Indahnya Kebaikan  

By: agussyafii

Tumbuh besar dilingkungan orang-orang yang penuh cinta membuat saya begitu 
mudah memahami indahnya kebaikan, seperti kemaren saya menerima tamu yaitu 
sahabat-sahabat saya yang berkunjung ke kantor seolah tiada henti, Mbak Maya 
yang hadir di siang hari untuk sekedar bertegur sapa. Kunjungan Mbak Yessy, 
seorang teman yang sudah lama tidak pernah bertemu. Malam hari saya bertemu 
dengan Kang Herry dengan untaian kasih sayang untuk Hana, putri saya yang 
tercinta. Itulah indahnya kebaikan buat saya. 
 
Seperti yang dijelaskan dalam surat al-Syam / 91:8 bahwa manusia secara fitri 
diciptakan Allah SWT dengan memiliki perangkat untuk mengetahui kebaikan dan 
keburukan, dan surat al-Balad / 90:10, menyebutkan bahwa kepada manusia diberi 
peluang untuk memilih satu di antara dua jalan hidup yang telah disediakan, 
jalan kebajikan dan jalan kejahatan. Untuk itu, pada setiap manusia terdapat 
faktor-faktor penggerak untuk menuju ke dua jalan itu. Jika penggerak atau 
motif kepada kejahatan bersumber dari hawa nafsu yang digelitik oleh waswas 
setan untuk segera mencari jalan pemuasannya, maka penggerak kepada kebaikan 
sebenarnya merupakan gabungan dari berbagai motif yang diorganisir oleh aql dan 
qalb.

Meskipun manusia telah memiliki potensi kebaikan, tetapi penggerak kepada 
kebaikan tidak muncul dari ruang kosong, melainkan dari pengalaman perjalanan 
hidup seseorang, dari budaya di mana orang itu hidup, dan dari kegiatan yang 
dilakukan oleh masing-masing orang. Orang yang berada dalam lingkungan maksiat 
tanpa ada stimulus kebaikan yang mengimbanginya, maka penggerak kepada 
keburukan akan lebih subur pada orang itu. Sebaliknya orang yang hidup di 
tengah lingkungan yang sehat dan baik, dan ia sendiri menempuh cara hidup yang 
baik seperti yang dilakukan oleh orang lain, maka penggerak kepada kebaikan 
akan muncul dan terpelihara. Dalam lingkungan yang kondusif pada kebaikan, akal 
dan qalb dapat mengorganisir tuntutan berbagai dorongan psikologis dalam 
dirinya untuk diarahkan sesuai dengan iklim psikologis di mana orang itu hidup.

Orang yang mengalami penderitaan karena dizalimi oleh sistem sosial, jika 
dorongan kepada kejahatan (negatif)-nya yang lebih dominan, maka dorongan 
psikologis yang berkembang pada orang itu adalah motif balas dendam. Sedangkan 
bagi orang yang potensi kebaikan (positif)-nya lebih kuat, ketika mengalami 
penderitaan karena dizalimi oleh sistem sosial, maka dorongan psikologis yang 
tumbuh dalam dirinya adalah motif untuk membela sesama orang tertindas. 

Orang yang memiliki motif balas dendam, tingkah lakunya destruktif dan tidak 
terkendali, dan kepuasannya tercapai jika melihat lawannya menderita. Sedang 
orang yang tingkah lakunya tetap terkendali dan pemuasannya bukan pada melihat 
kekalahan lawan, tetapi pada kemampuan mengendalikan diri menahan amarah dan 
tidak bertindak destruktif sehinga meraih kemenangan dengan cara memuliakan 
orang lain sekalipun itu musuh atau orang yang paling dibencinya dimuka bumi 
ini.  Itulah kemenangan yang hakiki.

Muncul dan suburnya penggerak atau motif kepada kebaikan juga berhubungan 
dengan cara hidup. Jika seseorang menempuh jalan hidup yang sesat, jauh dari 
petunjuk agama, maka penggerak kepada kebenaran terhalang pertumbuhannya, 
tetapi jika jalan hidupnya mengikuti petunjuk agama, beriman dan melakukan amal 
saleh, maka seperti yang diisyaratkan surat Yunus / 10:9, potensi iman yang ada 
di dalam hatinya mendesak dan mempengaruhinya untuk melakukan kebaikan.

Sesungguhnya orang-orang beriman dan melakukan amal saleh, mereka diberi 
petunjuk oleh Allah mereka karena imannya. (QS. Yunus / 10:9).

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa antara motif dan perbuatannya 
terdapat hubungan saling isi mengisi. Motif kepada kebaikan yang merespons 
dengan perbuatan baik, akan menyuburkan motif kepada kebaikan. Sebaliknya amal 
saleh yang dilakukan terus-menerus juga akan menumbuhkan motif-motif baru 
kepada kebaikan. Seperti orang yang melakukan kemaksitan dapat tenggelam dalam 
lumpur kemaksiatan, sehingga ia tidak bisa bangkit kembali, maka terbang 
melayang-layang di langit kebajikan akan memperluas wilayah dan memperkuat daya 
jelajah dorongan kepada kebajikan.

Sejalan dengan itu, Rasullah pernah mengatakan bahwa menempuh jalan ilmu akan 
memudahkan seseorang mencapai sorga.

Orang yang berbahagia adalah orang yang merespons secara positif dorongan 
psikologis kepada kebaikan yang ada dalam dirinya, selanjutnya ia merasa tenang 
dengan pilihannya, patuh kepada perintah Allah SWT dan melakukan secara 
maksimal perbuatan kebajikan. Orang-orang yang mencapai tingkatan ini 
diterangkan oleh al-Qur’an dalam surat al-Tawbah / 9:112.

Mereka adalah orang yang bertaubat, yang beribadat, yang bertahmid, yang 
mengembara, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah 
berbuat mungkar, ada yang memelihara hukum-hukum Allah. Berikanlah kabar 
gembira kepada orang-orang mukmin itu (QS. al-Tawbah).   


Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU) Minggu, 
tanggal 17 Mei 2009, di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek 
Peruri, RT 001 RW 09, Sudimara Timur, Ciledug. TNG. Program 'Amalia Cinta Bumi 
(ACIBU)' mengajak. 'Mari, hindari penggunaan kantong plastik berlebihan, 
bawalah kantong belanja sendiri. Sebab Kantong plastik jenis polimer sintetik 
sulit terurai- Bila dibakar, menimbulkan senyawa dioksin yang membahayakan- 
Proses produksinya menimbulkan efek berbahaya bagi lingkungan.' Mari kirimkan 
dukungan anda pada program 'Amalia Cinta Bumi' (ACIBU) melalui 
http://agussyafii.blogspot.com atau sms 087 8777 12431 
  




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke