HINDARI PENULISAN ASS, ASSKUM, MOHD,
MOSQUE, 4JJI, MECCA !!
=========================================
Bagi akhy wa Ukhty yang masih suka menggunakan kata2:

''Ass,Askum ''dalam ucapan salam.
''Mohd'' untuk panggilan nama Nabi MUhammad.
''Mosque'' untuk panggilan sebuah masjid.
''4JJI'' untuk panggilan Allah SWT.
''Mecca'' untuk sebutan Mekah.
Gunakan sesuai dengan aturannya.
Yuuuk...Karena arti dari kata tersebut adalah

Jika kita seorang Muslim atau Muslimah, alangkah baiknya mengindahkan hal yang 
mungkin kita anggap kecil tapi besar makna dan pengaruhnya.

*janganlah bilang Mosque tapi Masjid,karena Organisasi islam menemukan bahwa 
Mosque adalah nyamuk.
*jangan menulis MECCA tapi MEKAH,karena MECCA adalah rumah anggur/bir.
*jangan menulis MOhd tapi Muhammad,karena Mohd,. Adalah anjing bermulut besar.
*jangan menulis 4JJI tapi Allah SWT,karena 4JJI Artinya for judas Jesus Isa al 
masih.
*jangan menulis Ass atau Askum dalam salam tetapi Assalammu'alaikum (karena 
salam adalah doa,atau jika tidak sempat lebih baik tidak sama sekali),karena 
Ass artinya (maaf) pantat mu, dan Askum artinya celakalah kamu.

INGAT !!! Dalam Bahasa Inggris
ASS = (maaf) PANTAT
ASKUM = CELAKALAH KAMU

Maka sampaikanlah salam karena itu DOA, minimal Aslmk, atau Assalaamu'alaikum
Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin


________________________________
 From: muhammad zuhrizul <zuhri...@yahoo.com>
To: "rantaunet@googlegroups.com" <rantaunet@googlegroups.com> 
Sent: Tuesday, 24 January 2012 11:23 PM
Subject: Bls: [R@ntau-Net] Sumatera Barat Belum "Habis"  [*]
 

Ass Angku St bandaro 

menarik bana tulisan Angku untuak di hinok manuangkan, apolai raso optimis 
kawan angku nan banamo anto itu
sumbar memang rancak, kini ba a marubahnyo bisa di jua dan layak di jua ka 
wisatawan, ambo kiro kalaulah satiok urang minang sato mampromosikan sumbar 
melalui media internet dan media lainnya InsyaAllah Sumbar akan labiah di 
kenal, ambo tau urang minang ado dima-dima di saluruh duniako.. salut ambo yo 
uda Nofrin baliau salalu mangirimfoto2 objek wisata di sumbar baiak di dalam 
maupun kalua nagari.. dan salut juo ambo kalau awak banyak bakarajo untuak 
sumbar daripado banyak mancaraco untuak sumbar bahkan nan mamprihatinkan bana 
ado pulo nan malarang urang datang ka sumbar dek dulu pernah kanai palak dek 
tukang parkir. sangaik naif... kiniko memang pariwisata ko harus di pasamokan 
baiak swasta, pemda, perantau, urang kampuang dan kelompok-kelompok perkumpulan 
perantau... banyak maaf talabiah takurang..
wassalam
zuhrizul chaniago ( 39 th )





________________________________
 Dari: Darwin Bahar <dba...@indo.net.id>
Kepada: Palanta Rantaunet <rantaunet@googlegroups.com> 
Dikirim: Senin, 23 Januari 2012 21:36
Judul: [R@ntau-Net] Sumatera Barat Belum "Habis"  [*]
 

Sat Feb 9, 2002 3:21 pm
Sejak Tahun 1984 sampai akhir Januari 2002 yang lalu karena pekerjaan, saya 
banyak bepergian ke sejumlah kota provinsi, kabupaten dan kecamatan, tetapi 
belum ke Padang dan kota-kota lainnya di provinsi Sumatra Barat. Di Pulau 
Sumatera saja misalnya, saya sudah pernah mengunjungi kota-kota Banda Aceh, 
Lhokseumawe, Pekanbaru, Jambi, Palembang dan Bandar Lampung, tetapi---ya 
itu---Padang dan kota-kota lainnya di Sumbar dilewati saja.
Dan awal pekan yang lalu bersama dua orang rekan sekerja saya bertugas ke 
Sumbar---terakhir saya kunjungi tahun 1995 untuk urusan keluarga---mengelilingi 
“poros” Padang, Pariaman, Lubukbasung, Maninjau, Bukittinggi (di kota yang 
sangat asri ini kami menginap semalam) dan kota kelahiran saya Padangpanjang 
lalu kembali ke Padang.
Tetapi ini bukan cerita nostalgia. Ini berkenaan karena minat---dan pekerjaan 
saya yang berhubungan dengan desentralisasi dan otonomi daerah (desotda). 
Seperti apa perkembangan Sumbar setelah satu tahun diberlakukannya UU 22 dan 
25/99? Seperti apa Sumbar, yang dikatakan sebagai provinsi yang paling siap 
dalam pelaksanaan desotda, Padahal Sumbar bukan daerah yang kaya SDA. Padahal 
dalam banyak hal Sumbar tidak banyak berbeda dengan provinsi lain, seperti 
Golkar yang “berhasil” menyauk suara 94% dalam Pemilu Tahun 1997 atau cerita 
adanya busung lapar di beberapa tempat, serta cerita KKN yang tidak kalah 
“seru” dibandingkan dengan provinsi lain.
Memang pada pada suatu sisi Sumbar dikenal sebagai daerah---meminjam Prof Emil 
Salim---kawasan “industri otak”. Memang masyarakat Minang dikenal sebagai 
masyarakat yang egaliter, demokratis, partisipatif dan Islamis (adat bersandi 
syarak, syarak bersandi kitabulah). Memang masyarakat Minang dikenal mempunyai 
pranata sosial yang kuat dalam bentuk lembaga nagari
Tetapi itu dulu!
Lalu apakah semuanya itu dapat dikembalikan---termasuk memfungsikan lembaga 
nagari yang Perdanya sudah ada---dengan adanya desotda dalam sekejap seperti 
membalik telapak tangan?
Kalau membaca koran, dengan dibangunnya kembali lembaga nagari, beberapa 
kemajuan memang sudah dicapai, tetapi cerita miring juga tidak kurang (termasuk 
dari yang saya baca di koran-koran lokal selama empat hari saya berada di sana)
Dan saya tidak perlu menunggu lama. Baru keluar dari Bandara Tabing, saya 
langsung “ditodong” oleh seorang pengemis, suatu hal yang belum pernah yang 
saya alami di bandara-bandara lain di Indonesia, termasuk di Bandara A. Yani di 
Semarang yang dalam empat bulan terakhir ini sering saya kunjungi.
Tetapi kesan tidak enak tersebut mulai berubah setelah saya dkk ke luar kota 
Padang keesokannya dalam perjalanan ke Pariaman dan kota-kota tujuan lainnya. 
Hujan lebat yang sudah hampir dua pekan tidak turun, memungkinkan kami 
menikmati alam Sumbar yang indah, bersih dan tidak mencitrakan sebuah kawasan 
yang berkurangan secara ekonomi. 
Rekan saya, yang termuda, sebut saja Anto---seorang sarjana ternik lingkungan 
dan pengusaha realestat yang cerdas---yang beristerikan seorang perempuan 
Minang dan sering mengunjungi Sumbar, adalah yang paling ceria, dan sangat 
bangga akan Sumbar, lebih daripada saya. “Alam Sumbar tidak kalah cantiknya 
dari Bali” ujarnya berkali-kali, suatu hal yang sulit dibantah (saya terakhir 
mengunjungi Bali bulan Agustus tahun lalu), lebih-lebih ketika kami meliwati 
kelok empat-puluh empat yang terkenal itu di mana danau Maninjau menghampar di 
bawahnya. “Spetakuler”, seru Anto berkali-kali. Tetapi Sumbar tidak hanya punya 
danau Maninjau. Masih ada ngarai Sianok, danau Singkarak, danau kembar Diatas 
dan Dibawah dan lain-lain, hutan yang masih asri dan lestari. Sumbar juga punya 
prasarana jalan raya yang relatif cukup dengan kualitas yang baik, tetap mulus 
walaupun Sumbar tidak bebas dari hujan lebat dan banjir. Minangkabau juga punya 
budaya yang khas yang
