Kiai nDablek Jatuh Cinta


Aku jatuh cinta ya Allah tak tertahankan!


Di pasar loak Surabaya, menyaksikan nasib ratusan orang terselip-selip di
antara tumpukan besi-besi dan segala macam barang rongsokan, hatiku luluh.


Di pelosok-pelosok kota dan desa, menatapi ibu-ibu, bapak-bapak, bersimbah
keringat mernperjuangkan nafkah keluarganya, hatiku gugur.


Di sepanjang jalanan, bersapaan dengan gerak kaki lima, anak-anak penyemir
sepatu, remaja-remaja pengamen, pengemis-pengemis, hatiku gugur.


Di mana-manapun saja, wajah-wajah berkeringat, tangan-tangan perkasa, para
buruh, penjaga-penjaga pintu gerbang rumah-rumah modal, sopir-sopir,
penjaja-penjaja makanan, pegawai-pegawai rendahan, pelayan-pelayan
kepentingan sesama manusia; hatiku tercampak.


Aku pengembara di hamparan semestamu, ya Allah. Aku pencari wajah-Mu yang
terpencar di wajah-wajah berminyak sahabat-sahabatku sesama orang kecil yang
terhampar di segenap sudut ruang-ruang-Mu dan melintasi keabadian waktu-Mu.


Melintasi keabadian waktu-Mu, ya Allah, karena orang-orang kecil ini, karena
rakyat ini, abadi di keharibaan-Mu. Raja tak bisa menjadi raja tanpa rakyat.
Pemerintah tak bisa menjadi pemerintah tanpa rakyat. Tapi rakyat abadi
menjadi rakyat meskipun tak ada raja dan pemerintah.


Aku pencari bunyi suara-Mu yang terdengar dari kesunyian mulut-mulut
hamba-hamba-Mu yang digembok oleh cengkeraman tangan Para penguasa dan
perebut hak-Mu atas dunia dan kehidupan.
Ketika kutepuk-tepuk bahu Seseorang yang menangis, kujumpai Engkau duduk di
sisinya.


Ketika kuusap peluh sekumpulan orang yang membanting tulang dalam kesusahan,
kutemui Engkau berada di tengah mereka.


Ketika kusapa mereka-mereka yang kesulitan nasibnya dan karena itu rnereka
tertawa-tawa, ketika kulambaikan tangan kepada mereka-mereka yang memanggul
beratnya mencari nafkah, dahsyatnya mempertahankan kernanusiaan dan
kewajaran hidup kulihat Engkau bercengkerama dengan mereka.


Aku jatuh cinta kepada-Mu ya Allah, sebab aku mencintai mereka. Dan aku
jatuh cinta kepada mereka, ya kekasih, sebab aku mencintai-Mu.


Engkau berbisik di telinga Daud kekasihMu: "Wahai Daud, dunia ni hanyalah
bangkai yang dikerubungi anjing-anjing yang menarik-narik, mengoyak-ngoyak
dan memperebutkannya. Apakah engkau ingin menjadi salah satu dari anjing
itu, wahai Daud? Maka perindahlah tutur katamu, sederhanakanlah hidupmu...."


Ya Allah, orang-orang kecil sahabatku itu, tanpa susah payah mencari
kesederhanaan, telah langsung Engkau anugerahi kesederhanaan. Di tengah
sejumlah orang lain yang memperlombakan kemewahan, kekuasaan, kursi, dengan
bayaran kebohongan dan pengingkaran janji.


Ketika di Terminal Bungurasih seorang penjual rokok menyapaku: "Cak Nun, ya?
Betapa jatuh hatiku.

Ketika berjalan kaki di Raya Darmo dan seorang Satpam dari sarangnya
meneriakiku: "Cak Nun!".... betapa terpedaya hatiku. Ketika sopir-sopir
taksi di Juanda memperolok-olokkanku "Kiai nDableg!"... ya Allah, betapa
bahagianya aku.


Seandainya Engkau membawa George Bush atau tokoh-tokoh lain macam itu untuk
menyapaku, percayalah akan menegakkan leher dan mendongakkan wajah. Adapun
di hadapan setiap orang kecil kekasih-kekasihMu ini, ya Allah, wajahku
tunduk. Hatiku remuk redam dalam kebahagiaan, bagaikan seorang gadis di
depan pemuda idamannya.


Hatiku meronta-ronta. Katakanlah kepalaku wahai sahabat-sahabat karibku, apa
yang engkau kehendaki untuk kulakukan? Untuk kupersembahkan? Untuk
kuberikan? Untuk kusampaikan dan kukerjakan? Baik engkau yang menyapaku di
jalanan atau gardu-gardu, maupun kalian yang dari kejauhan saling bersapaan
hati denganku.


Kalian semua karena kemurahan hati, keserbakekurangan ekonomi serta berbagai
jenis kesedihan yang setengah mati engkau pendam di hati --memperoleh
kesempatan untuk mengingat Allah lebih dari saudara-saudaraku yang lain yang
serba kecukupan.


Engkau menawari Musa, ya Allah, "Wahai Musa! Apakah engkau ingin bertempat
tinggal serumah denganku?" Dan Musa terperangah dan tersujud-sujud saking
gembiranya dan bertanya, "Bagaimana itu mungkin, ya Tuhanku?" Lantas Engkau
berkata sambil tersenyum, 'Musa! Tidakkah engkau ingat bahwa tempat
persemayaman-Ku adalah di mana saja ada hamba-hamba-Ku yang mengingat aku,
menyebut-nyebut nama-Ku dalam batinnya, baik karena rasa syukur atau karena
keprihatinan hidupnya?"


"Wahai Musa, jika mereka membisikkan asma-Ku, Aku pun memperhatikan mereka.
jika mereka mendekat kepada-Ku, aku pun mendekat kepada mereka. Jika mereka
menjaga-Ku, Aku pun menjaga mereka. Jika mereka mengangkat-Ku, Aku pun
mengangkat mereka, Akulah yang mencuci hati mereka sehingga mereka bangga
atas kedekatannya dengan-Ku...."


Ya Allah, cintaku tak tertahankan!


Kuingat pula pernyataan tegas-Mu, "Wahai kekasihku! Kalau engkau terhenyak
olehKu aku berdiri untuk-Mu.


Kalau engkau berdiri untuk-Ku, Aku berjalan menghampiri-Ku. Kalau engkau
berjalan menghampiri-Ku, Aku berlari menyongsong-Mu!"


Ya Allah, lindungilah mereka dari iklim zaman yang memburamkan penglihatan
mereka. Jagalah mereka dari musuh-musuh-Mu yang memperjualbelikan
angka-angka dan suara mereka. Temanilah mereka dalam melayani kaum yang
Engkau merasa heran kepadanya, sebagaimana firman kudus-Mu, "Aku heran
kepada mereka yang meyakini maut, namun tetap saja mantap saja menyombongkan
diri. Aku heran kepada mereka yang percaya kepada Hari Perhitungan, namun
tetap saja sibuk menumpuk kekuasaan dan harta benda. Aku heran kepada mereka
yang tahu persis akan masuk pintu kubur, namun tetap saa tertawa-tawa karena
merasa senang di dunia. Aku heran kepada mereka yang yakin akan akhirat,
namun tetap saja tenggelam di kursi dunia. Aku heran kepada mereka yang
mengerti kefanaan dunia, namun terus saja manambatkan hati padanya...."


Emha Ainun Nadjib,

Dari buku "Gelandangan Di Kampung Sendiri", Pustaka Pelajar, 1995


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke