Semua Tentang 
Cinta<http://coretanpena-erwin.blogspot.com/2008/06/semua-tentang-cinta.html>
Diposting
oleh Erwin Arianto di Selasa, Juni 24,
2008<http://coretanpena-erwin.blogspot.com/2008/06/semua-tentang-cinta.html>

Tentang Cinta

Untuk yang ingin mengetahui tentang cinta untuk yang sedang terlibat dalam
suatu hubungan percintaan dengan kekasih, pasangan, Istri, orang Tua,
sahabat atau lainya, semoga tulisan ini dapat memberi suatu gambaran atau
pencerahan

'When two people love each other, nothing is more imperative and delightful
than giving' ~ Guy de Maupassant ~

MISKONSEPSI

Cinta berpijak pada perasaan sekaligus akal sehat. Miskonsepsi pertama yang
ditentang Bowman adalah manusia jatuh cinta dengan menggunakan perasaan
belaka. Betul, kita jatuh cinta dengan hati. Tapi agar tidak menimbulkan
kekacauan di kemudian hari, kita diharapkan untuk juga menggunakan akal
sehat. Bohong besar kalau kita bisa jatuh cinta dengan begitu saja tanpa
bisa mengelak. Yang sesungguhnya terjadi, proses jatuh cinta dipengaruhi
tradisi, kebiasaan, standar, gagasan, dan deal kelompok dari mana kita
berasal. Bohong besar pula kalau kita merasa boleh berbuat apa saja saat
jatuh cinta, dan tidak bisa dimintai pertanggungan-jawab bila
perbuatan-perbuatan impulsif itu berakibat buruk suatu ketika nanti.
Kehilangan perspektif bukanlah pertanda kita jatuh cinta, melainkan sinyal
kebodohan. Cinta membutuhkan proses, Bowman juga menolak anggapan cinta bisa
berasal dari pandangan pertama. "Cinta itu tumbuh dan berkembang dan
merupakan emosi yang kompleks," katanya.(EA)

Untuk tumbuh dan berkembang, cinta membutuhkan waktu. Jadi memang tidak
mungkin kita mencintai seseorang yang tidak ketahuan asal-usulnya dengan
begitu saja. Cinta tidak pernah menyerang tiba-tiba, tidak juga jatuh dari
langit. Cinta datang hanya ketika dua individu telah berhasil melakukan
orientasi ulang terhadap hidup dan memutuskan untuk memilih orang lain
sebagai titik fokus baru. Yang mungkin terjadi dalam fenomena "cinta pada
pandangan pertama" adalah pasangan terserang\n perasaan saling tertarik yang
sangat kuat-bahkan sampai tergila-gila. Kemudian perasaan kompulsif itu
berkembang jadi cinta tanpa menempuh masa jeda. Dalam kasus "cinta pada
pandangan pertama", banyak orang tidak benar-benar mencintai pasangannya,
melainkan jatuh cinta pada konsep cinta itu sendiri. Sebaliknya dengan orang
yang benar-benar mencinta, mereka mencintai pasangan sebagai personalitas
yang utuh.

Cinta tidak menguasai dan mengalah,
tapi berbagi bukan cinta namanya bila kita berkehendak mengontrol pasangan.
Juga bukan cinta bila kita bersedia mengalah demi kepuasan kekasih. Orang
yang mencinta tidak menganggap kekasih sebagai atasan atau bawahan, tapi
sebagai pasangan untuk berbagi, juga untuk mengidentifikasi diri. Bila kita
berkeinginan menguasai kekasih (membatasi pergaulannya, melarangnya\n
beraktivitas positif, mengatur seleranya berbusana) atau melulu mengalah
(tidak protes bila kekasih berbuat buruk, tidak keberatan dinomorsekiankan),
berarti kita belum siap memberi dan menerima cinta.Individu yang mencinta
berbuat sebaik-baiknya demi kepentingan sendiri sekaligus demi (kebanggaan)
pasangan. Dia berani berambisi, bermimpi konstruktif, dan merencanakan masa
depan. Sebaliknya dengan yang jatuh cinta impulsif. Bukannya berpikir dan
bertindak konstruktif, dia kehilangan ambisi, nafsu makan, dan minat
terhadap masalah sehari-hari. Yang dipikirkan hanya kesengsaraan pribadi.
Impiannya pun tak mungkin tercapai. Bahkan impian itu bisa menjadi subsitusi
kenyataan.

CINTA BUTUH WAKTU

Untuk tumbuh dan berkembang, cinta membutuhkan waktu. Jadi memang tidak
mungkin kita mencintai seseorang yang tidak ketahuan asal-usulnya dengan
begitu saja. Cinta tidak pernah menyerang tiba-tiba, tidak juga jatuh dari
langit. Cinta datang hanya ketika dua individu telah berhasil melakukan
orientasi ulang terhadap hidup dan memutuskan untuk memilih orang lain
sebagai titik fokus baru. Yang mungkin terjadi dalam fenomena "cinta pada
pandangan pertama" adalah pasangan terserang perasaan saling tertarik yang
sangat kuat-bahkan sampai tergila-gila.
Kemudian perasaan kompulsif itu berkembang jadi cinta tanpa menempuh masa
jeda. Dalam kasus "cinta pada pandangan pertama", banyak orang tidak
benar-benar mencintai pasangannya, melainkan jatuh cinta pada konsep cinta
itu sendiri. Sebaliknya dengan orang yang benar-benar mencinta, mereka
mencintai pasangan sebagai personalitas yang utuh.

CINTA BERBAGI, TIDAK MENGONTROL

Cinta tidak menguasai dan mengalah, tapi berbagi bukan cinta namanya bila
kita berkehendak mengontrol pasangan. Juga bukan cinta bila kita bersedia
mengalah demi kepuasan kekasih. Orang yang mencinta tidak menganggap kekasih
sebagai atasan atau bawahan, tapi sebagai pasangan untuk berbagi, juga untuk
mengidentifikasi diri. Bila kita berkeinginan menguasai kekasih (membatasi
pergaulannya, melarangnya beraktivitas positif, mengatur seleranya
berbusana) atau melulu mengalah (tidak protes bila kekasih berbuat buruk,
tidak keberatan dinomorsekiankan), berarti kita belum siap memberi dan
menerima cinta.

BUATLAH CINTA ITU KONSTRUKTIF

Individu yang mencinta berbuat sebaik-baiknya demi kepentingan sendiri
sekaligus demi (kebanggaan) pasangan. Dia berani berambisi, bermimpi
konstruktif, dan merencanakan masa depan. Sebaliknya dengan yang jatuh cinta
impulsif. Bukannya berpikir dan bertindak konstruktif, dia kehilangan
ambisi, nafsu makan, dan minat terhadap masalah sehari-hari. Yang dipikirkan
hanya kesengsaraan pribadi. Impiannya pun tak mungkin tercapai. Bahkan
impian itu bisa menjadi subsitusi kenyataan.
CINTA TIDAK MELENYAPKAN SEMUA MASALAH
Penganut faham romantik percaya cinta bisa mengatasi masalah. Seakan-akan
cinta itu obat bagi segala penyakit (panacea). Kemiskinan dan banyak problem
lain diyakini bisa diatasi dengan berbekal cinta belaka. Faktanya, cinta
tidaklah seajaib itu. Cinta hanya bisa membuat sepasang kekasih berani
menghadapi masalah. Permasalahan seberat apapun mungkin didekati dengan
jernih agar bisa dicarikan jalan keluar. Orang yang tengah mabuk kepayang
(berarti tidak benar-benar mencinta) cenderung membutakan mata saat tercegat
masalah. Alih-alih bertindak dengan akal sehat, dia mengenyampingkan
problem.

CINTA CENDERUNG KONSTAN
Ya, cinta itu bergerak konstan. Maka kita patut curiga bila grafik perasaan
kita pada kekasih turun naik sangat tajam. Kalau saat jauh kita merasa
kekasih lebih hebat dibanding saat bersama, itu pertanda kita
mengidealisasikannya, bukan melihatnya secara\n realistis. Lantas saat
kembali bersama, kita memandang kekasih dengan lebih kritis dan hilanglah
segala bayangan hebat itu. Sebaliknya berhati-hatilah bila kita merasa
kekasih hebat saat kita berdekatan dengannya dan tidak lagi merasakan hal
yang sama saat dia jauh. Hal sedemikian menandakan kita terkecoh oleh daya
tarik fisik. Cinta terhitung sehat bila saat dekat dan jauh dari pasangan,
kita menyukainya dalam kadar sebanding. Dalam hubungan cinta, daya tarik
fisik penting. Tapi bahaya bila kita menyukai kekasih hanya sebatas fisik
dan membencinya untuk banyak faktor lainnya. Saat jatuh cinta, kita
menikmati dan memberi makna penting bagi setiap kontak fisik. Kontak fisik,
ketahuilah, hanya terasa menyenangkan bila kita dan pasangan saling menyukai
personalitas masing-masing. Maka bukan cinta namanya, melainkan nafsu,\n
bila kita menganggap kontak fisik hanya memberi sensasi menyenangkan tanpa
makna apa-apa. Dalam cinta, afeksi terwujud belakangan saat hubungan kian
dalam. Sedang nafsu menuntut pemuasan fisik sedari permulaan. ",1]


CINTA TIDAK MELENYAPKAN SEMUA MASALAH

Penganut faham romantik percaya cinta bisa mengatasi masalah. Seakan-akan
cinta itu obat bagi segala penyakit (panacea). Kemiskinan dan banyak problem
lain diyakini bisa diatasi dengan berbekal cinta belaka. Faktanya, cinta
tidaklah seajaib itu. Cinta hanya bisa membuat sepasang kekasih berani
menghadapi masalah. Permasalahan seberat apapun mungkin didekati dengan
jernih agar bisa dicarikan jalan keluar. Orang yang tengah mabuk kepayang
(berarti tidak benar-benar mencinta) cenderung membutakan mata saat tercegat
masalah. Alih-alih bertindak dengan akal sehat, dia mengenyampingkan
problem.

CINTA CENDERUNG KONSTAN

Ya, cinta itu bergerak konstan. Maka kita patut curiga bila grafik perasaan
kita pada kekasih turun naik sangat tajam. Kalau saat jauh kita merasa
kekasih lebih hebat dibanding saat bersama, itu pertanda kita
mengidealisasikannya, bukan melihatnya secara realistis. Lantas saat kembali
bersama, kita memandang kekasih dengan lebih kritis dan hilanglah segala
bayangan hebat itu. Sebaliknya berhati-hatilah bila kita merasa kekasih
hebat saat kita berdekatan dengannya dan tidak lagi merasakan hal yang sama
saat dia jauh. Hal sedemikian menandakan kita terkecoh oleh daya tarik
fisik. Cinta terhitung sehat bila saat dekat dan jauh dari pasangan, kita
menyukainya dalam kadar sebanding.

CINTA TIDAK BERTUMPU PADA DAYA TARIK FISIK

Dalam hubungan cinta, daya tarik fisik penting. Tapi bahaya bila kita
menyukai kekasih hanya sebatas fisik dan membencinya untuk banyak faktor
lainnya. Saat jatuh cinta, kita menikmati dan memberi makna penting bagi
setiap kontak fisik. Kontak fisik, ketahuilah, hanya terasa menyenangkan
bila kita dan pasangan saling menyukai personalitas masing-masing. Maka
bukan cinta namanya, melainkan nafsu, bila kita menganggap kontak fisik
hanya memberi sensasi menyenangkan tanpa makna apa-apa. Dalam cinta, afeksi
terwujud belakangan saat hubungan kian dalam. Sedang nafsu menuntut pemuasan
fisik sedari permulaan.

Cinta itu buta?

Tidak sama sekali. Orang yang mencinta melihat dan menyadari sisi buruk
kekasih. Karena besarnya cinta, dia berusaha menerima dan mentolerir. Tentu
ada keinginan agar sisi buruk itu membaik. Namun keinginan itu haruslah
didasari perhatian dan maksud baik. Tidak boleh ada kritik kasar, penolakan,
kegeraman, atau rasa jijik. Nafsulah yang buta. Meski pasangan sangat buruk,
orang yang menjalin hubungan dengan penuh nafsu menerima tanpa keinginan
memperbaiki. Juga meninggalkan pasangan saat keinginannya terpuaskan, hanya
karena pasangan punya secuil keburukan yang sangat mungkin bisa diperbaiki.

CINTA MEMPERHATIKAN KELANJUTAN HUBUNGAN

Orang yang benar-benar mencinta memperhatikan perkembangan hubungan dengan
kekasih. Dia menghindari segala hal yang mungkin merusak hubungan. Sebisa
mungkin dia melakukan tindakan yang bisa memperkuat, mempertahankan, dan
memajukan hubungan. Orang yang sedang tergila-gila mungkin saja berusaha
keras menyenangkan kekasih. Namun usaha itu semata-mata dilakukan agar
kekasih menerimanya, sehingga tercapailah kepuasan yang diincar. Orang yang
mencinta menyenangkan pasangan untuk memperkuat hubungan.

CINTA BERANI MENYATAKAN HAL YANG TIDAK DISUKAISelain berusaha menyenangkan
kekasih, orang yang sungguh-sungguh mencinta memiliki perhatian,
keprihatinan, pengertian, dan keberanian untuk melakukan hal yang tidak
disukai\n kekasih demi kebaikan. Seperti seorang ibu yang berkata "tidak"
saat anaknya minta es krim, padahal sedang flu.

CINTA TIDAK BUTA

Cinta itu buta? Tidak sama sekali. Orang yang mencinta melihat dan menyadari
sisi buruk kekasih. Karena besarnya cinta, dia berusaha menerima dan
mentolerir. Tentu ada keinginan agar sisi buruk itu membaik. Namun keinginan
itu haruslah didasari perhatian dan maksud baik. Tidak boleh ada kritik
kasar, penolakan, kegeraman, atau rasa jijik. Nafsulah yang buta. Meski
pasangan sangat buruk, orang yang menjalin hubungan dengan penuh nafsu
menerima tanpa keinginan memperbaiki. Juga meninggalkan pasangan saat
keinginannya terpuaskan, hanya karena pasangan punya secuil keburukan yang
sangat mungkin bisa diperbaiki.

CINTA MEMPERHATIKAN KELANJUTAN HUBUNGAN

Orang yang benar-benar mencinta memperhatikan perkembangan hubungan dengan
kekasih. Dia menghindari segala hal yang mungkin merusak hubungan. Sebisa
mungkin dia melakukan tindakan yang bisa memperkuat, mempertahankan, dan
memajukan hubungan. Orang yang sedang tergila-gila mungkin saja berusaha
keras menyenangkan kekasih. Namun usaha itu semata-mata dilakukan agar
kekasih menerimanya, sehingga tercapailah kepuasan yang diincar. Orang yang
mencinta menyenangkan pasangan untuk memperkuat hubungan.

CINTA BERANI MENYATAKAN HAL YANG TIDAK DISUKAI

Selain berusaha menyenangkan kekasih, orang yang sungguh-sungguh mencinta
memiliki perhatian, keprihatinan, pengertian, dan keberanian untuk melakukan
hal yang tidak disukai kekasih demi kebaikan. Seperti seorang ibu yang
berkata "tidak" saat anaknya minta es krim, padahal sedang flu.

Jadi benerkah hubungan dengan orang yang anda kasihi adalah sebuah cinta
atau hanya sebuah Nafsu Belaka?(EA)

Sumber Asli: Internet(uknown)
http://erwinarianto.multiply.com/journal/item/219/Tentang_Cinta
http://coretanpena-erwin.blogspot.com/2008/06/semua-tentang-cinta.html

-- 
Best Regard
Erwin Arianto,SE
エルイン アリアント (内部監査事務局)
-------------------------------------
SINCERITY, SPEED,  INOVATION & INDEPENDENCY


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke