bismillah... assalamualaikum, perkenankan ambo untuak mamposting saketek gagasan untuak dunsanak2 yang marantau d jakarta. iko marupokan postingan pertama ambo, semoga dapat menjadi masukan yang bermanfaat. Dalam kurun waktu 35 tahun terakhir, kota yang manjadi tujuan rantau favorit bagi kito urang minang yaitu JAKARTA tidak pernah mengganti permasalahannya. dunsanak yang sudah bertahun2 d jakarta pasti akrab sekali dengan yang namonyo "banjir", "macet", "tata-ruang" dan "birokrasi" yang amburadul di ibukota negara kita ini. ambo yakin dunsanak setuju kalau ambo berpendapat kalau dari tahun ke tahun tidak ada perbaikan d jakarta, bahkan buliah d kecek an mengalami penurunan dalam berbagai aspek, yg paling krusial adalah kualitas hidup kito2 yang ado d jakarta. Baa ka indak, cubo kito tinjau dari data yang ado. Tahun 2006 jakarta cuma 750 rumah yang tarandam banjir dan dan 2600 jiwa yang mengungsi. 6 tahun barikuiknyo wilayah yg tarandam mancapai 40 persen wilayah jakarta, 40.000 jiwa mangungsi. Puncaknyo terjadi pado 2007. 70 persen wilayah jakarta tarandam banjir, nan mangungsi pun samakin manjadi pulo (150.000 jiwa) dan yang sadiah ado sekitar 53 urang nan bapulang akibaik banjir ko. bukan hanyo itu sajo dunsanak, kerugian yang d taksir pun mancapai 8,8 triliun rupiah.,., ckckckckck., kiro2 kalau pitih sabanyak tu d balanjoan ka tanah abang lai ka manggaleh juo urg tanah abang bisuak hari nyo tu?. alun lai panyakik2 yg menyerang sudah tu. salain itu macet yang samakin hari samakin mambuek kito seteres pun seakan akan indak ado jalan kalua nyo. seolah2 masyarakat jakarta alah samo2 paham kalau indak macet, indak jakarta namonyo. bahkan ado pulo yg mangecek kalau indak namuah kanai macet, usah datang ka jakarta. Wallahualam, 2 kondisi yang ambo contohkan tadi cukuiklah untuak menggambarkan betapa kualitas hidup kito jauah turunnyo, bukan cuma kito sajo, tapi anak kamanakan, urang rumah sarato handai taulan kito yang kito ajak sarato marantau pun mengalami hal yang sama. mungkin kurang suai rasonyo kalu kito mancari sia yang ka di jadian kambiang hitam untuak masalah tsb. tapi kita mempunyai kesempatan untuak mempercayakan penyelesaian masalah ko kapado urang yang batua2 punyo kapasitas untuak mamimpin jakarta. gubernur Jakarta saat kini ko sabananyo bukan urang pandia, baliau lulusan doktor dan ahli tata kota dari jerman dengan predikat cumlaude. tapi salamo 4 tahun ko apo yang karya yang telah baliau persembahkan untuak kemaslahatan warga jakarta??. baranjak dari situ ambo jo kawan2 di the cyrus network bapikia kareh untuak mancari solusi untuak jakarta. masalahnyo jakarta bukan kekurangan urang santiang, kalau d kumpuan cadiak pandai d jakarta mungkin panuah GBK dek nyo. Jakarta bukan kakurangan pitih, alokasi pitih untuak jakarta labiah dari 30 TRILIUN rupiah!! tapi kama pitih tu salamo ko? salah satu hipotesis yang paralu d verifikasi adalah bahwa siapa pun pemimpin Jakarta, tidak akan bisa memperbaiki Jakarta selama masih tersandera oleh dua raksasa, yaitu kekuatan oligarki ekonomi-politik, dan birokrasi rusak yang punya kemauan sendiri. Dua kekuatan inilah yang menjadi penguasa secara *de facto*, sehingga tugas pemerintah yang seharusnya melahirkan *public policy* berdasarkan kebutuhan masyarakat tidak bisa berjalan. kemudian kami merumuskan kualifikasi yang harus dimiliki oleh urang2 yang ka mamimpin jakarta. Kualifikasi tersebut sedikitnya mencakup beberapa kriteria seperti; 1). Kemampuan menjaga independensi dari kekuatan ekonomi-politik. 2) Kemampuan melihat *symptom* persoalan DKI dengan komprehensif sehingga mampu mencari terobosan yang tepat. 3) Integritas moral dan pribadi, serta 4) kepemimpinan yang kuat dalam menggerakkan birokrasi ke arah *good, effective and clean government* . setelah itu kami lakukan pencarian urang2 yang memenuhi kualifikasi tsb. berikut kutipan rilis dari hasil riset kami
Dalam pencarian calon gubernur ini, kami dari The Cyrus Network ingin menempuh jalan yang berbeda. Bila selama ini yang dikejar adalah calon-calon yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi, maka kami ingin memulai dengan pencarikan kandidat berkaliber tinggi. Alasannya sederhana, selain karena bisa membuka mata kita terhadap figur-figur alternatif yang memiliki kualifikasi tinggi, bagi kami meng-*upgrade*popularitas jauh lebih mudah daripada meng- *upgrade* kualifikasi *leadership *seseorang. Dan jelas, proses ini lebih menguntungkan bagi warga Jakarta. Hasil riset Cyrus Network bekerja sama dengan Pusat Kajian Psikologi politik UI kali ini mengejutkan tapi sekaligus melepaskan kita dari kebuntuan saat mencari