daerah Luhak Nan Tigo.

*Penduduk Pariangan yang Bermigrasi ke Luhak Agam*

Karena mayoritas Tambo menyatukan pandangan soal asal-usul dari Nagari
Pariangan, maka yang dicatat secara resmi adalah perpindahan kaum yang
berasal dari Pariangan yaitu rombongan pertama yang mendirikan Nagari Ampek
Angkek. Selanjutnya adalah rombongan-rombongan yang mendirikan
nagari-nagari urai, Banuhampu, Sianok, dan Koto Gadang. Jadi seolah-olah
merekalah yang mula-mula membuka nagari tersebut.

Penduduk Pariangan sendiri secara tradisional adalah cikal bakal penduduk
Luhak Nan Tuo (Tanah Datar), namun di tempat lain mereka belum tentu yang
pertama. Inilah yang secara tidak sengaja tersirat dari episode pencarian
tanah baru dalam tambo. Bukti lainnya adalah, Nagari Ampek Angkek ini
menganut laras Koto Piliang, sistem yang didukung oleh mayoritas masyarakat
Luhak Tanah Datar.

*Yang Tersirat dari Kebesaran Luhak Nan Tigo*

Luhak Nan Tigo sebagai wilayah inti Minangkabau, memiliki identitas
sendiri-sendiri yang menunjukkan asal usulnya. Secara simbolik dilambangkan
dengan warna merah, kuning dan hitam. Selain itu oleh simbol hewan kucing,
harimau dan kambing yang konon menyimbolkan watak mereka.

Namun ada satu perihal yang lebih menegaskan lagi identitas ini yaitu
kebesaran.

   - Kebesaran Luhak Tanah Data adalah Sistem Aristokrasi Koto Piliang
   (Rajo Tigo Selo, Basa Ampek Balai, Langgam Nan Tujuah). Seluruh perangkat
   pemerintahan Koto Piliang berada di Luhak Tanah Data.
   - Kebesaran Luhak Agam adalah Sistem Pertahanan atau Parik Paga. Disini
   kependekaran dan kepanglimaan lebih dihargai. Terlihat dari militansi
   mereka dalam lintasan sejarah. Sejak dari Harimau Campa, Tuanku Nan Renceh
   sampai perjuangan mereka dalam peristiwa PRRI.
   - Kebesaran Luhak Limopuluah Koto adalah Sistem Demokrasi atau
   Musyawarah Para Penghulu. Penghulu yang duduk sehamparan, tagak sepamatang,
   sederajat dalam posisi.

Hal-hal diatas tampak menyiratkan asal-usul yang berbeda dari ketiganya.
Kita bisa berasumsi bahwa:

   - Penduduk Luhak Tanah Data pada awalnya di dominasi oleh pendatang asal
   India Selatan yang beragama Hindu dan berkasta-kasta (buminya lembang).
   - Penduduk Luhak Agam seperti diterangkan di atas berasal dari tempat
   yang beragam (sangat heterogen) sehingga persaingan dan pertahanan adalah
   sesuatu yang utama dalam kehidupan mereka
   - Penduduk Luhak Limopuluah Koto berasal dari India Selatan juga (dan
   mungkin ada tambahan dari tempat lain), namun menganut agama Buddha
   Mahayana.

Di kemudian hari terlihat bahwa mayoritas nagari-nagari di Luhak Agam dan
Luhak Limopuluah ini adalah pendukung Kelarasan Bodi Caniago, sedangkan
Luhak Tanah Data adalah pendukung Lareh Koto Piliang (kecuali Solok dan
Limokaum Duobaleh Koto). Pada masa Perang Paderi, Agam dan Limopuluah Koto
dengan segera bergabung dengan Gerakan Paderi yang berpusat di Bonjol,
sedangkan Tanah Data tampak menunjukkan resistensinya.

*Sumber:*

http://mozaikminang.wordpress.com/2009/10/15/tambo-alam-minangkabau-dt-sangguno-dirajo/<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/15/tambo-alam-minangkabau-dt-sangguno-dirajo/>

http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/18/tambo-dan-silsilah-adat-alam-minangkabau/<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2011/11/18/tambo-dan-silsilah-adat-alam-minangkabau/>

http://mozaikminang.wordpress.com/2009/10/15/wilayah-kebudayaan-minangkabau/<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/15/wilayah-kebudayaan-minangkabau/>

http://mozaikminang.wordpress.com/2009/10/25/perbedaan-adat-koto-piliang-dengan-bodi-caniago/<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/25/perbedaan-adat-koto-piliang-dengan-bodi-caniago/>

http://mozaikminang.wordpress.com/2009/10/15/sistem-kelarasan-madzhab-ketatanegaraan-minangkabau/<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/15/sistem-kelarasan-madzhab-ketatanegaraan-minangkabau/>

http://mozaikminang.wordpress.com/2009/10/25/asal-usul-dan-wilayah-dua-kelarasan/<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/25/asal-usul-dan-wilayah-dua-kelarasan/>

http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/15/suku-suku-di-minangkabau/<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2011/11/15/suku-suku-di-minangkabau/>

http://mozaikminang.wordpress.com/2009/10/15/perkembangan-sukuklan-di-minangkabau/<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/15/perkembangan-sukuklan-di-minangkabau/>

http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/23/tambo-luhak-kubuang-tigo-baleh/<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2011/11/23/tambo-luhak-kubuang-tigo-baleh/>

http://mozaikminang.wordpress.com/2009/10/15/sejarah-turunan-suku-jambak-di-minangkabau/<http://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/25/2009/10/15/sejarah-turunan-suku-jambak-di-minangkabau/>

http://marisma.multiply.com/journal/item/48/SEJARAH_RINGKAS_KERAJAAN_PAGARUYUNG_DARUL_QORROR_BHG.1_

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke