He he he, saya akan coba menjawab semua pertanyaan rekan-rekan.
Buat Imam, di Jakarta sendiri Cinenen jawa lebih dominan dari daerah pesisir,
perkebunan hingga taman kota, sedangkan cinenen kelabu hanya terbatas di daerah
perkebunan dan mangrove.
untuk kasus kutilang dengan merbah cerukcuk, sejauh pengamatan saya, memang
ada pemisahan relung diantara keduanya, yang sangat jelas terlihat di daerah
Taman Suropati, dimana kutilang selalu berada di bawah lantai hingga ketinggian
10 m, sedangkan merbah cerukcuknya selalu berada di atas ketinggian 15 m.
seperti yang bung hasto kemukakan, kutilang memang lebih bisa beradaptasi
hingga aktifitasnya bisa dekat dengan manusia, namun cerukcuk masih menjaga
jarak dengan aktifitas manusia. tetapi cerukcuk masih banyak dijumpai di
hutan-hutan kota di selatan Jakarta. dikarenakan disana masih ada pohon-pohon
yang tinggi tempat burung ini berlindung, berbeda dengan di monas yang pohonnya
tidak terlalu tinggi jadi bukan karena ditangkepin he he he
Untuk listnya, memang ini list hingga awal tahun 2007, sedangkan untuk punai
gading saya menemukannya pada pertengahan tahun 2007. punai gading sama seperti
jalak suren dan satu jenis lagi yaitu puter atau dederuk jawa yang dilepas oleh
dinas pertamanan. tetapi prinsip saya, burung tersebut akan saya cantumkan
dalam list jika dia bertahan setidaknya dalam waktu 2 tahun. jalak suren
sendiri telah dilepaskan dari sejak tahun 2000.
Untuk raptor di Jakarta, seperti yang Jihad bilang. memang pada bulan-bulan
tertentu jenis-jenis seperti sikep madu asia, elang alap cina, dan elang alap
nipon datang dan berkunjung ke Jakarta, biasanya gampang terlihat pada bulan
maret hingga april ketika mereka migrasi balik, sedangkan ketika awal migrasi
yaitu pada bulan oktober - november, mereka memang ada tapi mereka hanya
numpang lewat dan tebangnya pun tinggi sekali. untuk sikep madu asia, karena
badannya yang besar mereka hanya melintas di daerah selatan, sedangkan untuk
elang alap, mereka terkadang melewati daerah sudirman hingga utara ke muara
angke, saya menemukannya pada awal 2007 elang alap cina yang sedang memangsa
capung di daerah ITC kuningan, sedangkan teman saya yang ada di AC nielsen,
melaporkan elang alap nipon sering bertengger di samping ruangannya di lantai
15 kawasan sudirman.
Nah untuk alap-alap sapi atau kestrel, dahulu hoogerwerf melaporkan adanya
perjumpaan dengan burung ini pada tahun 1936 hingga 1950an. namun semakin
pesatnya perkembangan Jakarta memasuki tahun 1970an, banyak jenis-jenis yang
hilang. kalo alap-alap capung sepertinya memang tidak pernah tercatat di
Jakarta. untuk serak jawa (tyto alba) kita masih bisa menemukannya di daerah
selatan seperti di hutan kota UI, dan hutan wisata kali pesanggrahan.
Untuk Jakarta Birdwatcher's Community saat ini kita memang belum punya
markas, namun sedang diusahakan tahun ini untuk ada. sebagai informasi pada
tanggal 1 Juni besok JBC akan mengadakan pengamatan rutin di Kebun Binatang
Ragunan, sedangkan pada tanggal 7 - 8 JBC berkerjasama dengan JGM kembali
mengadakan monitoring burung di Angke, monggo jikalau mau bergabung.
Semoga jawabannya bisa menjawab semua pertanyaan rekan-rekan, jika masih ada
yang mau ditanyakan, mari kita diskusikan
Ady Kristanto