[budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-11 Thread BISAI





 
 ASAHAN ALHAM 
AIDIT:
 
 
    
Mengapa harus mengharamkan 
   
istilah Pribumi dan Non Pribumi?
 
 Menurut pendapat saya 
sebutan Pribumi dan non Pribumi bukanlah sebab utama terjadinya sentimen ras 
yang memicu kerusuhan rasial. Tapi bahwa istilah itu diberi warna politik untuk 
mengesankan seolah-olah pemerintah yang mengharamkan istilah itu adalah 
pemerintah yang bersih dari politik diskriminasi rasial, adalah cuma punya 
sifat reklame untuk menarik satu golongan tertentu dan mengaburkan atau 
mengalihkan perhatian massa rakyat dari persoalan-persoalan berat seperti krisis 
ekonomi, krisis politik dan juga krisis kebudayaan serta moral di tingkat atas. 
Tapi memang harus diakui, bahwa istilah yang sudah dilaburi warna politik 
dengan inti reklame menarik itu, memang lebih banyak ditujukan  pada etnis 
Cina dan memang lalu etnis Cina yang lebih banyak menjadi korban  yang juga 
sekaligus adalah juga korban reklame Pemerintah yang berjubah 
anti diskriminasi rasial. 
Buktinya. Ketika benar-benar telah terjadi kerusuhan 
rasial di bulan Mei 1988 , apakah yang telah dilakukan oleh 
Pemerintah  dalam usaha menghentikan, membatasi, mengadakan penyelidikan 
siapa biang keladi kerusuhan, menangkap para penyuluh kerusuhan?, Yang kita 
dengar adalah bahwa aparat negara seperti TNI, polisi cuma diam menyaksikan 
kerusuhan yang sudah menjadi terror itu . Bukankah hal ini berarti bahwa 
Pemerintah ketika itu cuma munafik, demagog, lain dimulut lain di hati. Dan 
lalu orang-orang menyalahkan istilah Pribumi dan Non Pribumi yang telah 
menjadi biang keladi dan cikal bakal sentimen ras. Pada hal kata itu sendiri 
tidak punya dosa sedikitpun dan hanya sebutan biasa tanpa warna politik atau 
tendensi ras dan hanya menunjukkan tempat di mana seseorang dilahirkan atau 
telah lama diam di suatu tempat dan merasa dirinya atau dianggap adalah penduduk 
tempat tertentu.Tapi karena dipersoalkan dan banyak dipersoalkan, kata itu jadi 
kehilangan artinya yang asli dan netral lalu diberi warna politik sehingga 
menjadi peka dan bisa memancing sentimen ras yang pada gilirannya untuk 
mengambil keuntungan politik oleh segolongan atau aliran poltik tertentu. Inti 
masaalah sentimen ras bukan terletak pada istilah Pribumi atau non Pribumi tapi 
pada cara berfikir seseorang atau golongan atau aliran politik terhadap satu 
golongan ras yang lain. Dengan kata lain pengharaman kata Pribumi dan Non 
Pribumi adalah pengharaman yang dilakukan  oleh Orde Baru itu sendiri 
untuk tujuan reklame yang licik dan lihai bagi mempengaruhi psikologi massa 
sehingga orang-orang lupa pada masaalah yang paling inti dari timbulnya sentimen 
ras sebagai satu sisitim pemikiran dan terlena oleh daya tarik reklame 
dengan menggunakan istilah yang mudah dijadikan kambing hitam. Sedangkan 
Pemerintah pencipta pengharaman itu berada di balik kabut hitam yang mengaburkan 
semua kemunafikan dan penipuannya sambil menyulut sentimen ras tanpa 
dirasakan banyak orang. Sebaiknya kita kembali ke persoaalan inti masaalah 
dan bukan pada istilah yang tak habis-habisnya dibicarakan. 
Dalam kenyataan yang lebih dalam, bukan hanya etnis Cina 
saja yang menderita korban sentimen ras atau diskriminasi secara umum. Di antara 
ras-ras atau suku-suku di Indonesia, juga saling mendiskriminasi satu sama lain. 
Ini persoalan bersama semua etnis yang ada dan bukan hanya terkonsentrasi pada 
satu etnis saja. Terlalu banyak mengkonsentrasi diri sebagai etnis yang 
dikorbankan akan mengakibatkan perjuangan melawan diskriminasi menjadi hanya 
terfokos pada satu etnis dan itu akan berakibat kembali ke diskriminasi terpusat 
sehinggap perhatian tertuju ke satu pusat. Korban diskriminasi di Indonesia 
mencakup ratusan juta atau sebagian terbesar penduduk Indonesia. Setiap hari 
mereka dibunuhi secara psikologis, secara ekonomis, secara moril maupun materil. 
Bukankah kita lebih baik  menyatukan diri dalam perjuangan bersama 
melawan diskriminasi yang telah membudaya dalam masyarakat Indonesia yang 
membuat terpuruknya bangsa ini. Jadi bukan cuma meng-utik-utik soal istilah 
Pribumi dan non pribumi melulu sambil berlari jauh dari inti persoalan yang 
sesungguhnya yang bahkan bisa lebih menyulut sentimen ras. Semua kita 
adalah korban historis dan kontemporer Orde Baru. Tanpa menyedari hal ini cuma 
akan menguntungkan Orde Baru dan memperpanjang keterpurukan bangsa. Waspadalah 
terhadap reklame Orba dan jangan cepat-cepat membelinya dengan harga murah, 
bungkusnya indah, isinya tuba.
asahan aidit.
 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Cultur

Re: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-14 Thread andri halim
Salam saudara sekalian,

Ingin rasanya mengungkapkan rasa di hati ini,
Seperti yg  diketahui telah beberapa ratus tahun Chung
hua tinggal di Indonesia, sebelum kedatangan VOC
pertama kali tahun 1600an pun orang-orang chung hua
telah tinggal bersama orang-orang asli di indonesia
untuk berdagang, pada saat pertama kali yang datang
hanya mereka yg berkelamin lelaki, karena pada sekitar
jaman dinasti Ming (kira2 1300an) ada larangan
perempuan tidak boleh ke luar negri, sehingga lelaki
chung hua perantauan menikah dengan penduduk asli
sekitar, dan ini berjalan dengan baik sampai akhir
diterbitkannya devide et empera oleh pihak Belanda,
semua mulai berjalan dengan tidak nyaman 


Nah yang jadi permasalahan yang dihadapi sekarang
lebih berat lagi, karena masyarakat Indonesia tidak
lagi menerima pluralisme, negara terdiri dari beberapa
macam suku, agama, ras, dll. dan seharusnya pemerintah
menggalakkan pluralisme agar masyarakatnya dapat
menerima semua apa yang disebut sebagai "Perbedaan",
tetapi yang terjadi dilapangan adalah Pemerintah tidak
mempunyai kekuatan untuk mengatur negara ini, jadi
begitu gampangnya dipermainkan oleh pihak2 yang
bertujuan, dan satu hal yang sangat-sangat membuatku
prihatin adalah : 
OOT :
Negara ini adalah negara mayoritas Islam terbanyak,
bahkan masjid terbanyak juga berada di Indonesia, jauh
lebih banyak dari asal agama itu sendiri, tetapi, yang
menjadi masalah adalah, islam ada yang Fund dan
Liberal, dan pemerintah terkesan sangat tidak berkutik
menghadapi masalah ini, karena sangat terlihat apabila
ada Is-Fund yang mengerakkan massa, maka pemerintah
hanya bisa bengong melihat, ini sudah terlalu sering,
yang akhirnya membuatku berpikir bahwa peranan yang
paling penting di Negara ini adalah agama mayoritasnya
nya dari pada pemerintah itu sendiri, yang akhirnya
membuat masyarakat tidak bisa menerima apa yang
namanya pluralisme, dan mengakibatkan diskriminasi
terus berjalan sampai sekarang, (dalam hati aku
berterima kasih kepada Gus dur, yg sangat Pluralisme
dan Liberal, masih mau melihat minoritas2 dan menahan
gerakan Fund)
---> bukankan seharusnya pemerintah yang melihat
kejadian seperti ini dapat membuat ancang2 untuk
membatasi ruang gerak organisasi2 yang terlalu fund
seperti ini, agar terciptanya pluralisme

Hah..., kadang aku sedih melihat yang terjadi di
negara ini, aku seorang Chung hua generasi ketiga dari
kakek aku yang tinggal di Indonesia, darah aku darah
China, tetapi aku lahir di negara Indonesia ini,
sehingga membuat aku sayang kepada tanah air ini,
dengan lantang aku bisa berteriak aku Orang Indonesia,
aku Nasionalis, tetapi di dalam hati kecil aku
menangis, apakah benar aku orang Indonesia, kalau iya
kenapa terasa telak diskriminasi yang terjadi di
negara ini seolah-olah aku bukan orang Indonesia,
ataukah aku hanya menumpang tinggal disini, mencari
makan disini, apakah hanya sekedar itu?, 

Back on topic,
What is in a name, pernah juga diucapkan oleh Sukarno
pada saat rapat Baperki kedua, beliau mengatakan bahwa
apa lah arti sebuah nama, aceng kek, acong kek,
terserah kamu, suka-suka kamu, nah yang aku ingin
ungkapkan adalah kenapa mau repot-repot mempersoalkan
masalah pribumi dan Non-pribumi, wong kita sama saja
kok sebagai warga negara Indonesia, negara ini sedang
banyak2nya menghadapi masalah yg lebih penting,
masalah pribumi ataupun bukan pribumi itu masalah
belakang, tetapi yg harus dipersoalkan adalah
bagaimana cara menghilangkan "DISKRIMINASI", dengan
tidak adanya diskriminasi lagi maka secara langsung
efek dari Pribumi dan Non-pribumi akan pupus dengan
sendirinya, menurutku inilah inti jawaban dari Pribumi
dan Non-pribumi.

Negara ini terdiri dari berbagai suku, agama, ras,
maka itu marilah kita berpikir ulang, sebenarnya apa
yang salah, kenapa suku tiong hua saja yang selalu
bermasalah, bukan maksud aku membela2 native, karena
menurutku native juga ada yang baik dan yang tidak,
sama seperti orang2 tiong hua dan orang2 suku lainnya,
pasti ada yang baik dan tidak, nah yang seharusnya
dilakukan adalah bagaimana cara mengedukasi orang2
yang rasialis/yang suka mendiskriminasikan dapat
menerima "perbedaan", sehingga kita yang dari berbagai
macam itu dapat bekerjasama dalam membangun negara ini
jauh lebih baik


NB : emai ini benar2 dari yang aku pikirkan selama
ini, memang dalam hati aku secara jujur banyak setuju
dengan apa yang diungkapan Bung Asahan, jadi aku nga
mau panjang2 cerita lagi, karena inti yang aku
pikirkan rata2 sama, dan walau aku bukan jago politik
ttp mohon intelektual pribadi aku jgn dihina ya :->,
kalo aku salah mohon tolong dikoreksi

Rgds,
Andri



> __
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam
> protection around 
> http://mail.yahoo.com > To: "BUDAYA TIONGHUA"
> ,
> "WAHANA" <[EMAIL PROTECTED]>
> From: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]>
> Date: Tue, 13 Sep 2005 21:18:15 +0200
> Subject: [budaya_tionghua] Fw: [Politik_Tionghoa]
> Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Prib

Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-15 Thread BISAI
adalah juga sebagai akibat 
politk diskriminasi penguasa diktator di masa lalu. Kita tetap berjuang 
melawan semua
bentuk diskriminasi dan kediktatoran dan bukan hanya melawan kata yang telah
dilumuri tujuan politik gelap. Kita bersihkan kata  dari  semua
noda dan kotoran yang diberikan oleh penguasa dan diktator bangsa di masa
lalu. Semua kita adalah pribumi-pribumi dari segala macam ras dan suku, sama
derajat dan semua kita adalah bangsa Indonesia yang mencintai keadilan dan
melawan semua bentuk diskriminasi politik, ekonomi, kebudayaan maupun ras.
Kecuali memang ada yang berkeinginan lain. Itu adalah urusan mereka.
Salam perkenalan dan persahabatan yang sehangat hangatnya dari saya.
asahan aidit.





- Original Message - 
From: "andri halim" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "Andy Winata" <[EMAIL PROTECTED]>;
; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, September 15, 2005 6:51 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi
dan Non Pribumi?


> Salam saudara sekalian,
>
> Ingin rasanya mengungkapkan rasa di hati ini,
> Seperti yg  diketahui telah beberapa ratus tahun Chung
> hua tinggal di Indonesia, sebelum kedatangan VOC
> pertama kali tahun 1600an pun orang-orang chung hua
> telah tinggal bersama orang-orang asli di indonesia
> untuk berdagang, pada saat pertama kali yang datang
> hanya mereka yg berkelamin lelaki, karena pada sekitar
> jaman dinasti Ming (kira2 1300an) ada larangan
> perempuan tidak boleh ke luar negri, sehingga lelaki
> chung hua perantauan menikah dengan penduduk asli
> sekitar, dan ini berjalan dengan baik sampai akhir
> diterbitkannya devide et empera oleh pihak Belanda,
> semua mulai berjalan dengan tidak nyaman
>
>
> Nah yang jadi permasalahan yang dihadapi sekarang
> lebih berat lagi, karena masyarakat Indonesia tidak
> lagi menerima pluralisme, negara terdiri dari beberapa
> macam suku, agama, ras, dll. dan seharusnya pemerintah
> menggalakkan pluralisme agar masyarakatnya dapat
> menerima semua apa yang disebut sebagai "Perbedaan",
> tetapi yang terjadi dilapangan adalah Pemerintah tidak
> mempunyai kekuatan untuk mengatur negara ini, jadi
> begitu gampangnya dipermainkan oleh pihak2 yang
> bertujuan, dan satu hal yang sangat-sangat membuatku
> prihatin adalah :
> OOT :
> Negara ini adalah negara mayoritas Islam terbanyak,
> bahkan masjid terbanyak juga berada di Indonesia, jauh
> lebih banyak dari asal agama itu sendiri, tetapi, yang
> menjadi masalah adalah, islam ada yang Fund dan
> Liberal, dan pemerintah terkesan sangat tidak berkutik
> menghadapi masalah ini, karena sangat terlihat apabila
> ada Is-Fund yang mengerakkan massa, maka pemerintah
> hanya bisa bengong melihat, ini sudah terlalu sering,
> yang akhirnya membuatku berpikir bahwa peranan yang
> paling penting di Negara ini adalah agama mayoritasnya
> nya dari pada pemerintah itu sendiri, yang akhirnya
> membuat masyarakat tidak bisa menerima apa yang
> namanya pluralisme, dan mengakibatkan diskriminasi
> terus berjalan sampai sekarang, (dalam hati aku
> berterima kasih kepada Gus dur, yg sangat Pluralisme
> dan Liberal, masih mau melihat minoritas2 dan menahan
> gerakan Fund)
> ---> bukankan seharusnya pemerintah yang melihat
> kejadian seperti ini dapat membuat ancang2 untuk
> membatasi ruang gerak organisasi2 yang terlalu fund
> seperti ini, agar terciptanya pluralisme
>
> Hah..., kadang aku sedih melihat yang terjadi di
> negara ini, aku seorang Chung hua generasi ketiga dari
> kakek aku yang tinggal di Indonesia, darah aku darah
> China, tetapi aku lahir di negara Indonesia ini,
> sehingga membuat aku sayang kepada tanah air ini,
> dengan lantang aku bisa berteriak aku Orang Indonesia,
> aku Nasionalis, tetapi di dalam hati kecil aku
> menangis, apakah benar aku orang Indonesia, kalau iya
> kenapa terasa telak diskriminasi yang terjadi di
> negara ini seolah-olah aku bukan orang Indonesia,
> ataukah aku hanya menumpang tinggal disini, mencari
> makan disini, apakah hanya sekedar itu?,
>
> Back on topic,
> What is in a name, pernah juga diucapkan oleh Sukarno
> pada saat rapat Baperki kedua, beliau mengatakan bahwa
> apa lah arti sebuah nama, aceng kek, acong kek,
> terserah kamu, suka-suka kamu, nah yang aku ingin
> ungkapkan adalah kenapa mau repot-repot mempersoalkan
> masalah pribumi dan Non-pribumi, wong kita sama saja
> kok sebagai warga negara Indonesia, negara ini sedang
> banyak2nya menghadapi masalah yg lebih penting,
> masalah pribumi ataupun bukan pribumi itu masalah
> belakang, tetapi yg harus dipersoalkan adalah
> bagaimana cara menghilangkan "DISKRIMINASI", dengan
> tidak adanya diskriminasi lagi maka secar

Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-17 Thread BISAI
Bung Andri Yang bijaksana,
Komentar bung selalu singkat tapi padat. Saya belajar dari bung. Semua kita
sesungguhnya masih belajar, tapi ada yang lebih cepat majunya dan ada yang
kurang cepat. Saya termasuk yang kurang cepat itu. Tapi sungguh-sungguh saya
juga ingin belajar dari siapapun. Tapi disamping belajar kita juga berusaha
berbuat sungguh-sungguh. < Pribumi> , ,  , 
 , < Peranakan> ,  , dsb, dsb-nya, CUMALAH sebuah
kata atau nama. Dan apalah artinya sebuah nama. Tapi kita memang akan
bersungguh-sungguh bila sebuah kata atau nama ditunggangi atau dimanipulasi
seseorang atau penguasa, atau rezim atau siapa saja, untuk mengambil
keuntungan tertentu dan merugikan orang banyak, apalagi merugikan seluruh
rakyat. Tapi seperti juga pemikiran bung, kalau kata yang telah menjadi
coreng moreng itu lalu rame-rame kita sikat dari muka bumi, dari kamus,
disapu bersih, tapi bukan dibersihkan nodanya untuk kita miliki kembali
sebagai kekayaan kita sendiri, perbuatan yang demikian bukanlah perbuataan
yang produktif bahkan anti produktif. Secara berkelakar, bila umpamanya bung
ditanya seseorang apakah pribumi atau non pribumi, lalu bung jawab: "Saya
pribumi!". Lalu bung sendiri, umpamanya merasa lucu karena mata yang sipit,
kulit yang lebih putih dari pribumi dsb,dsb. Juga yang menanyai yang tampak
pribumi asli atau pribumi totok, juga berpikir seperti bung. Apakah ini
lucu?. Ya, memang itu lucu. Tapi juga di sana terkandung satu keseriusan.
Bung telah berani menggunakan hak bung, merasa pribumi dan memang pribumi.
Soal yang bung anggap halangan karena mata sipit dan semua ciri-ciri husus
yang bersifat biologis lainnya itu, kita anggap sebagai pergurauan yang
membuat kita gembira, sebuah humor yang sehat. Saya menyaksikan sendiri
meskipun hanya dalam sebuah film dokumenter, film ilmiah, bahwa DNA seorang
warga Kirgistan yang ciri biologisnya sangat Cina, tapi ternyata dia masih
mermiliki DNA nenek moyang asal muasal manusia, yanga sama dengan DNA-nya
nenek moyang kita yang dari benua Afrika (ketika itu tentu saja belum ada
yang namanya bangsa Afrika, cuma nama geografis saja) yang puluhan ribu
tahun lalu. Dalam film itu juga tampak lucu, seorang yang berwajah Cina tapi
punya DNA Afrika dan berkebangsaan Kirgistan. Dia tertawa, sang
doktor(penyelidik) juga tertawa bahkan saya sendiri sebagai penonton TV itu
turut tertawa. Tapi yang terserius adalah bahwa telah terbuktikan secara
ilmiah yang tidak mungkin dibantah lagi bahwa kita umat manusia ini berasal
dari nenek moyang yang sama. Semua kita dari Afrika. Tapi manusia telah
terlanjur mengkotak-kotakkan dirinya menjadi puak-puak, suku-suku dan lalu
bangsa-bangsa. Itu juga suatu yang wajar saja dalam perkembangan sejarah
kehidupan manusia sebagai mahluk sosial dan mahluk dinamis. Tapi yang tidak
wajar adalah,  ketika sekelompok manusia merasa dirinya lebih tinggi, lebih
berhak dari kelompok atau bangsa yang lain dengan dirinya. Ketidak wajaran
inilah yang kita lawan sepanjang masa. Tapi bagaima cara melawannya?. Tentu
saja dengan bermacam cara yang sesuai dan juga mestinya efektif agar
mendapatkan hasil yang kita inginkan. Di sinilah pentingnya kita saling
bertukar pikiran dan saling belajar dan bukan hanya menuruti instruksi,
perintah, apalagi pemaksaan mutlak dari para diktator bangsa yang bila perlu
kita lawan, harus kita lawan dengan berbagai cara.
Salam sebangsa  dan setanah air.
asahan aidit


- Original Message - 
From: "andri halim" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Saturday, September 17, 2005 5:31 AM
Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah
Pribumi dan Non Pribumi?


> Salam hangatku utk Bung Asahan,
>
> Apa yang salah dengan kata "Pribumi" dan "Non
> pribumi", jawabanku adalah tidak ada yang salah dengan
> kata-kata tersebut, tetapi kata-kata tersebut dilihat
> oleh sebagian orang seolah-olah sangat bersalah hanya
> karena digunakan sebagai senjata oleh ORBA.
>
> Andaikata benar kalau kata "pribumi dan non-pribumi"
> sangat begitu bersalah terhadap terjadinya
> diskriminasi, dan kata-kata tersebut harus
> dihapuskan(tidak boleh disebut2 lagi) maka yang
> terjadi hanyalah mengurangi perbendaharaan kata saja,
> dan dilain pihak hanya membiarkan
> diskriminasi(permasalahan utama) terus berjalan.
>
> Inti, Apa yang Anda pikirkan menurutku benar adanya,
> buat apa  mengharamkan istilah "Pribumi dan
> Non-pribumi", karena itu hanya sebagai "alat" ORBA,
> yang seharusnya dipikirkan dan didiskusikan adalah
> bagaimana cara menghilangkan "diskriminasi" yang
> terjadi bukan mempermasalahkan kata "Pribumi dan
> Non-pribumi", mungkin yang dipikirkan oleh sebagian
> orang adalah "kalo kata tersebut diharamkan maka etnis
> China bisa diterima oleh masyarakat asli
> Indonesia(pribumi), heheheheheheee, kalo segampang itu
> seharusnya Indone

Re: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Thread andri halim
lalu menjadi budak kata (yang
> dikuasai). Saya sendiri
> tidak gandrung apalagi fanatik dengan kata
> , tapi saya
> mempertanyakan, mengapa kata itu harus diharamkan
> dan hingga ini hanya anda
> yang bisa menjawab dan meyakinkan saya bahwa
> pengharaman kata  sama
> sekali bukan hakekat terjadinya diskriminasi tapi
> justru politik
> diskriminasi Orba-lah yang telah mendiskriminasi
> semua etnis, termasuk
> etnis Cina dan bukan kata  yang dijadikan
> kambing hitam.Tapi
> pertanyaan saya dalam bentuk tulisan yang juga
> menjadi pemikiran saya telah
> dipertajam dan dijerumuskan ke jurang fitnah besar,
> bahwa saya seorang
> rasialist, anti Cina, preyektor politik rasialis
> Orba dsb, dsb-nya ,hanya 
> karena ada perbedaan pendapat.Semua
> pemikiran saya tidak dijawab dengan pemikiran
> kembali untuk mengembangkan 
> diskusi
> yang sehat dan berguna bagi banyak pihak, tapi pada
> saya diberi cap-cap atau 
> stempel
> yang bukan saja bermaksud untuk membunuh karakter
> pribadi saya tapi juga
> menghina dan memfitnah orang-orang yang mungkin
> sefikiran dengan  saya,
> senasib dengan saya yang juga menderita diskriminasi
> seperti saya. Tapi
> semua itu telah saya jawab dengan pemikiran, dengan
> kemampuan yang sesuai 
> dengan
> yang saya punyai, dengan argumentasi yang tapi juga
> tentu saja dengan sambil
> membela diri dan memberikan reaksi yang adil
> terhadap serangan dan
> fitnah-fitnah yang saya terima. Sebagai ahir kata,
> saudara Andri, saya
> merasakan penderitaan saudara sebagai etnis Cina
> yang yang sungguh-sungguh
> ingin menjadi orang Indonesia yang sejajar dan
> sederajat dengan semua orang
> Indonesia lainnya tidak pandang etnis apapun, tapi
> toh tetap saja menderita
> diskriminasi. Saudara tidak sendiri tapi saudara
> berada di antara puluhan
> bahkan ratusan juta manusia Indonesia yang
> di-pariakan lainnya yang
> didiskiriminir oleh penguasa bangsanya sendiri, dan
> bahkan kadang-kadang
> oleh saudara-saudara se-etnisnya sendiri yang adalah
> juga sebagai akibat 
> politk diskriminasi penguasa diktator di masa lalu.
> Kita tetap berjuang 
> melawan semua
> bentuk diskriminasi dan kediktatoran dan bukan hanya
> melawan kata yang telah
> dilumuri tujuan politik gelap. Kita bersihkan kata
>  dari  semua
> noda dan kotoran yang diberikan oleh penguasa dan
> diktator bangsa di masa
> lalu. Semua kita adalah pribumi-pribumi dari segala
> macam ras dan suku, sama
> derajat dan semua kita adalah bangsa Indonesia yang
> mencintai keadilan dan
> melawan semua bentuk diskriminasi politik, ekonomi,
> kebudayaan maupun ras.
> Kecuali memang ada yang berkeinginan lain. Itu
> adalah urusan mereka.
> Salam perkenalan dan persahabatan yang sehangat
> hangatnya dari saya.
> asahan aidit.
> 
> 
> 
> 
> 
> - Original Message - 
> From: "andri halim" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: "Andy Winata" <[EMAIL PROTECTED]>;
> ;
> <[EMAIL PROTECTED]>;
> <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Thursday, September 15, 2005 6:51 AM
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Mengapa harus
> mengharamkah istilah Pribumi
> dan Non Pribumi?
> 
> 
> > Salam saudara sekalian,
> >
> > Ingin rasanya mengungkapkan rasa di hati ini,
> > Seperti yg  diketahui telah beberapa ratus tahun
> Chung
> > hua tinggal di Indonesia, sebelum kedatangan VOC
> > pertama kali tahun 1600an pun orang-orang chung
> hua
> > telah tinggal bersama orang-orang asli di
> indonesia
> > untuk berdagang, pada saat pertama kali yang
> datang
> > hanya mereka yg berkelamin lelaki, karena pada
> sekitar
> > jaman dinasti Ming (kira2 1300an) ada larangan
> > perempuan tidak boleh ke luar negri, sehingga
> lelaki
> > chung hua perantauan menikah dengan penduduk asli
> > sekitar, dan ini berjalan dengan baik sampai akhir
> > diterbitkannya devide et empera oleh pihak
> Belanda,
> > semua mulai berjalan dengan tidak nyaman
> 
=== message truncated ===


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 




 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-19 Thread andri halim
Bung Asahan yang saya hormati,

Ah... pepatah, "padi semakin tua/berisi maka semakin
merunduk" pantas saya sandangkan kepada anda, senang
rasanya dapat mengenal anda yang berpandangan luas dan
semoga saya dapat belajar banyak dari anda.
terima kasih, 

Andri

--- BISAI <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Bung Andri Yang bijaksana,
> Komentar bung selalu singkat tapi padat. Saya
> belajar dari bung. Semua kita
> sesungguhnya masih belajar, tapi ada yang lebih
> cepat majunya dan ada yang
> kurang cepat. Saya termasuk yang kurang cepat itu.
> Tapi sungguh-sungguh saya
> juga ingin belajar dari siapapun. Tapi disamping
> belajar kita juga berusaha
> berbuat sungguh-sungguh. < Pribumi> , ,
>  , 
>  , < Peranakan> ,  , dsb,
> dsb-nya, CUMALAH sebuah
> kata atau nama. Dan apalah artinya sebuah nama. Tapi
> kita memang akan
> bersungguh-sungguh bila sebuah kata atau nama
> ditunggangi atau dimanipulasi
> seseorang atau penguasa, atau rezim atau siapa saja,
> untuk mengambil
> keuntungan tertentu dan merugikan orang banyak,
> apalagi merugikan seluruh
> rakyat. Tapi seperti juga pemikiran bung, kalau kata
> yang telah menjadi
> coreng moreng itu lalu rame-rame kita sikat dari
> muka bumi, dari kamus,
> disapu bersih, tapi bukan dibersihkan nodanya untuk
> kita miliki kembali
> sebagai kekayaan kita sendiri, perbuatan yang
> demikian bukanlah perbuataan
> yang produktif bahkan anti produktif. Secara
> berkelakar, bila umpamanya bung
> ditanya seseorang apakah pribumi atau non pribumi,
> lalu bung jawab: "Saya
> pribumi!". Lalu bung sendiri, umpamanya merasa lucu
> karena mata yang sipit,
> kulit yang lebih putih dari pribumi dsb,dsb. Juga
> yang menanyai yang tampak
> pribumi asli atau pribumi totok, juga berpikir
> seperti bung. Apakah ini
> lucu?. Ya, memang itu lucu. Tapi juga di sana
> terkandung satu keseriusan.
> Bung telah berani menggunakan hak bung, merasa
> pribumi dan memang pribumi.
> Soal yang bung anggap halangan karena mata sipit dan
> semua ciri-ciri husus
> yang bersifat biologis lainnya itu, kita anggap
> sebagai pergurauan yang
> membuat kita gembira, sebuah humor yang sehat. Saya
> menyaksikan sendiri
> meskipun hanya dalam sebuah film dokumenter, film
> ilmiah, bahwa DNA seorang
> warga Kirgistan yang ciri biologisnya sangat Cina,
> tapi ternyata dia masih
> mermiliki DNA nenek moyang asal muasal manusia,
> yanga sama dengan DNA-nya
> nenek moyang kita yang dari benua Afrika (ketika itu
> tentu saja belum ada
> yang namanya bangsa Afrika, cuma nama geografis
> saja) yang puluhan ribu
> tahun lalu. Dalam film itu juga tampak lucu, seorang
> yang berwajah Cina tapi
> punya DNA Afrika dan berkebangsaan Kirgistan. Dia
> tertawa, sang
> doktor(penyelidik) juga tertawa bahkan saya sendiri
> sebagai penonton TV itu
> turut tertawa. Tapi yang terserius adalah bahwa
> telah terbuktikan secara
> ilmiah yang tidak mungkin dibantah lagi bahwa kita
> umat manusia ini berasal
> dari nenek moyang yang sama. Semua kita dari Afrika.
> Tapi manusia telah
> terlanjur mengkotak-kotakkan dirinya menjadi
> puak-puak, suku-suku dan lalu
> bangsa-bangsa. Itu juga suatu yang wajar saja dalam
> perkembangan sejarah
> kehidupan manusia sebagai mahluk sosial dan mahluk
> dinamis. Tapi yang tidak
> wajar adalah,  ketika sekelompok manusia merasa
> dirinya lebih tinggi, lebih
> berhak dari kelompok atau bangsa yang lain dengan
> dirinya. Ketidak wajaran
> inilah yang kita lawan sepanjang masa. Tapi bagaima
> cara melawannya?. Tentu
> saja dengan bermacam cara yang sesuai dan juga
> mestinya efektif agar
> mendapatkan hasil yang kita inginkan. Di sinilah
> pentingnya kita saling
> bertukar pikiran dan saling belajar dan bukan hanya
> menuruti instruksi,
> perintah, apalagi pemaksaan mutlak dari para
> diktator bangsa yang bila perlu
> kita lawan, harus kita lawan dengan berbagai cara.
> Salam sebangsa  dan setanah air.
> asahan aidit
> 
> 
> - Original Message - 
> From: "andri halim" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: 
> Sent: Saturday, September 17, 2005 5:31 AM
> Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus
> mengharamkah istilah
> Pribumi dan Non Pribumi?
> 
> 
> > Salam hangatku utk Bung Asahan,
> >
> > Apa yang salah dengan kata "Pribumi" dan "Non
> > pribumi", jawabanku adalah tidak ada yang salah
> dengan
> > kata-kata tersebut, tetapi kata-kata tersebut
> dilihat
> > oleh sebagian orang seolah-olah sangat bersalah
> hanya
> > karena digunakan sebagai senjata oleh ORBA.
> >
> > Andaikata benar kalau kata "pribumi dan
> non-pribumi"
> > sangat begitu bersala