 antara lain tercermin dari arsitektur bangunannya.
Nilai-nilai luhur dari Agama Islam yang dianut 99% orang Minang---walaupun 
belakangan ini tergerus juga oleh modernisasi dan kecintaan yang berlebihan 
terhadap hal-hal yang bersifat duniawi---menyebabkan orang Minang---sesuai 
dengan watak Islam yang sesungguhnya---toleran terhadap penganut agama lain. 
Nyaris tidak pernah ada gangguan terhadap tempat peribadatan, aset dan 
keselamatan para penganut agama atau etnis lain. Tidak mengherankan, sewaktu 
aksi-aksi demo anti AS marak di berbagai tempat di Indonesia, Sumbar tidak 
termasuk kawasan yang oleh Kedubes AS di Jakarta  tidak dianjurkan untuk 
dikunjungi oleh warga AS.
Tentu tidak bisa diabaikan pula makanannya yang khas dan enak serta sudah go 
international.
Ketika rekan saya yang lain---mantan birokrat---dengan sedikit “prihatin” 
mengatakan bahwa dari hampir dari Rp 200 miliar APBD Kabupaten Padang Pariaman 
hanya Rp 3 M yang berasal dari PAD, sehingga Kabupaten Padang Pariaman sangat 
tergantung kepada DAU, sembari terkekeh Anto menjawab, bahwa yang “miskin” 
adalah Pemdanya, tetapi rakyatnya makmur, kesan yang sukar dibantah dengan 
melihat kondisi rumah di sepanjang jalan yang kami lewati, sangat berbeda 
misalnya dengan kondisi yang saya lihat di sepanjang jalan Pekanbaru-Duri di 
Provinsi Riau yang kaya minyak di pertengahan tahun 1990-an, walaupun dalam 
kasus Sumbar, hal itu antara lain berkat kiriman uang yang teratur dari para 
perantau Minang yang tersebar di Nusantara dan Mancanegara.
Malah Anto yang berasal dari Jawa Tengah dan sekarang tinggal dengan 
keluarganya di Bintaro, dengan setengah bergurau berkata, kalau Sumbar atau 
Sumatera menjadi “negara merdeka” maka dia akan memilih “kewarnegaraan” 
isterinya dan pindah ke Padang. Lalu Anto dengan lancar menguraikan sejumlah 
potensi daerah Sumbar yang bisa dikembangkan, khususnya di bidang industri 
parawisata, termasuk memindahkan Bandara Tabing yang waktu ini landasan pacunya 
pendek sehingga tidak dapat didarati pesawat berukuran jumbo serta dalam 
kondisi angin dan cuaca tertentu sukar untuk didadarati pesawat, sehingga 
pendaratan terpaksa dipindahkan ke Bandara Simpangtiga Pekanbaru atau Bandara 
Polonia Medan. Menurut Anto, jangan jadikan Sumbar daerah industri, karena hal 
ini bisa merusak lingkungan termasuk hutan yang kondisi dan kelestariannya 
waktu ini secara umum dan kasat mata jauh lebih baik di bandingkan dengan 
provinsi lain.
Memang Sumbar dengan semua potensi alam, infrastruktur dan sosial memenuhi 
semua syarat untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata yang tidak kalah dengan 
Bali atau sejumlah kawasan wisata terkenal lainnya di nusantara dan 
mancanegara, serta secara bertahap mengurangi ketergantungan kepada DAU serta 
kiriman dari para perantau.
Tentu persolaannya---sesuatu hal yang “klasik” ialah bagaimana mengubah potensi 
tersebut menjadi realitas. Ini tentu merupakan pekerjaan besar serta memerlukan 
adanya strategi pada level nasional, regional dan lokal yang jitu, serta 
didukung oleh Pemda yang menerapkan prinsip-prinsip “good governance”
Sumatra Barat belum habis memang, tetapi untuk tetap eksis dan berkembang di 
waktu yang datang diperlukan pekerjaan besar. Sumbar tidak kekurangan cerdik 
pandai untuk melakukan hal ini. Yang penting kesungguhan dan sifat yang 
mendahulukan tujuan jangka panjang ketimbang kepentingan sesaat atau yang 
bersifat “ad hock”.
[*] Dari file lama (2002) dengan beberapa koreksi kecil, yang disiapkan dan 
dikirim ke sejumlah milis, termasuk Palanta RN
Wassalam, HDB St Bandaro Kayo (L, 68+), asal Padangpanjang, tinggal di Depok 
Alam Takambang Jadi Guru
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. E-mail besar dari 200KB;
2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. E-mail besar dari 200KB;
2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke