Pemecahan Masalah

2009-09-11 Terurut Topik muhamad agus syafii
Pemecahan Masalah
 
By: agussyafii
 
Di bulan suci Ramadhan ini ada pasangan suami istri bertengkar karena suatu 
hal. Mereka saling mendiamkan. Suatu saat harus bangun pagi-pagi karena ada 
tugas luar kota karena takut bangun kesiangan sedangkan dirinya malu untuk 
minta tolong. AKhirnya dia punya ide menulis pesan disebuah kerta dan ditaruh 
di dinding. 'Tolong bangunkan aku jam 3 pagi untuk sahur!'
 
Paginya bangunya terlambat dan kesiangan. Dalam hati setengah marah. dia 
melihat kertas tertempel didinding yang tertulis. 'Sahur! Sahur! sudah jam 3 
pagi nih.'

Al Qur'an memberikan panduan umum kepada pasangan keluarga agar berpegang teguh 
kepada taqwa ketika sedang mencari pemecahan masalah.  Taqwa menjamin output 
berupa way out dan rizki, waman yattaqillaha jaj`al lahu makhraja wa yarzuqhu 
min haitsu la yahtasib (Q/….) Taqwa artinya berpegang teguh kepada kebenaran 
ilahiyah dan konsisten menghindari larangan Allah, imtitsalu awamirihi wa 
ijtinabu nawahihi. Secara psikologis takwa adalah aksi moral yang integral, 
yakni perilaku yang lahir  dari komitmen nilai moralitas yang dianut orang 
beragama. Jadi, sesulit apapun problem, jika dalam pemecahanya berpijak pada 
komitmen taqwa maka jalan keluar maupun jalan masuknya baik, seperti semangat 
doa, rabbi adkhilni mudkhala shidqin wa akhrijni mukhraja shidqin wa ij`al li 
min ladunka sulthanan nashira.
 
Al Qur`an secara khusus juga memberi terapi dengan menggunakan pendekatan 
ishlah dan mu`asyarah bi al ma`ruf, mau`idzah dan  ihsan. 
 
• Bagaimanapun keadaannya, meski sedang kesal, hendaknya masing-masing 
bertindak secara ma`ruf, bergaul secara ma`ruf (wa`asyiruhunna bi al 
ma`ruf/Q/4:19  imsakun bi ma`ruf/Q/2:229). Ma`ruf adalah sesuatu yang secara 
sosial dipandang baik dan patut. Ini artinya orang harus juga memperhatikan 
kebiasaan dan tata krama yang dianut masyarakat dimana seseorang berada.
 
• Semangat yang dicari haruslah islah. Jika yang dicari itu islah pasti Allah 
akan menolong. in yurida ishlahan yuwaffiqillahu bainahuma (Q/4:35). Ishlah 
mengandung muatan makna shulh (perdamaian) shalih (baik , patut dan layak) dan 
mashlahat (konstruktif). Baik suami maupun isteri harus mengedepankan niat 
berdamai, berpikir konstruktif dan tetap menunjukan perilaku yang patut.
 
• Ada tahapan-tahapan dalam mencari pemecahan masalah. Artinya masing-masing 
suami dan isteri harus sabar, tidak keburu nafsu dan tidak putus asa. Dalam 
kasus suami membimbing isteri misalnya, menurut al Qur'an, pertama harus 
mengedepankan nasehat, mau`idzah. (Q/4:34).
 
Wassalam,
agussyafii
 
--
Yuk, ikutan tebarkan cinta dan kasih sayang bersama Amalia. Dalam program 
kegiatan 'Cinta Amalia' (CINMA) pada hari Ahad, 11 Oktober 2009 di Rumah 
Amalia. Kirimkan dukungan dan cinta anda di http://agussyafii.blogspot.com atau 
http://www.facebook.com/agussyafii atau sms di 087 8777 12431

 


  

[Bicara] OoT : Mekanisme Pemecahan Masalah yang Buruk ?

2008-02-04 Terurut Topik Isywara Mahendratto
Kompas, Selasa, 5 Februari 2008 di halaman pertama memperkirakan total kerugian 
maupun potensi kerugian pasca banjir di Jakarta dan sekitarnya yang terjadi 
pada Jumat 1 Februari 2008 sekitar 9,17 miliar.
   
  Ironisnya peristiwa banjir telah terjadi berulangkali di negeri tercinta, 
namun terkesan mekanisme pemecahan masalahnya semakin lama semakin buruk. Hal 
tersebut mengindikasikan semakin buruknya kualitas sistem yang kita miliki atau 
dengan kata lain sistem yang kita miliki tidak berada pada siklus tumbuh 
melainkan pada siklus uzur.
   
  Hal tersebut dapat dilihat dari pemecahan masalah yang cenderung tambal sulam 
seperti "Dephut Setuju Pelebaran Tol Bandara Memakai Lahan Hutan Lindung" 
(Kompas, 5 Februari 2008) tidak ke AKAR MASALAH karena memang lebih mudah 
menggunakan lahan hutan lindung, meninggikan permukaan jalan, menambah mesin 
pompa daripada menghijaukan kawasan puncak, menertibkan IMB, menertibkan  
illegal logging dsb.
   
  Mengabaikan kualitas sistem berarti pula membiarkan sistem berbentuk siklus 
uzur yaitu siklus yang membuat sistem semakin lama semakin negatif, semakin 
dekstruktif dan semakin rapuh. Hal tersebut berpotensi meninggalkan bom waktu 
pada periode berikutnya berupa terpuruknya pariwisata, berkurangnya (larinya ?) 
investor, meningkatnya pengangguran, serta resiko kerusuhan sosial.
   
  Tidak ada cara lain bagi pemerintah kecuali dengan cara memperbaiki Kualitas 
Sistem (Lihat artikel berikut : 
http://servocenter.wordpress.com/2007/04/23/sistem/) dan Kualitas SDM Indonesia 
(baca : kualitas pelaksana sistem) karena kualitas sistem, kualitas 
kepemimpinan, kualitas pembuat kebijakan, kualitas pemecah masalah, kualitas 
pemelihara sarana, kualitas pengguna sarana ditentukan oleh kualitas SDM 
Indonesia.
   
  Salam,
   
  Isywara Mahendratto 

   
-
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.