sosok pemimpin Jakarta yang ideal. *Out put* riset dengan *Delphi Methods* ini menujukkan bahwa sebenarnya kita tidak kekurangan figur-figur berkualitas yang memiliki kualifikasi lebih baik daripada nama-nama yang selama ini beredar sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. *Ada beberapa temuan menarik yang perlu digarisbawahi. * Pertama, jika mau berpikir di luar belenggu nominasi calon yang disodorkan oleh elite-elite politik selama ini, maka kita akan menemukan sosok-sosok baru yang jauh lebih menjanjikan. Terbukti bahwa dari 9 dimensi kepemimpinan yang diujikan dalam riset ini, muncul 5 nama yang nyaris secara konsisten berada di posisi teratas dengan nilai yang lebih baik dibandingkan incumben serta bakal calon gubernur yang sudah mengajukan diri. Kelima nama itu adalah Joko Widodo, Faisal Basri, Fadel Muhammad, Sandiaga S. Uno, dan Chairul Tanjung. Kecuali Faisal Basri, 4 nama yang muncul dengan skor teratas dalam hal kualifikasi calon gubernur tersebut merupakan wajah yang sama sekali baru. Mereka belum terdengar akan mencalonkan diri, namun dianggap sebagai salah satu putera terbaik untuk memimpin Jakarta. Kedua, ada empat nama yang selalu ada dalam posisi 5 besar dalam setiap kualifikasi kepemimpinan itu, yaitu Joko Widodo, Faisal Basri, Fadel Muhammad, dan Sandiaga S. Uno. Khusus untuk Chairul Tanjung, tidak termasuk ke dalam 5 skor teratas di tiga dimensi. Ketiga, mulai beralihnya persepsi para pakar dan* opinion leader* Jakarta tentang karakter dan latar belakang calon pemimpin. Hasil riset ini secara menunjukkan bahwa figure-figur yang mewakili karakter entrepreneurship dan intelektual dianggap lebih memiliki kapabilitas dibandingkan calon-calon yang berasal dari politikus, birokrat, maupun militer. Temuan ketiga ini adalah yang paling menarik. Bahwa ternyata penilaian kualifikasi seseorang ternyata erat kaitannya dengan karakter dan latar belakang leadership masing-masing tokoh. Uji Multidemensional scale untuk menguji jarak kedekatan dan kemiripan masing-masing calon ternyata menentukan jauh dekatnya posisi dan skor mereka. Tampak bahwa Jokowi dan Faisal Basri masuk dalam cluster yang sama karena mewakili penonjolan karakter integritas; Sandiaga S. Uno, Fadel Muhammad, dan Chairul Tanjung berada di cluster yang sama karena penonjolan karakter entrepreneurship; Begitu pula Wanda Hamidah dan Tantowi Yahya yang terlihat berada di cluster yang sama karena penonjolan karakter *public figure* dll (report hal. 50) Lalu apa yang harus kita lakukan? Sudah ada lebih dari 10 nama yang sejauh ini mengajukan diri sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta. Sosialisasi pun sudah mereka lakukan. Kita perlu apreasiasi langkah mereka untuk memperbaiki Jakarta. Di luar itu, yang jauh lebih penting adalah, mendorong beberapa nama yang memiliki kualifikasi terbaik versi riset ini untuk mempertimbangkan maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2012 nanti. Mereka adalah Joko Widodo, Fadel Muhammad, Sandiaga S. Uno, dan Chairul Tanjung. Kita tidak berbicara soal popularitas dan peluang mereka hari ini, sebab kedua hal itu bisa saja direalisasikan. Namun mereka perlu disadarkan, bahwa Jakarta hari ini butuh pemimpin yang lebih baik dan empat nama di atas adalah nominasi yang diunggulkan secara kapabilitas. Masyarakat tentu lebih diuntungkan jika pilihan yang tersedia lebih banyak dan lebih beragam. Oleh sebab itu, sekali lagi, riset ini ingin merekomendasikan agar Joko Widodo, Fadel Muhammad, Sandiaga S. Uno, dan Chairul Tanjung membuka pintu hati mereka, menerima panggilan mulia untuk memperbaiki kondisi Ibu Kota. Mungkin kita bisa mengambil inspirasi dari Bloomberg, salah satu CEO dan entrepreneur terkaya di Amerika yang bersedia dengan rendah hati menjadi seorang Walikota New York. Orang yang awalnya disambut dengan sinis oleh media-media besar seperti New York Times, tapi kemudian berhasil menyedot rasa cinta warga sehingga menyetujui perubahan batas maksimal pemerintahan seorang Walikota dari 2 kali menjadi 4 kali pemilihan. Seorang bisnisman yang awalnya diragukan, namun berhasil *running the city like a business*yang mengedepankan kebutuhan publik, profesionalitas, transparansi, efisiensi, serta merdeka (independen) dari tekanan kekuatan ekonomi politik ( d kutip dari rilis survei opinion leader TCN). nah dunsanak, sagitu postingan dari ambo. untuak dunsanak yang tertarik mendapatkan hasil survei kami secara utuh bisaa request melalui email ambo d bawah wassalam amir maulana,senior konsultan The Cyrus Network, domisili depok, suku batupaek -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/