*Idul Fitri*

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri

Sebagai orang beragama, kita dituntut untuk bergaul baik dengan dua pihak:
dengan Tuhan kita dan dengan sesama hambaNya. Meminta maaf atas kesalahan
adalah bagian dari akhlak pergaulan. Kita menyadari bahwa sebagai manusia,
kita tidak sepi dari kesalahan; baik terhadap Allah Tuhan kita, maupun
terhadap sesama.



Ada tradisi baik sekali di negeri kita berkenaan dengan Idul Fitri yang
sayang kini sudah agak 'luntur' bersamaan dengan 'majunya zaman'. Dulu
ketika kehidupan masih sederhana dan sebelum orang kenal dengan makhluk yang
namanya materialisme, di Idul Fitri atau hari Lebaran ada tradisi saling
kunjung-mengunjungi, silaturahmi, dan saling memaafkan di antara sesama.
Bahkan menurut cerita orang-orang tua, dulu dalam silaturahmi, mereka
meminta maaf dengan memerinci kesalahan-kesalahan mereka yang sudah
diperbuat. Berangsur-angsur tradisi silaturahmi langsung itu digantikan
dengan kartu lebaran dengan ucapan yang nyaris seragam, "Selamat Hari Raya
Fitri, Minal 'aidin wal faizin, Maaf lahir batin". Dan kini malah cukup
dengan sms, pesan melalui HP, seperti: 'Met Lebaran! Maaf ya!".



Sebagai orang beragama, kita dituntut untuk bergaul baik dengan dua pihak:
dengan Tuhan kita dan dengan sesama hambaNya. Meminta maaf atas kesalahan
adalah bagian dari akhlak pergaulan. Kita menyadari bahwa sebagai manusia,
kita tidak sepi dari kesalahan; baik terhadap Allah Tuhan kita, maupun
terhadap sesama.



Bergaul dengan Tuhan, sebetulnyalah lebih enak dibanding dengan sesama
manusia. Lembaga pengampunan Tuhan banyak sekali. Kita mengaku salah dan
beristighfar, Allah memaafkan. Kita bersembahyang, Allah menghapus dosa
kita. Kita memegang tangan isteri kita, kita mendapat pengampunan. Bahkan
setiap kita merasa kesakitan, termasuk sekedar tertusuk duri, dihitung
sebagai penebusan dosa. Bulan Ramadan, sering disebutkan awalnya adalah
rahmat; pertengahnya pengampunan; dan akhirnya adalah pembebasan dari
neraka.



Bagi mereka yang berpuasa, tekun beribadah, atau beribadah di malam Lailatul
Qadar (ada beberapa riwayat Hadis dengan redaksi yang berbeda-beda)
semata-mata karena Allah, dijamin oleh Nabi Muhammad SAW akan diampuni
dosa-dosanya yang sudah-sudah. Itulah sebabnya –wallahu a'lam— setelah
Ramadan, di hari Idul Fitri, tampak sekali orang-orang mukmin dadanya begitu
lapang.



Berbeda dengan Tuhan, bergaul dengan manusia justru lebih sulit. Manusia
punya dendam, punya hati yang rentan dan karenanya sulit memaafkan. Momentum
yang paling diharapkan manusia mudah memaafkan (dan meminta maaf) ya setelah
Ramadan, di Idul Fitri ini. Karena dada-dada mereka sedang lapang setelah
dosa-dosa mereka kepada Allah telah diampuni. Bila di Idul Fitri saja, orang
tidak meminta maaf atau memaafkan, maka di kesempatan lain pasti lebih
sulit. Inilah sebabnya, antara lain, di awal tulisan saya, saya menyayangkan
'luntur'nya tradisi saling memaafkan yang baik itu.



Soalnya, meskipun dosa kita kepada Allah telah diampuni, apabila kita
mempunya dosa kepada sesama dan yang bersangkutan belum memaafkan, akan
terus menjadi ganjalan yang bisa mencelakakan diri kita di hari Kiamat. Ada
hadis shahih yang seharusnya membuat kita khawatir dan berhati-hati, yaitu
hadis riwayat Imam Muslim dari shahabat Abu Hurairah yang menyebutkan
pernyataan Rasulullah SAW: "Orang-orang yang benar-benar bangkrut –di antara
umatku—ialah mereka yang datang di hari Kiamat dengan membawa (seabrek)
pahala salat, puasa, dan zakat; tapi mereka datang setelah (di dunia)
mencaci ini, menuduh itu, memakan harti si ini, melukai si itu, dan memukul
si ini. Maka diberikanlah pahala-pahala kebaikan mereka kepada si ini dan si
itu. Jika habis pahala-pahala kebaikan mereka sebelum terpenuhi apa yang
menjadi tanggungan mereka, maka diambillah dari dosa-dosa orang-orang yang
pernah mereka salahi dan ditimpakan kepada mereka, kemudian dicampakkanlah
mereka ke api neraka." Na'udzu biLlah!



Melihat itu semua, terutama mengingat kebaikan serta murahnya Tuhan dan
sulitnya manusia, kita pantas heran terhadap mereka yang ketika bergaul
dengan Tuhan begitu pethenthengan, sok ngepas-ngepaskan kadang sampai
was-was. Bahkan ada yang bukan hanya menjaga 'hak Allah' atas dirinya
sendiri, tapi juga berlagak menjaga 'hak Allah' atas diri orang lain.
Sementara saat bergaul dengan sesama manusia seenaknya saja. Begitu
sembrononya sikap mereka terhadap sesama hamba Allah hingga menyakiti hati
dan merampas hak orang lain mereka anggap biasa. Ada yang lebih konyol lagi:
menyakiti dan merampas hak hamba Allah sambil membawa-bawa nama --atau atas
nama—Allah! Yang terakhir ini, sungguh keterlaluan. Apakah mereka tidak
sadar bahwa dengan perilaku mereka yang semena-mena terhadap hamba Allah
atas nama Allah itu berarti mereka telah menodai kemaharahmatan Allah, di
samping telah berburuk sangka kepadaNya?



Kita sering mendengar istilah hablun minaLlahi dan hablun minannaas; saya
pikir yang lebih aman adalah menjaga 'hak Allah' dan 'hak hambaNya' secara
seimbang. Hak Allah adalah disembah. Kita wajib beribadah kepadaNya. Dan
jangan lupa bersikap baik dengan hamba-hamba Allah adalah bagian dari ibadah
kepadaNya. Memuliakan manusia adalah bagian dari mencari ridhaNya, karena Ia
sendiri memuliakannya (Q. 17. Al-Israa: 70).



Waba'du; perkenankanlah dalam kesempatan ini saya menghaturkan terutama
kepada segenap kaum muslim, "Selamat Idul Fitri 1430H. Iidun Sa'iid;
a'aadahuLlahu
'alaikum bissa'aadatai walkhair warrafahiyah. Wakullu 'aamin wa antum
bikhair!" Ada salah tutur kata dan sikap laku saya selama ini yang --pasti
tidak saya sengaja—melukai hati siapa pun Anda, dengan kerendahan hati saya
memohon maaf lahir dan batin. Allah menyukai mereka yang pemaaf dan mereka
yang berbuat baik. []



KH. A. Mustofa Bisri, Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar Raudlatut
Thalibin, Rembang, Jawa Tengah


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

-----------------------------------------------***
Donasi Dana untuk Sarikata.com :

No Rek : 145-118-2990
Atas Nama : Yudhi Aprianto
BCA KCP : Gatot Subroto Jkt

Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas donasi yang telah Anda 
berikan demi kelangsungan Sarikata.com di dunia maya ini.

-----------------------------------------------***
cara keluar dari milis ini :
kirim email kosong ke sarikata-unsubscr...@yahoogroups.com 
dan REPLY email konfirmasi dari yahoogroups.

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/sarikata/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/sarikata/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:sarikata-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:sarikata-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    sarikata-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke