Kisah Cintanya, Kisah Cintaku, Kisah Cintamu?
Oleh: DB. Wicaksono

Kira-kira dua setengah tahun lebih yang lalu, puisi di bawah, saya hadiahkan
pada seorang teman yang ketika itu hendak melangsungkan pernikahannya.
Kebetulan karena pernikahan teman tersebut berlangsung ribuan kilometer dari
tempat saya berada sekarang, hanya beberapa bait ini sajalah yang bisa saya
persembahkan untuk melukiskan keagungan cinta yang hendak mereka ukir lewat
pintu gerbang kehidupan yang bernama *'nikah'*. Dan kini, saya persembahkan
kembali puisi tersebut untuk dua sahabat saya yang dalam liburan musim panas
2006 ini, telah dan akan melangsungkan pernikahan mereka dengan kekasih
idaman mereka masing-masing.

Tentu saja pernikahan yang melembagakan cinta suci di antara dua makhluk,
laki-laki dan perempuan, bukan satu-satunya manifestasi dari kata indah *
'cinta'* itu. Semasa bayi dan anak-anak, kita belajar arti cinta itu lewat
kasih sayang tak terbatas ibunda dan ayahanda kita. Dan karenanya, kita
belajar membalas kasih sayang mereka dengan cinta dan hormat kita yang sama
sekali tak berbanding dengan cinta mereka. *"Kasih anak sepanjang galah,
kasih ibu sepanjang jalan; Kasih anak sepanjang jalan, kasih ibu sepanjang
masa"*, begitu kata peribahasa kita.

Mereka yang telah mengarungi bahtera pernikahan dan dikaruniai oleh-Nya
keturunan, pun mesti memanifestasikan cinta sejati mereka pada anak-anak
mereka, apa pun balasan yang akan mereka terima dari anak mereka.

Demikian pula, antara seorang kakak dengan adiknya, saudara seiman dengan
saudara seiman lainnya, antara dua orang sahabat kental, antara laki-laki
dan perempuan, antara seorang pencari dengan Guru Spiritual pembimbingnya,
antara ummat dengan Rasul, antara hamba dengan Tuhannya. Semua membutuhkan
cinta untuk merekatkan hubungan-hubungan itu, untuk membuat hubungan itu
menjadi sesuatu yang indah. Bagaikan tanah liat yang tidak dapat dibentuk
tanpa air yang cukup, manusia yang dibuat dari tanah membutuhkan cinta
sebagai air kehidupannya.

Kedudukan cinta yang demikian tinggi dalam kehidupan kita sebagai manusia
itu pula, yang kemudian menjadikan salah satu gelar kehormatan tertinggi
yang dimiliki Nabi kita Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam yang tidak
dimiliki Nabi-nabi lainnya adalah *Habibullah*, *Sang Kekasih Allah*. Karena
cinta Allah pada Muhammad sall-allahu 'alaihi wasallam-lah, seluruh makhluq
yang wujud di alam ini, Allah Ta'ala ciptakan. Dan seluruh makhluq berenang
dalam samudera Cinta Allah pada kekasih-Nya ini.

Manifestasi cinta bisa berbeda-beda, sekalipun semuanya akan kembali kepada
Sang Sumber Cinta dan Kasih Sayang, Ar-Rahman Ar-Rahiim. Sekalipun demikian,
satu hal yang sama pada berbagai manifestasi cinta tersebut, adalah *
pengorbanan*. Cinta membutuhkan pengorbanan, dan pengorbanan pun tak bisa
dilakukan tanpa cinta yang tulus dan suci. Pada contoh ekstrim, kita dengar
Ibrahim yang mengorbankan penyejuk mata-nya Isma'il, demi cintanya pada
Allah; dan Isma'il yang mengorbankan dirinya, juga karena kecintaannya pada
Allah.

Pada kehidupan manusia awam macam kita, seringkali manisnya cinta tidak kita
rasakan ketika sang kekasih melayani kita dengan kesetiaannya, melainkan
justru ketika hati kita 'patah' oleh kekurangan yang ada pada dirinya. Atau
pada kondisi ekstrim, ketika karena satu dan lain hal kita harus berpisah
dengan ia yang kita cintai, baik karena jarak, maupun karena ia tak
ditakdirkan bersanding dengan kita. *"Cinta tak harus memiliki"*, demikian
kata sang penyanyi Ebiet G. Ade atau Novia Kolopaking.

Dan ketika 'cangkir' nafsu kita kosong akan harapan cinta semu dan duniawi,
anggur cinta sejati dari samudera cinta-Nya yang tak berbatas, akan mengisi
'cangkir' kalbu kita yang seluas langit dan bumi *"wa jannatin 'ardhuhas
samawatu wal ardhu" [QS 3:133]*.

Ya... Jannah itu tidak harus kita tunggu setelah kita mati untuk
mendapatkannya. Jannah itu telah disiapkan oleh-Nya bagi kita masing-masing
bahkan ketika kita masih hidup di alam fana ini.

Hanya...
siap, mampu, dan maukah kita mematahkan 'cangkir' nafsu itu?

Aah. Cinta memang gila!

*MENIT PERTAMA KUDENGAR KISAH CINTAKU*

*Menit Pertama Kudengar Kisah Cinta Pertamaku,
Kumulai cari dirimu,
tanpa tahu betapa buta diriku,
Pecinta dan yang dicinta tidaklah akhirnya bertemu di sesuatu,
Mereka saling wujud dalam satu sama lain sejak dulu.*

**

*Di luar konsep amal buruk dan amal mulia,
ada suatu padang - 'Kan kujumpai dirimu di sana -
ketika jiwa terbaring di atas rerumputan itu,
ide, bahasa, bahkan kata-kata "masing-masing" tak lagi
masuk akal*

**

*"Tak seorang pun cukup menderita," ia berkata.
"Jadilah seseorang yang menderita segala sesuatunya
dan datanglah padaku tanpa apa-apa kecuali mangkuk ini
yang ke dalamnya 'kan kutuangkan air-ku."*

**

*Aku berdiri di bibir kegilaan,
Aku datang ke suatu pintu, kuketuk, dan pintu itu
terbuka...
Aku berdiri di dalamnya.*

**

*Percayalah padaku
Dulu aku tidak selalu seperti ini
kehilangan akal sehatku
atau nampak gila

seperti dirimu
aku dulu juga pandai
di hari-hariku...

ketika aku belum diburu
oleh hal ini
cinta yang selalu bertambah*
Mawlana Rumi
[]


[Non-text portions of this message have been removed]



Donasi Dana untuk Sarikata.com :

No Rek : 145-118-2990
Atas Nama : Yudhi Aprianto
BCA KCP : Gatot Subroto Jkt

Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas donasi yang telah Anda 
berikan demi kelangsungan Sarikata.com di dunia maya ini.

 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/sarikata/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/sarikata/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke