Leadership & Anarki

sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com


Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara yang satu
dengan  yang lain. Arti  Masyarakat itu sendiri yang berasal dari
bahasa Arab musyarakah adalah saling bersekutu. Jadi masyarakat 
adalah wujud dari kesepakatan umum bagaimana setiap warganya dijamin
peluangnya untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam sistem masyarakat,
diatur yang kecil tidak dizalimi oleh yang besar, yang lemah dijamin
memperoleh keadilan, yang memiliki kelebihan dijamin penghargaannya.
Masyarakat juga sepakat untuk memberikan perlindungan kepada hak-hak
azazi manusia, fisiknya, hartanya, fikirannya, jiwanya dan
keyakinannya. Untuk itulah maka masyarakat membangun tradisi,
membangun kebudayaan, membangun institusi seperti negara dan bahkan
membangun badan dunia seperti Persatuan Bangsa Bangsa (PBB).

Cita-cita  bangsa Indonesia dengan mendirikan negara Republik
Indonesia misalnya, seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 45 
adalah untuk: (1) melindungi segenap warga negara, (2) hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh warganya, (3) menghargai
kedaulatan rakyat, dan (4) berketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. 

Manusia secara pribadi adalah makhluk yang di satu sisi berfikir
positif dan menyukai kebaikan, tetapi di sisi lain terkadang berfikir
negatif dan kemudian melakukan perbuatan yang bukan saja merusak
dirinya tetapi juga merusak atau mengganggu orang lain. Perilaku
manusia juga ada yang bersifat individual dan terkadang bersifat
sosial. Ada orang yang secara pribadi adalah pendiam, penakut dan
cenderung patuh, tetapi ketika ia menjadi bagian dari perilaku sosial
yang bringas maka ia bisa berubah menjadi pemberani, nekad dan
agresif, satu perilaku yang sangat berbeda dengan perilaku individualnya.

Untuk menjamin terlaksananya kesepakatan sosial, maka masyarakat
mengenal struktur pemimpin dan yang dipimpin. Pemimpin diberi
kewenangan oleh orang banyak untuk mengorganisir dan mengatur strategi
pencapaian tujuan, dan orang banyak harus membantu dan mentaati
pemimpin yang telah disepakati. Manusia mengenal sistem kepemimpinan
(leadership) pada setiap lapisan. Setiap orang adalah pemimpin bagi
dirinya (kullukum ra`in). 

Kemudian suami adalah pemimpin dalam rumah tangga, lurah adalah
pemimpin satu desa. Presiden adalah pemimpin dari satu negara. 
Tipologi pemimpin itu bermacam-macam, tetapi kontrak pemimpin dan yang
dipimpin bersifat "universal". Kepemimpinan akan efektif jika rakyat
yang dipimpin merasa memperoleh sesuatu dari pemimpinnya; memperoleh
rasa keadilan,  rasa aman, dan  bimbingan menuju masa depan yang
menjanjikan. 

Oleh karena itu seorang pemimpin haruslah orang yang memiliki banyak
kelebihan dibanding yang dipimpin, karena seorang pemimpin harus bisa
memberi. Jika tiga hal itu tidak bisa diberikan oleh seorang pemimpin,
maka kepemimpinannya tidak akan efektif. Jika kepemimpinan tidak
efektif maka kesepakatan umum bermasyarakat akan rusak, tatanan
kehidupan menjadi tidak tertib, dan masyarakat manusia yang semestinya
berbudaya tinggi akan berubah menjadi kerumunan binatang yang saling
menyerang, apa yang sekarang disebut sebagai anarki.


sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com



Salam Cinta,
agussyafii

Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui
[EMAIL PROTECTED] atau http://mubarok-institute.blogspot.com






Kirim email ke