[ac-i] Achmad Fauzi, Ketua Umum Dewan Kesenian Jatim 2008-2013

2008-03-29 Thread abdul malik
Dear All,

Dalam Musyawarah Daerah Dewan Kesenian Jawa Timur di Hotel Victory Batu, 28-29 
Maret 2008 terpilih Achmad Fauzi sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Jatim 
periode 2008-2013.

Berikut sedikit biodata Achmad Fauzi:

Tempat, tanggal lahir   : Pamekasan, 7-11-1964
Alamat   : Jl. Bungurasih Barat Dalam 117 Sidoarjo
   Jl. KH Agus Salim 190 Sumenep
Telpon: 031- 70028802, 081 330 89 73 72
email  : [EMAIL PROTECTED]

Karya seni:
-Reng Lakek, tari, Pekan Koreografi TIM Jakarta, 1992
-Kampung petani di tengah malam, tari, American Dance Festival, Durham NC, USA, 
1994
-Upacara, teater tari, Artrage Festival Australia, 1996

Pengalaman berkesenian:
-American Folklife Festival, USA, 1991, Koordinator dan penyaji Jatim
-Festival Seni Surabaya, 1996, 2000, 2003, 2007, panitia
-Festival Cak Durasim, panitia, 2001-2003
-Asian Art Mart ke-1 di Singapore, Delegasi Indonesia, 2001
-Australian Performing Arts Mart, Delegasi Indonesia, 1996 dan 2002
-International Choreographer Workshop, USA, Dipilih mewakili Indonesia, 1993
-Artrage Festival Australia Barat, Fasilitator dan manajer karya Saiful Hadjar 
di PICA-WA, 1997
-The Year of Living Dangerouly, Festival of Perth 1999, Fasilitator kolaborasi 
7 seniman Indonesia dengan Black Swan Theatre Australia Barat
-Festival Nusantara 2007 di Brisbane Powerhouse Australia, penggagas dan 
co-producer, 2007


Selamat bekerja Cak !
Ars longa vita brevis.

   
-
You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total 
Access, No Cost.

[ac-i] Nusantara Symphony Pentaskan Karya Komponis Dunia

2008-03-29 Thread mediacare
30/03/08 05:20

Nusantara Symphony Pentaskan Karya Komponis Dunia
 


Jakarta (ANTARA News) - Nusantara Symphony Orchestra (NSO) di Jakarta, Sabtu 
malam, menggelar konser musik klasik karya para komponis dunia dalam tema "Viva 
Vienna" bersama konduktor dari Tokyo National Universiti of Fine Arts and 
Music, Hikotaro Yazaki.


"Konser kali ini merupakan konser pertama NSO di tahun 2008 dan kembali 
mengajak konduktor kelas dunia untuk berkolaborasi dengan NSO. Tujuan kami 
adalah untuk mewujudkan impian bahwa Indonesia menjadi orkestra kelas dunia, 
diterima dan disegani oleh negara-negara tetangga di Asia," ujar Pemimpin 
Nusantara Symphony Orchestra, Miranda S Goeltom dalam pidato sambutannya.


Konser yang berlangsung di Balai Sarbini Concert Hall, Jakarta, ini 
menghadirkan karya Franz Schubert dalam Symphony no.9 in C major "The Great", 
Wolfgang Amadeus Mozart dalam Symphony no.41 in C major "Jupiter", dan Johan 
Strauss Jr. dalam "Die Fladermaus Overture".


Sementara itu Direktur Eksekutif NSO, Aida Swenson mengungkapkan "Viva Vienna" 
dipilih menjadi tema dalam konser kali ini karena komposisi ketiga komposer 
dunia tersebut lahir di Wina, Austria. 


Konser dibuka dengan repertoar karya Johan Strauss Jr. "Die Fladermaus 
Overture". Strauss (1825-1899) terkenal sebagai "Raja Wals" pada saat dansa 
Wals sangat populer dan digemari. 


Komposisi ini didahului bunyi "Big Bang" atau bunyi musik yang besar dan 
bergemuruh yang dimaksudkan agar para penonton menjadi tenang dan memperhatikan 
penampilan di panggung. 


Karya Mozart (1756-1791) menyusul pada bagian inti dari konser ini. Karya 
simfoni "Jupiter" ini merupakan karya Mozart yang paling besar. Komposisi ini 
dimulai dengan perbedaan antara bunyi keras dan lembut dari seluruh orkes dan 
dijawab oleh kelembutan alat musik gesek. 


Di bagian akhir konser ini karya Franz Schubert (1797-1828) "The Great" dimulai 
dengan suatu tema besar untuk alat tiup horn yang menuju suatu tempo allegro 
penuh dengan gerakan ritmis. 


Sang konduktor, Hikotaro Yazaki terlihat enerjik dan ekspresif di atas 
panggung. Maestro Yazaki merupakan "Guest Principal Conductor" NSO dan 
sebelumnya juga "Principal conductor" Norwegian Radio Orchestra, Hofer 
Symphoniker di Jerman, serta tampil di Eropa bersama Royal Philharmonic 
Orchestra, BBC Orchestras, Oslo Philharmonic, dan Ochestre de Lyon. 


NSO merupakan didirikan tahun 1988 di bawah Yayasan Nusantara yang dipimpin Pia 
Alisjahbana. NSO beranggotakan lebih dari 60 musisi muda dan senior yang secara 
profesional dipersiapkan untuk tampil di pentas nasional hingga 
internasional.(*)

 
 
http://www.antara.co.id/arc/2008/3/30/nusantara-symphony-pentaskan-karya-komponis-dunia/


mediacare
http://www.mediacare.biz


[ac-i] Re: Acara baca karya novel in progress "The Blue Widow"/diskusi "Historical Memory of 1965 Indonesia", Amsterdam 30 Maret 2008

2008-03-29 Thread mediacare

  - Original Message - 
  From: laksmi pamuntjak 
  To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL 
PROTECTED] 
  Cc: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Saturday, March 29, 2008 4:15 PM
  Subject: Acara baca karya novel in progress "The Blue Widow"/diskusi 
"Historical Memory of 1965 Indonesia", Amsterdam 30 Maret 2008


  Untuk melihat informasi acara diskusi "Historical Memory of 1965 Indonesia" 
dan pembacaan novel in progress Laksmi Pamuntjak, "The Blue Widow" di 
Amsterdam, tanggal 30 November 2008, mohon tengok:

  http://www.perdu.nl/agenda.cfm

  atau http://www.perdu.nl




  Laksmi Pamuntjak
  +90858297 (Singapore), +62815 1147 3506 (Indonesia)
  www.laksmipamuntjak.com


--
  Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

[ac-i] catatan bantimurung: inisiatif sastra dari makassar [1]

2008-03-29 Thread sangumang kusni
Catatan Bantimurung:
   
   
  INISIATIF SASTRA DARI MAKASSAR
   
   
  1.
   
   
  Kegiatan bersastra di Makassar sering sering kudengar dari syohibku Halim HD, 
budayawan asal Banten yang bolak-balik berada dan tinggal untuk sementara waktu 
di ibukota propinsi Sulawesi Selatan [Sulsel] ini.  Saban ketemu, Halim selalu 
dengan gairah berkisah tentang potensi sastra daerah dan isi kandungannya yang 
belum tergarap penuh. Hal ini bukan hanya terdapat Sulsel tapi juga di 
daerah-daerah seperti Kalimantan Timur misalnya. Tutur Halim sambil memberiku 
contoh-contoh kongkretnya.
   
   
  Apa yang dikatakan oleh Halim HD ini kusaksikan ujudnya dalam sebuah Festival 
sastra-seni internasional  yang berlangsung di Balai Budaya Solo beberapa tahun 
silam. Festival ini turut dimeriahkan oleh pentas oleh grup-grup sastra-seni 
dari berbagai kota seperti Tegal, Pekalongan. Masih tercatat baik di ingatanku, 
bahwa karya-karya orisinal yang dipanggungkan secara isi, berbicara tentang 
kerusakan lingkungan, tentang kehidupan daerah, politik dan ekonomi.  Isi ini 
dituangkan dalam bentuk yang artistik. Menyaksikan pergelaran oleh grup-grup 
dari kota-kota kecil yang pada masa remajaku bisa dikatakan "tandus" dari 
kegiatan kesenian, ingatanku segera melayang ke tuntutan Lembaga Kebudayaan 
Rakyat [Lekra] kepada para anggotanya. Dalam berkesenian, Lekra menuntut kepada 
para anggotanya agar senantiasa berpatokan pada "dua tinggi": tinggi mutu 
ideologi dan tinggi taraf artistiknya. "Meluas dan meninggi", memadukan unsur 
baik tradisi dengan kekinian yang revolusioner".   
   
   
  Melalui pertunjukan di Balai Budaya Solo malam Frestival Internasional 
beberapa tahun silam itu, aku melihat bahwa apa yang dituntut oleh Lekra kepada 
para anggotanya di atas telah diterapkan oleh para seniman dari 
komunitas-komunitas sastra-seni daerah. Sekalipun mereka bekerja dan berkaya 
tanpa slogan.Ketika pulang, pikiranku masih terpancang pada apa yang kusaksikan 
di pertunjukkan tersebut. Pikirku, tidak salah-salah juga mengatakan bahwa 
sastrawan-seniman adalah anak zamannya, jurubicara zamannya, nurani bangsa dan 
negerinya. Di bawah tindasan yang betapa pun sengitnya, kadang harus 
mempertaruhkan nyawa, mereka adalah suara nurani yang tak terbungkamkan tak 
obah arus mengalir mencari muara dan laut. Sedangkan suara nurani bangsa dan 
negeri ini, sering berhadapan dengan kebijakan dan sikap penyelenggara negara. 
Suara nurani adalah suara keadilan, mimpi manusiawi anak manusia. Sementara 
kepentingan penyelenggara negara sering bertentangan dengan mimpi manusiawi 
sekali
 pun dengan pun mengatasnamai bangsa dan kemanusiaan. Karena itu sering 
kukatakan bahwa sastra-seni adalah republik berdaulat dan sering berhadapan 
dengan republik politik. Lebih lanjut, aku melihat bahwa sastrawan-seniman pada 
galibnya adalah manusia sadar, manusia yang berwawasan, manusia yang banyak 
tahu, manusua yang berpendiriandan jelas berpihak. Manusia begini oleh 
Pramoedya A. Toer dikatakan seniscayanya berdiri setapak lebih dahulu dari 
orang kebanyakan. Ia bisa berdiri setapak di depan bukan karena zenialitasnya 
tapi karena ia banyak tahu dan tahu lebih dahulu zamannya, demikian ujar 
seorang penulis dari Amerika Serikat.
  Dalam hal ini jadinya ada dua unsur yaitu unsur tingkat kualitas pengetahuan, 
wawawan , pendirian sastrawan-seniman dan kadar pengungkapan diri dlam bentuk 
karya. Yang terakhir ini adalah masalah keterampilan atau skill know how. 
Kerasukan dua kualitas inilah yang disebut oleh Lekra sebagai "dua tinggi". 
   
   
  Berangkat dari pandangan ini  dan bahwa sastrawan-seniman adalah "warga 
republik berdaulat saastra-seni" maka aku sepakat bahwa "proses kreatif dalam 
penulisan sastra memang tidak bisa dibingkai oleh batasan-batasan di luar 
sastra.  Yang disentuh oleh inisiatif ini adalah pengorganisasian kerja kreatif 
tersebut, bukan karya  kreatifnya sendiri". 
   
   
  Hanya kesepakatanku ini dibatasi oleh hanya.  Hanya ini bahwa sekali pun 
"penulisan sastra memang tidak bisa dibingkai oleh batasan-batasan di luar 
sastra" , tapi penulis tidak menutup mata  pada dunia dan kehidupan dan asyik 
dengan diri sendiri, memandang diri sendiri dan keasyikannya sebagai gantang 
penakar kebenaran.  Sikap yang oleh penyair Perancis Paul Eluard disebut 
sebagai sikap "anak raja" atau "pangeran".Tapi benar juga bahwa sikap menutup 
mata ini pun hak sang penulis yang tidak bisa diganggugugat. Sementara pembaca 
yang berdaulat pun berhak menentukan sikap dan memberi angka pada karya-karya 
yang disuguhkan kepada mereka. Kalau penglihatanku benar, sejarah kelahiran 
sastra-seni selain memerlukan kemerdekaan dan kebebasan berpikir dan berkarya, 
sebagai syarat utama, para seniman karya lisan dan tertulis, juga tidak 
terpisah dari masyarakatnya. Karena itu mereka bisa jadi anak zaman dan nurani  
masyarakat zamannya. Membuang bingkai, termasuk bingkai nurani
 manusiawi dalam berkesenian barangkali akan menjadikan karya-karya itu mata 
da

[ac-i] kineforum: DISKUSI SOUNDTRACK FILM & KONSER MUSIK di Teater Kecil TIM / 30 MAR 2008 / 16.00-20.00

2008-03-29 Thread nanina ninana

INVITATION 
  
 
  
Kineforum Dewan Kesenian Jakarta 
  
mempersembahkan
 

 

 
PROGRAM DISKUSI & KONSER MUSIK di Bulan Film Nasional 2008
 
Hari / tanggal :  Minggu, 30 Maret 2008
 
Waktu  :  16.00 - 20.00
 
Tempat :  Teater Kecil Taman Ismail Marzuki
 
   Jl. Cikini Raya 73, Jakarta Pusat
 

 
Melanjutkan program Sejarah adalah Sekarang | History is Now tahun 2007, tahun 
2008 ini kineforum kembali mengadakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari 
pemutaran film Indonesia klasik dan kontemporer yang dikumpulkan oleh para 
kurator muda, pameran Sejarah Bioskop Indonesia, peluncuran katalog film 
nasional tahun 2008 dan program diskusi serta konser musik film selama bulan 
Maret 2008 untuk merayakan Hari Film Nasional* 

 .
 
Sebagai acara penutup rangkaian kegiatan Bulan Film Nasional 2008, kineforum 
mengadakan program diskusi tentang Soundtrack Film Nasional dan konser musik 
yang menampilkan beberapa band yang pernah terlibat dalam pembuatan soundtrack 
film. Berikut dibawah ini keterangan tentang program diskusi dan konser musik.
  

 

 
PROGRAM DISKUSI
 
Tema : Soundtrack Film Nasional
 
Moderator  :  Wenz Rawk (jurnalis Rolling Stone Indonesia)
  
Pembicara :   
 
- Eros Djarot (Pembuat soundtrack film Badai Pasti Berlalu)
  
- Aghi Narrotama  (Penata Musik Film) 
  
 -Thoersi Argeswara (Penata Musik Film)
  
 -Denny Sakrie (kritikus musik) 
  
 -David Tarigan (pengamat musik, A & R Aksara Records) 
  

 
Pada Januari 2008 lalu album Badai Pasti Berlalu dinobatkan sebagai album musik 
Indonesia terbaik sepanjang masa. Album ini menempati peringkat teratas dari 
150 album Indonesia terbaik sepanjang masa oleh Majalah Rolling Stone 
Indonesia. Pengakuan terhadap album ini, yang merupakan soundtrack film 
berjudul sama, merupakan pengakuan yang amat penting terhadap musik film 
Indonesia.
 
Sekarang, saat film Indonesia makin banyak mengisi layar-layar bioskop, 
perkembangan musik film juga ikut berkembang dengan pesat. Melalui diskusi ini 
kita akan membicarakan perkembangan musik film Indonesia dari sudut pandang 
pengamat musik serta pelaku industri musik dan para pembuat film.
  

 

 

 
PROGRAM KONSER MUSIK
 
Band :  
 
- White Shoes & The Couples Company
 
- Anda
 
- Zeke & The Popo
 

 
SCHEDULE
 
16.00 - 18.00Diskusi
 
18.00 - 18.20  Coffee Break
 
18.30 - 19.00  White Shoes & The Couples Company
 
19.00 - 19.30  Anda
 
19.30 - 20.00  Zeke & The Popo
 

 

 
GRATIS.
 
TEMPAT TERBATAS.
 
KAPASITAS Teater Kecil TIM : 250 kursi.
 

 

 
For more information:
 
http://kineforum.wordpress.com/
 
Lisabona Rachman  0811824951
 
Indra Ameng  0818817548
 

 
Kineforum Studio 1 Studio 21 TIM
 
Jl. Cikini Raya 73, Jakarta Pusat
 
T :  021 – 3162780
 
E : [EMAIL PROTECTED]
 

 

 

 

 
* Tanggal 30 Maret tiap tahun diperingati sebagai Hari Film Nasional Indonesia. 
Hari itu tahun 1950, adalah hari pertama produksi film ˜Darah dan Doa” karya 
Usmar Ismail. Meskipun produksi dan pemutaran film di Indonesia sudah mulai 
sejak tahun 1926, tapi karya ini diakui sebagai karya pertama setelah Indonesia 
menjadi bangsa merdeka pasca pengakuan kedaulatan Republik Indonesia.
   

-
  Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.

   
-
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[ac-i] catatan bantimurung: inisiatif sastra dari makassar [2--selesai]

2008-03-29 Thread sangumang kusni
  Catatan Bantimurung:
   
   
  INISIATIF SASTRA DARI MAKASSAR
   
   
  2.
   
   
  Indonesia Bukan Hanya Jakarta Dan Jawa
   
   
  "Inisiatif Sastra Dari Makassar" [selanjutnya saya singkat dengan "Inisiatif] 
yang sejak bulan Maret 2008 ini dilancarkan , jika dilihat dari lingkup 
geografis kegiatan, nampak menjangkau daerah geografis yang luas dan bahkan 
memasuki titik-titik penting kegiatan kebudayaan selama ini, seperti TIM di 
Jakarta dan daerah-daerah lain di Jawa.  
   
   
  Cakupan geografis yang hingga memasuki titik-titik penting tradisional dan 
sering dijadikan "standar" oleh pandangan sentralisme nilai selama ini, bagiku 
mempunyai arti penting. Merupakan suatu gebrakan teguran. Suatu kampanye 
penyadaran bersifat konsepsional bahwa sastra-seni Indonesia [baik lisan atau 
pun tulisan] adalah suatu kehinnekaan. Sentralisasi nilai adalah mengingkari 
kebhinekaan dan merupakan ancaman bagi kebhinnekaan.Ujud dari sektarianisme 
yang hanya berujung pada kebuntuan. Sentralisme nilai atau standar tidak lain 
bentuk otoritarianisme dalam bidang kebudayaan dan tidak bakal pernah berhasil. 
 Karena pada dasarnya sastra-seni satu dengan kebebasan mengungkapkan diri 
secara alami. Kekangan atau standarisasi dalam bentuk apa pun seperti bendungan 
tidak bisa total mencegah rembesan air mencari laut. Sentralisme nilai juga 
pada dasarnya tidak rasuk [uncomptible] dengan Republik sebagai rangkaian 
nilai. Yang terjadi selama ini agaknya tidak lain dari keadaan
 dengan menggunakan label Republik dan Indonesia melakukan penindasan , 
penjajahan bahkan mendekati penghancuran kebudayaan daerah-daerah melalui 
politik budaya standar Jawanisasi atas nama Pancasila dan manusia Pancasila 
atau manusia Indonesia yang dilakukan oleh penyelenggara negara sesuai 
pendekatan "keamanan nasioanl dan stabilitas nasional.[Soal ini di sini 
rinciannya aku cadangkan karena akan melencengkan persoalan dari tema pokok]. 
   
   
  Jika penglihatanku  benar dan benar demikian, lalu seniscayanyakah  
sastrawan-seniman mengucilkan diri dari kehidupan, dari masyarakat dan 
berkurung di ruang kecil bernama estetika murni yang pada galibnya juga tidak 
murni seperti yang tersirat pada pandangan bahwa "proses kreatif dalam 
penulisan sastra memang tidak bisa dibingkai oleh batasan-batasan di luar 
sastra?". Pandangan yang barangkali akan  membuat sastrawan-seniman menjadikan 
diri sebagai "pangeran" dan "anak raja" bertengger di "menara gading" dan 
berasyikcumbu dengan diri sendiri [sebuah tema yang bisa dianalisa secara 
khusus lagi dari berbagai sudut pandang]. Sastrawan-jenis  "menara gading" dan 
"pangeran" serta "anak-anak raja" tidak akan perduli dengan kasus seperti 
ibu-ibu membunuh anak kandungnya karena tekanan ekonomi, tidak akan acuh dan 
tergerak nuraninya karena tekanan ekonomi ibu-ibu menjual anak yang keluar dari 
rahimnya. Karena soal-soal ini barangkali dianggap sebagai"bingkai di luar 
sastra".
 Karena "komitmen manusiawi" dipandang sebagai "bingkai di luar sastra".  
   
   
  Standarisasi atau sentralisasi nilai dan berasyikcumbu dengan diri sendiri 
sesunguhnya berada di satu tempat. Yang satu bersifat represif,  yang lain tak 
peduli dan hanya peduli diri , bentuk lain dari mentalitas budak dan eskapisme 
dengan latar ekonomi, sosial, sejarah dan politik tertentu. Kehidupan 
sastra-seni pada suatu periode tak terpisahkan dari kondisi sejarah, sosial, 
politik, ekonomi pada periode tertentu itu. Kebudayaan dominan suatu zaman 
tidak lain dari kebudayaan kekuasaan dominan suatu zaman. Tentu saja di samping 
itu ada yang disebut kebudayaan "arus bawah" [contre courant, budaya 
tandingan]. Dengan menyentuh sepintas masalah ini, saya sebenarnya sedang 
menyinggung arti penting konsep dalam kegiatan yang umum dikenal dalam 
kata-kata "tak ada kegiatan revolusioner tanpa teori revolusioner". Sastra-seni 
pada dasarnya adalah bersifat revolusioner.
  "Against the Wind" jika menggunakan istilah May Swan, sastrawan 
Indonesia-Singapura. "Inisiatif" ini pun pada hakekatnya mempunyai sifat 
"Against the Wind" ini juga.  Gebrakan yang mengatakan bahwa Indonesia adalah 
Indonesia yang berkeindonesiaan dan republiken. "Inisiatif" adalah pernyataan 
republiken dan berkeindonesiaan yang untuk Sulawesi Selatan telah ditradisikan 
oleh Karaeng Galesong dan para pejuang anti kolonial hingga mereka dibuang oleh 
kolonialis Belanda sampai ke Afrika Selatan karena merasa Srilangka [Ceylon]  
masih terlalu dekat dengan Sulsel sebagai tempat pembuangan.  
   
   
  Hal lain yang kubaca dari terselenggaranya "Inisiatif"  dengan jangkauan 
skala geografis kegiatan ini  adalah peranan organisasi dalam berkesenian. 
Kegiatan berkesenian, apalagi dalam skala seperti yang dilakukan oleh 
"Inisiatif" dengan skala jangkauan geograifisnya  tidak akan mungkin terwujud 
tanpa adanya peranan organisasi. Kerjasama jaringan adalalah bagian dari 
kegiatan berorganisasi. Adanha komunitas-komunitas sastra-seni di berbagai 
pulau dan daerah juga m