Ari temanku ngajar mengirim sms yang isinya panjang sekali.Ari bilang ia lagi 
pusing dengan kelakuan Riana anak kakaknya yang hendak nikah tapi malah berniat 
kabur.Ku coba baca sms itu berkali kali, sampai aku mengerti kenapa semua ini 
terjadi.

Riana masih kecil sewaktu ayahnya nikah lagi dengan wanita lain.Sejak itu pula 
Riana tumbuh tampa kehadiran seorang ayah.Ibunya menangani semua 
permasalahan,ibunya membereskan semua urusan, ibunya menyelesaikan semua yang 
terjadi dikeluarganya.
  
Dalam diri Riana ternyata sosok ayah yang jarang dilihatnya hanyalah seorang 
laki-laki yang kehadirannya tidak melekat dalam sanubarinya. Entah apa yang 
ditanamkan oleh ibunya dalam dirinya sehingga tampa seorang ayahpun ia bisa 
menjadi seorang wanita yang cantik, sukses dan bahagia.Sampai pada saat mo 
nikahpun ketemu dengan ayahnya dan coba mengajak bicarapun tidak ia lakukan.

Tapi sekarang kita lihat ketika ia hendak melewati hari bahagia yang dinantikan 
seorang wanita hatinya malah gundah gulana.Ada apa? Ari temanku dan keluarganya 
dibuat pusing.Tanggal pernikahan dah ditentukan, undangan dah dicetak, semuanya 
dah siap. Ari akhirnya datang kerumah dan bertemu aku dan suami.
    "Fen... gimana menurutmu?"tanya Ari pasrah.
Aku tersenyum.Kenapa harus bertanya padaku.Bukankah semuanya dah jelas.Biar 
bagaimanapun seorang anak perempuan tidak bisa lepas dari tanggung jawab 
seorang ayah, sampai anak perempuan itu bersuami.

Yang terjadi pada Riana suatu kenyataan yang tidak terbantah.Seorang ayah yang 
tidak dianggap oleh anaknya.Seorang ayah yang tidak diajak bicara tentang 
pernikahan anak perempuan.Seorang ayah yang hanya diminta kehadirannya pada 
tanggal yang sudah ditentukan.Seorang laki laki bejat sekalipun, akan merasa 
sakit yang dalam saat anak perempuannya hendak menikah tapi tidak meminta restu 
padanya.Padahal tanggung jawab berakhir seorang ayah adalah melepas anak 
perempuannya menikah.Ia akan memberikan doa yang tulus yang nantinya akan 
membawa kebahagiaan di dalam perkawinan anaknya. 

Itu tidak terjadi pada Riana. Hari-hari bahagia yang seharus terlewati, menjadi 
siksa yang berkepanjangan.

Kutatap Ari,
    "Ri.... surga itu tidak hanya ada ditelapak kaki ibu"kataku pelan.


Salam buat keponakan cantik.


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke