[Baraya_Sunda] Re: Banjir Euy, Banjir!
Tebing Sungai Ciwidey Longsor Jalan Desa Buninagara, Kec. Kutawaringin, Longsor Sepanjang 25 Meter SEJUMLAH pekerja memindahkan gundukan tanah longsor yang menutup saluran irigasi induk Leuwikuya di Desa Buninagara, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Senin (25/1). Longsor terjadi saat hujan deras Minggu (24/1) kemarin di dua titik. Akibatnya pengairan ke area pertanian di 11 desa di Kabupaten Bandung, dan 10 desa di Kabupaten Bandung Barat terganggu.* USEP USMAN NASRULLOH/"PR" SOREANG, (PR).- Akibat hujan deras pada Minggu (24/1) sore, tebing Sungai Ciwidey tepatnya di RT 4 RW 11, Desa Sadu, Kec. Soreang, longsor. Akibatnya, sebagian fondasi enam rumah yang berada di bibir sungai ikut terbawa longsor. Dengan demikian, para penghuninya harus direlokasi ke tempat yang lebih aman. "Empat rumah merupakan bangunan bilik dan dua rumah semipermanen yang rata-rata sebagian fondasinya sudah terbawa longsoran tebing," kata Ketua RT 4 RW 11, Desa Sadu, Encuh, di lokasi kejadian, Senin (25/1). Enam rumah tersebut milik Ny. Omih (49), Udin (40), Ny. Lilis (42), Mani (30), Engkus Kusmana (48), dan Jajat (37). "Kalau bisa, pemerintah merelokasi enam rumah itu karena khawatir terjadi longsor susulan sehingga rumahnya terbawa ke aliran sungai. Apalagi, tebing di sepanjang Sungai Ciwidey rawan longsor karena hampir tiap tahun ada tebing yang longsor," katanya. Dari pemantauan "PR", ratusan rumah masyarakat didirikan di bantaran Sungai Ciwidey yang seharusnya tidak boleh dibangun. Bukan hanya rumah bilik, melainkan juga rumah semipermanen dan permanen, bahkan ada pabrik di Desa Sadu yang dibangun di bantaran sungai. Labil Menurut Encuh, bantaran Sungai Ciwidey merupakan daerah labil karena tidak ada kirmir. "Belum lagi dengan pepohonan sebagai penguat tebing juga tidak banyak, malah sebatas rerumputan liar. Dengan kondisi seperti itu, ketika musim hujan, tebing tergerus air hujan lalu longsor," ujarnya. Sementara itu, Jalan Desa Buninagara, Kec. Kutawaringin, yang menghubungkan dengan Desa Sadu, Kec. Soreang, mengalami longsor. Hal itu disebabkan hujan besar pada Minggu (24/1) sore sekitar pukul 14.00 WIB yang menggerus tebing di pinggir jalan. Menurut warga Desa Buninagara, Ny. Ema, longsor terjadi di ruas jalan penghubung Desa Buninagara dengan Desa Sadu Soreang, tepatnya di Kp. Cilame. "Tebing di pinggir jalan sepanjang 25 meter tergerus arus air akibat hujan deras kemarin. Kebetulan jalan yang longsor berada persis di depan rumah saya," katanya, Senin (25/1). Longsor juga menyebabkan satu tiang listrik miring sehingga warga khawatir tiang tersebut akan roboh. "Kalau tiang listrik terbawa longsor, pasti membuat Kp. Cilame akan gelap karena aliran listrik terputus," ujarnya. Warga juga khawatir jalan akan terputus karena sering dilalui truk-truk pengangkut kayu atau bambu. "Untuk sementara, warga menempatkan kayu di jalan agar truk tidak lewat. Jalan hanya bisa dilalui sepeda motor dan mobil minibus," tuturnya. (A-71)*** Web: http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=123865 2010/1/19 mh : > Tiap usum hujan datang, beja banjir dimana-mana, jiga beja di handap, > banjir di Batawi. > Jigana ieu bencana banjir teh, geus hese ngungkulanana. Sabab loba > pisan indikatorna. > Najan lain tukang noong cuaca ge, asana teu hese neangan indikator yen > banjir masih > mangrupa ancaman bencana di lembur urang. > > Basa uing pareng mulang ka lembur, dua taun kaliwat, kabeneran uing > ulin ka sawah. > Naon nu kapanggih matak pikamelangeun. Galengan solokan nu baheula bisa dipake > lalar liwat munding reuneuh, kiwari galengan solokan teh ngan ukur > ngajepret sagede > halis nu geulis. Nalika uing pasarandog jeung nu liwat, kapaksa uing > kudu ngarandeg > heula, da puguh galengan solokan beak dipapas unggal tiap usum nyawah. Kacipta > lamun mun terus-terusan dipapas, galengan solokan moal bisa deui nahan cai > caah > mun hujan badag. > > Teuing nu dibarendo di Garut, arapaleun heunteu nya kana kaayaan jiga kieu. > -mh- > > Ini Dia Lokasi Titik Genangan Air di Ibu Kota > http://megapolitan.kompas.com/read/2010/01/19/08332449/Ini.Dia.Lokasi.Titik.Genangan.Air.di.Ibu.Kota > Beja >
[Baraya_Sunda] Re: Banjir Euy, Banjir!
2.477 Hektare Sawah Terganggu Pengairannya Dua Sungai Meluap SEJUMLAH karyawan PNS di Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bandung menjemur berkas dan komputer yang terendam banjir bandang di Kompleks Pemerintah Kabupaten Bandung, Kecamatan Soreang, Senin (25/1). Banjir bandang yang terjadi Minggu (24/1) sore menyebabkan Kantor Dinas Perikanan dan Peternakan, serta Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan terendam dengan ketinggian air mencapai 40 sentimeter. Belasan komputer rusak dan sejumlah berkas basah karena terendam.* USEP USMAN NASRULLOH/"PR" SOREANG, (PR).- Curah hujan yang tinggi pada Senin (25/1) menyebabkan beberapa anak sungai di Kab. Bandung meluap. Meski tidak menimbulkan genangan air setinggi satu hari sebelumnya, Minggu (24/1), luapan beberapa anak sungai tersebut menggenangi ratusan rumah warga dengan ketinggian air 20 sampai 40 sentimeter. Genangan air kembali terjadi di Desa Cingcin, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Kepala Desa Cingcin Soleh Muhamad Rohmat ketika dihubungi "PR", Senin (25/1) malam mengatakan, tinggi genangan sekitar 20 sampai 40 sentimeter. Luapan air menggenangi puluhan rumah warga. "Kalau banjir seperti ini, merupakan banjir rutin, karena ada bagian di Desa Cingcin yang berupa cekungan," ujarnya. Luapan air juga sempat menggenangi Perumahan Gading Tutuka 1 sekitar pukul 15.00 WIB akibat luapan Sungai Cijalupang. Namun, pada pukul 17.00 WIB, air mulai surut. Genangan air juga terjadi di Kampung Cireungit, Desa Tanjungsari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung. Di Kec. Banjaran, RT 4 RW 1 Kampung Muara Desa Banjaran Wetan juga digenangi air akibat luapan Sungai Citalugtug. Camat Banjaran Iman Irianto mengatakan, hingga pukul 20.00 WIB, air sudah naik 40 sentimeter dari sempadan sungai. "Puluhan rumah yang terendam, tetapi airnya tidak terlalu tinggi," kata Iman. Sementara itu, ratusan rumah di Kampung Cieunteung Kel./ Kec. Baleendah juga kembali tergenang air. Hingga pukul 20.00 WIB, ketinggian air antara 20 sampai 40 sentimeter. "Sepertinya air juga masih terus naik," ucap Ketua RW 20, Jaja. Longsor Leuwikuya Sementara itu, Bupati Bandung Obar Sobarna yang meninjau lokasi tebing longsor yang menghambat aliran irigasi Leuwikuya di Desa Buninagara Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung, Senin (25/1) mengatakan, seluas 2.477 hektare (ha) sawah di Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat akan terganggu dalam hal pengairan akibat tidak berfungsinya saluran irigasi Leuwikuya. "Walaupun ini merupakan kewenangan Pemprov Jabar, tetapi karena aliran irigasi ada di di wilayah Kabupaten Bandung, kami akan berusaha untuk membersihkan gundukan sisa longsor di lima belas titik ini," ucap Obar. Dari kelima belas titik longsor tersebut, terdapat satu longsoran besar sepanjang sepuluh meter, sedangkan sisanya berupa longsoran kecil. Medan yang terjal membuat alat berat seperti backhoe tidak bisa membantu penggalian longsoran. "Terpaksa kami gunakan tenaga manual, setiap hari akan dikerjakan semaksimal mungkin, dan akan kami sediakan dapur umum," ujarnya. Sementara untuk batu-batu besar, Pemkab Bandung akan mengerahkan tukang pemecah batu. "Akan kami bayar per kubik seperti jasa tukang pemecah batu menghancurkan batu di tempat lain," kata Obar. Sebagai langkah jangka panjang, Pemkab Bandung akan menginventarisasi tanah milik warga yang berada di tebing Leuwikuya. "Seharusnya ada sengkedan untuk mengantisipasi longsor," ucapnya. Kepala UPTD Sub-DAS Cisangkuy Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi (SDAPE) Erico Tommy Rain mengatakan, sedikitnya lahan pertanian di sebelas desa di Kabupaten Bandung dan sepuluh desa di Kabupaten Bandung Barat diairi aliran irigasi Leuwikuya. "Sedangkan kecamatan yang dilewati adalah Kecamatan Soreang dan Kecamatan Kutawaringin, dan Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat," katanya. Debit air yang mengalir di saluran irigasi tersebut sebesar tiga ribu liter per detik. "Karena longsoran ini, aliran berhenti total," ujarnya. Untuk mengatasi bencana banjir yang telah menyebabkan tebing Leuwikuya jebol kemarin, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jawa Barat sudah mempersiapkan ratusan ribu karung dan bronjong untuk menahan luapan air di daerah saluran irigasi tersebut. Karung-karung ini yang nantinya akan diisi dengan pasir atau tanah, sedangkan bronjong akan diisi batu sebagai penahan jika terjadi luapan air. Selain itu, kemarin, Dinas PSDA, Balai Citarum, dan petani pemakai air setempat, bersama-sama melakukan pengerukan dan perbaikan agar air dapat mengalir kembali. "Kita harapkan pengerukan akan segera dapat dituntaskan sehingga air akan dapat mengalir kembali," ujar Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan (OP) PSDA Jabar Endang Kusnadi kepada "PR" di Bandung, Senin (25/1). Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung A. Tisna Umaran mengatakan, untuk sementara pengairan untuk pertanian di Kab. Bandung bergantung pada Sungai Ciwidey. Lagi pula, ujar Tisna, curah hujan yang tinggi
Bls: [Baraya_Sunda] seni, sastra jeung basa Sunda?
mihurmat indung, atuh basa indung tong poho , komo nepi ka teu tiasa mah. Da ayeuna mah geuning seeur nu ngajak ngobrok ka budak, malahan keur di kakandung keneh make basa nasional. naha indungna atawa budakna nu teu hurmat. nya kitu... Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com
[Baraya_Sunda] seni, sastra jeung basa Sunda?
Penjaga Kesenian dan Sastra Sunda Itu... Senin, 25 Januari 2010 | 14:06 WIB Tiga tahun lalu bahasa Sunda diperkirakan mati tahun 2010. Bahasa Sunda akan kehilangan penutur akibat tidak dinamis mengikuti perkembangan zaman. Namun, ramalan itu meleset. Setidaknya ada beberapa orang yang berusaha melawan, dengan atau tanpa disengaja, lewat caranya masing-masing. Taufik Faturohman gerah ketika laporan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) itu muncul. Bahasa Sunda disebutkan ada pada peringkat ke-32 dunia dari jumlah penggunanya. Dari sekitar 40 juta penduduk Jawa Barat, hanya 17 juta orang yang menggunakan bahasa Sunda. "Hal ini tidak boleh dibiarkan. Harus ada terobosan bila tidak ingin lebih parah," kata Pengawas Lembaga Basa dan Sastra Sunda ini. Berbagai eksperimen pun ia munculkan hingga melahirkan sudong alias sulap dan dongeng. Dalam pertunjukan sudong, sulap digabungkan dengan beberapa unsur sastra Sunda, seperti dongeng, pupuh, wawacan, pantun, sajak, kawih, dan tembang, diiringi aransemen musik kecapi diatonis. Contohnya, penyajian dongeng Mundinglaya di Kusumah yang terbang ke jabaning langit (langit ketujuh). Setelah dongeng dibacakan, pesulap menyajikan sulap terkait dengan cerita itu. Bila ceritanya tentang tokoh utama yang bisa terbang, pesulap akan menyajikan kemampuan ilusi terbang. "Setelah lima tahun menyajikan sudong di sekolah tingkat menengah atas, pemahaman bahasa Sunda murid dan guru pun semakin positif," ujar Taufik. Hal lain dilakukan Hendarso alias Darso, seniman calung dan musik pop Sunda. Lebih dari 30 tahun ia konsisten membawakan alat musik calung dan pop Sunda sehingga tetap diminati. Album dan pertunjukannya digilai banyak orang Sunda. "Maripi" dan "Kabogoh Jauh" adalah beberapa lagu yang melambungkan namanya. Dekan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Dadang Suganda mengatakan, peran Darso menjaga kesenian dan bahasa Sunda sangat besar. Darso mampu menggabungkan musik tradisional Sunda dan modern menjadi bentuk baru yang diminati. Tema lagu yang dekat dengan keseharian masyarakat membuatnya semakin dicintai. Misi terkini akan dilakukan seniman karawitan Sunda, Nano S, dan sastrawan Ajip Rosidi di Bale Rumawat Universitas Padjadjaran, Minggu (31/1). Keduanya akan menggabungkan puisi dan musik Sunda menjadi karya seni baru. "Saya prihatin dengan minat masyarakat Sunda mendalami kesenian dan bahasa daerah. Padahal, banyak nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Semoga pertunjukan itu bisa mengangkat rasa cinta masyarakat pada budaya dan bahasa daerahnya," kata Nano. Nano akan melagukan lirik puisi karya Ajip Rosidi yang termuat dalam buku Jante Arkidam jeung Salikur Sajak Liana terbitan Tjupumanik tahun 1967, di antaranya puisi berjudul "Tanah Sunda", "Hirup", dan "Katumbiri". "Pada dasarnya lirik puisi tidak mudah dibuat lagu karena tidak jelas titik dan komanya. Namun, puisi Ajip Rosidi sangat menarik hati karena liar dan penuh kemarahan, tapi sarat dengan pesan religi," kata Nano. (Cornelius Helmy)
[Baraya_Sunda] Re: agama sumber pacengkadan?
masih keneh nyambung urusan klaim istilah tea! :)) Mengapa Kalender Hijriah Berdasarkan Rembulan? Oleh Taufik Damas Selain itu mereka juga menjadikan rembulan (hilâl) sebagai simbol Allah dan bintang (najmah) sebagai simbol Uzza. Keduanya menjadi simbol yang mereka agungkan. Hingga saat ini, negara-negara di wilayah Timur-Tengah menggunakan rembulan dan bintang dalam bendera-bendera mereka. Berdasarkan ketuhanan rembulan inilah mereka menetapkan penghitungan kalender pada rembulan. Mereka juga menentukan berbagai ritual berdasarkan rembulan, baik shalat, puasa, atau haji. Dalam situs http://www.islamlib.com, Abd Moqsith Ghazali menulis satu artikel menarik tentang penentuan 1 Muharam sebagai tahun baru hijriah. Artikel Moqsith berjudul Kelumit Sejarah Pembentukan Kalender Islam. Artikel ini mengulas tentang latar belakang peristiwa yang dijadikan sebagai patokan untuk menentukan tahun pertama hijriah. Setelah terjadi perdebatan, terpilihlah peristiwa hijrah Rasulullah ke Yatsrib (Madinah) sebagai hari pertama dimulainya kalender hijriah dan bulan Muharam terpilih sebagai bulan pertama. Keputusan ini ditetapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab, seorang Khalifah yang dikenal sangat inovatif di dalam Islam. Artikel Moqsith yang menarik ini menyisakan satu pertanyaan yang tidak sempat dijelaskan: mengapa penghitungan kalender hijriah berdasarkan pada peredaran rembulan, bukan pada peredaran matahari? Bukankah penghitungan kalender berdasarkan peradaran rembulan terbukti sering melahirkan perbedaan pendapat dalam menentukan hari-hari tertentu? Bukankah penghitungan kalender berdasarkan peredaran matahari lebih memberikan kepastian seperti yang terjadi pada kalender masehi? Perbedaan pendapat yang paling terang dan paling sering terjadi adalah dalam penentuan jatuhnya awal bulan Ramadhan dan bulan Syawal. Umat Islam sering berbeda pendapat dalam hal ini. Bahkan, pada tahun yang sama mungkin terjadi perbedaan pendapat yang lebih dari dua, seperti di Indonesia. Kondisi ini tentu cukup ironi dan entah kapan akan berakhir. Dalam buku karya Zaki Amin yang berjudul Rizqî tahta Zhilli Ramhî dijelaskan tentang latar belakang kalender hijriah mendasari penghitungan pada peredaran rembulan. Menurut Zaki, sebelum masyarakat Hijaz pra-Islam mengenal konsep Allah, mereka sudah mengenal konsep tuhan-tuhan dari berbagai peradaban yang ada di sekitar wilayah mereka. Dalam pikiran mereka terbersit kehendak untuk menciptakan konsep tuhan dari al-Lâta, Dewa Rembulan bagi masyarakat Syria (Syam). Akan tetapi Dewa ini adalah Dewa Perempuan dan tidak sesuai dengan karakter kejantanan masyarakat Hijaz (Tafsir Ibnu Katsir, hal. 1780). Selain itu, mereka juga tidak ingin "menyakiti" al-Lâta dengan mengubahnya jadi Dewa Laki-laki dan khawatir akan murkanya. Maka, mereka mengubah (menderivasi) kata al-Lâta (muanats/perempuan) menjadi kata Allah (muzakar/laki-laki). Dengan kata lain, secara linguistik mereka mengubah rembulan dari berstatus perempuan menjadi berstatus laki-laki. Setelah menyepakati kata Allah sebagai Tuhan, mereka memposisikan Allah sebagai Tuhan tertinggi, sementara posisi al-Lâta berada di bawahnya. Tepatnya, al-Lâta diposisikan sebagai salah satu anak perempuan Allah. Dengan demikian mereka merasa telah berhasil mendamaikan antara karakter kejantanan mereka dan ke-perempuan-an al-Lâta, di satu sisi, serta tetap menjaga diri dari murka al-Lâta, di sisi lain. Selain al-Lâta, mereka menambahkan anak-anak perempuan Allah dari peradaban lain: Uzza, Dewa Kekuatan dari Sinai, dan Manat, Dewa Pembagi Nasib dari Mesir. Terbentuklah konsep Allah, Tuhan Laki-laki, Dewa Rembulan, dalam kesadaran mereka. Selain Allah, mereka juga mengagungkan al-Lâta, Uzza, dan Manat yang menjadi anak-anak perempuan Allah. Tentang tiga anak perempuan Allah ini juga digambarkan oleh Philip K Hitti dalam History of The Arabs, hal. 123. Selain itu mereka juga menjadikan rembulan (hilâl) sebagai simbol Allah dan bintang (najmah) sebagai simbol Uzza. Keduanya menjadi simbol yang mereka agungkan. Hingga saat ini, negara-negara di wilayah Timur-Tengah menggunakan rembulan dan bintang dalam bendera-bendera mereka. Berdasarkan ketuhanan rembulan inilah mereka menetapkan penghitungan kalender pada rembulan. Mereka juga menentukan berbagai ritual berdasarkan rembulan, baik shalat, puasa, atau haji. Penghitungan kalender berdasarkan peredaran rembulan ini diteruskan setelah Islam datang dan berkembang di wilayah Arab. Dalam al-Quran ditegaskan, "Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, `Itu adalah petunjuk waktu bagi manusia dan ibadah haji'" (QS. Al-Baqarah: 189). Rembulanlah yang menjadi patokan penghitungan kalender hijriah, bukan matahari. Penjelasan ini cukup menjawab pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini. Wallahu a'lam bi ash-shawâb.
[Baraya_Sunda] Re: amal, kahadean jeung solidaritas?
72.000 pound untuk Haiti Charlie berniat mengumpulkan 500 poundsterling malah mendapat 72 ribu Seorang bocah tujuh tahun dari London semula berniat mencari sumbangan £ 500 untuk korban gempa di Haiti dengan cara minta sponsor kegiatannya bersepeda. Belakangan ia malah berhasil mengumpulkan lebih dari £72.000 dari kegiatannya ini. Charlie Simpson, dari Fulham, London Barat, bersepeda sejauh 8 km mengelilingi South Park dekat rumahnya untuk mencari uang amal guna disumbangkan pada lembaga anak PBB Unicef, dalam program gempanya. Seruannya meminta amal ternyata menyentuh hati banyak orang di seluruh dunia setelah dia meletakkan pesan permintaannya di halaman website JustGiving. Unicef berterimakasih kepadanya "atas nama anak-anak Haiti". Di halaman JustGiving-nya, Charlie menulis: "Saya ingin naik sepeda dengan sponsor untuk mengumpulkan dana untuk Haiti karena disana ada gempa besar dan banyak orang meninggal." "Saya ingin mengumpulkan uang untuk membeli makanan, air minum dan tenda untuk semua orang di Haiti." Unicef membantu menyediakan air, sanitasi, pendidikan dan makanan, juga mendanai upaya perlindungan anak. Banjir dukungan Uang yang didapat oleh Charlie akan disumbangkan pada program Unicef untuk anak korban gempa Haiti. Bersamaan dengan limpahan donasi yang diberikan melalui permintaan Charlie, dia juga dibanjiri ungkapan dukungan . Atas nama anak-anak Haiti, saya berterimakasih pada Charlie atas upayanya David Bull, Direktur Eksekutif Unicef Inggris Seorang pendonor mengatakan: "Hebat Charlie - kamu jadi inspirasi untuk kami semua." Seorang donor yang membaca seruan Charlie di New Zealand menyebut acara sepedanya merupakan kebaikan "luar biasa". Donor lain mengatakan: "Kami memberi selamat dari Hong Kong." David Bull, Direktur Eksekutif Unicef Inggris, mengatakan aksi bersepeda Charlie sebagai "benih mungil" yang tumbuh cepat menjadi sangat besar. "Ini adalah aksi yang sangat lugas dan inovatif oleh seorang Charlie yang menunjukkan dia merasakan dan bukan cuma memahami apa yang dirasakan oleh anak seumurnya di Haiti, tapi juga dia cukup mengerti bahwa dia bisa ikut membantu," kata Bull. "Atas nama anak-anak Haiti, saya berterimakasih pada Charlie atas upayanya."
[Baraya_Sunda] Re: web aheng: Karajaan Sunda Badag?
--- In Baraya_Sunda@yahoogroups.com, "Waluya" wrote: > > > Cik sugan aya conto di etnik sejen nu ngarasa dihijikeun ku hiji "mithos" nu > sarua? > > Sabenerna mah mitos Siliwangi teh JADI gaganti mitos Sangkuriang anu ditinggalkeun ku urang Sunda. Ari sakadang mitos teh fungsina meungkeut jiwa hiji budaya. Tah lebah mitos Sangkuriang mah urang Sunda pada ngejat. SIgana mah ku alesan: aya sangkut paut na jeung sakadang bagong jeung anjing Si Tumang anu dinajiskeun ku mitos anyar impor ti Arab? Tah... kulantaran urang masih perlu mitos, dipake mitos Siliwangi anu jadi COUNTER kana mitos anyar ti Arab tea? (make tanda tanya) Salah sahiji faktor anu dianggap penting dina mitos Siliwangi pan aya unsur 'pengislaman', ngalawan... terus ngahieng eh... ngahiang tea pan? Teuing ketah.:)))
[Baraya_Sunda] Re: web aheng: Karajaan Sunda Badag?
--- In Baraya_Sunda@yahoogroups.com, "Waluya" wrote: > > > > Di suku primitip, biasana nu boga status sosial luhur teh, salian ti kepala > suku nya DUKUN SUKU hehehehe > > Baktos, > WALUYA > Enya Kang! Suku terasing biasana mah boga SYAMAN. Ari syaman teh pan sagala bisa. Ti ngubaran nu gering, ngaramal, perpustakaan, tukang dongeng jlte. Mun nempo urang Dayak atawa urang Baduy ge... pan sok aya syaman na lin? Ari 'syaman' na jelema anu ngaku moderen naon nya? Internet kitu he he he