Re: [budaya_tionghua] Fwd: [smutarutung] Berita duka cita

2010-08-24 Thread Yitzhak ben Zvi
Kebhinekaan tentu merupakan asal kata dari untaian kata berikut:

Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa

Kita semua pasti tahu untaian kata tersebut.

Walaupun Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa adalah bahasa
Sansekerta dan bahasa Sansekerta adalah bahasa Asing, yang sebenarnya pernah
tidak asing di beberapa wilayah Nusantara. Tetapi makna dari Bhinneka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa belum tentu kita semua paham betul.

Makna, tentu lebih dalam dari sekadar untaian kata-kata yang menbentuk
kalimat. Karena makna adalah apa yang tersirat dalam kalimat tersebut.
Istilah Bhinneka Tunggal Ika di Nusantara dewasa ini, tentu bisa jadi hanya
lip service, juga bisa menjadi pedoman berbangsa kita dalam sehari-hari.


Saya memimpikan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa akan lestari di
bumi Nusantara. Saya memimpikan Semua manusia hidup damai sejahtera satu
sama lain.

Cuma saya miris dan nger melihat stereotipe yang terus dipelihara dan
akan selalu terjadi pada masyarakat dalam republik ini.

Ngeri akan masa depannya Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.

Bila stereotip istilah bhinneka seperti yang terjadi selama ini terus kita
pelihara, saya merasa kita semua belum memahami maknanya melainkan hanya
bermain pada level Jargon

Pertanyaan saya:

Apakah hubungan horizontal antar elemen masyarakat khusus beretnis Tionghoa
dengan etnis lainnya hanya bisa terbina dalam hubungan yang melibatkan
pelicin bernama EKONOMI?

maaf sebelumnya, tanpa bermaksud mentendensikan pembahasan ini kearah
tertentu, atau mencela orang yang telah berpulang atau motif2 lainnya, saya
pribadi tidak tahu apa yang telah dilakukan bapak Tommy sehingga merebut
simpati dari khalayak ramai. Jadi ini bukan tentang bapak Tommy dan siapapun
yang dekat dengan bapak Tommy.

Saya hanya bermaksud mengajak semua fihak untuk berfikir sejenak. Menatap
fenomena yang sebenarnya bukan fenomena lagi, tetapi sudah rahasia umum atau
mungkin sudah dianggap BUDAYA.

Apakah suku/etnis lain hanya bisa menerima seorang Tionghoa sebagai bagian
dari Bhineka Tunggal Ika, bila Tionghoa tersebut seorang yang berpengaruh
dalam ekonomi dan sanggup memberikan gratifikasi-gratifikasi bersifat
ekonomis pada etnis lain?

Karena terus terang, selama ini, inilah yang saya lihat, rasa dan pahami.
Hubungan horizontal antar manusia, dengan penduduk sekitar, dengan pejabat
pemerintahan setempat, dengan bawahan, dengan ormas, dll... semua tidak jauh
dari ekonomi.

Ibaratnya, persahabatan ini seolah semu, keakraban ini hanya ecek-ecek,
pembauran ini hanyalah masturbasi. Karena tanpa faktor X yang bernama
UANGnya Acong, maka Acong tidak akan akrab dengan Sitorus, Acong tidak akan
bergaul dengan Joko.

Stereotip, Cina atau Tionghoa sebagai ladang duit seharusnya sudah saatnya
dibuang jauh-jauh. Karena kita semua bisa bersaudara, kita semua dapat
berteman, kita semua mampu bersama-sama membangun hubungan tulus apa adanya,
tanpa peduli Ras, Suku, Kelas Ekonomi.

apakah stereotip ini harus terus berlanjut dan lestari dalam kehidupan
berbangsa di negara ini?

atau ada yang mau membantah adanya stereotip seperti ini?

2010/8/24 Dharma Hutauruk 

>
>
> Minggu lalu, Salah seorang Menantu Toko Tan Tarutung wafat dan disemayamkan
> di Jalan rajawali Selatan.
> Pak Tommy Suryadi (yang bukan orang Batak) banyak memberikan waktu, tenaga
> dan materi bagi kemajuan halak hita.
> Keponakan saya yang kuliah di IPB termasuk salah seorang Mahasiswa Tarutung
> yang mendapat uang saku bulanan dari keluarga ini namun sayang sekali dia DO
> ditengah jalan.
> Pada malam perkabungan sebelum jasadnya dibawa ke Medan, terdapat 2
> kelompok besar yakni kelompok Orang Tionghoa dan kelompok orang Batak.
> Bagus lah, kebhinekaan langsung terlihat dan mencair di perkabungan
> tersebut
>
> dharma
>
> -- Forwarded message --
> From: sriyati hutauruk 
> Date: 2010/8/24
> Subject: Re: [smutarutung] Berita duka cita
> To: Dharma Hutauruk 
>
>
>
> Sy gak dekat dengan beliau, hanya karena beliau suami kakak dr. Tan Gek
> Soan, salah seorang murid alm bapak saya Dj.P. Hutauruk. Dr. Tan Gek Soan
> sangat care sepanjang hidup Bapak saya dan waktu Bapak saya wafat di RS
> Fatmawati, Jakarta Mei 1993, beliau juga ada.
> Sedikit kenangan tentang Bpk Tommy.
> Saya pernah diundang pesta di  Colpatarin (saya lupa siapa yang pesta, tapi
> orang Tarutung banyak, mungkin waktu Ito Sahat Tobing mantu. Kel. Bp Tommy
> juga hadir. kebtulan, turun dari mobil kami berbarengan, saya melihat bp
> Tommy membuka dompet dan dengan sukacita membagikan uang ratusan ribu kepada
> teman2 beliau yang jumpa di luar gedung. Banyak memberi, lebih banyak lagi
> yang diterima. Waktu saya, suami dan Frans melayat (Gerda, Putri Bapak
> Tommy, mantu Bpk Cosmas Batubara, teman kuliah Frans) banyak sekali pelayat
> yang berkabung. Banyak amak asuh beliau yang menangis waktu salah seorang
> anak asuh membaca puisi untuk almarhum. Banyak karangan bunga sepanjang
> jalan, layaknya Pejabat Tinggi RI. pasti B

Re: [budaya_tionghua] Fwd: [smutarutung] Berita duka cita

2010-08-25 Thread Dharma Hutauruk
Saya pernah menerima khotbah yang mengatakan "Kemiskinan dibenci bahkan oleh
Saudara kandung"
Di tanah batak memang Orang Tionghoa keberadaannya sudah sangat lama.
Jelas memang mereka tidak ada yang menjadi petani seperti di Singkawang,
karena di tempat kami semua tanah (cukup sempit) adalah milik adat
(keluarga/marga) sehingga umumnya orang Tiongoa adalah pedagang.
Tentu tidak semua mereka menjadi Toke seperti Mertua Pak Tommy.
Pergaulan dan persaudaraan kami dengan mereka tidak melulu karena mereka
kaya raya atau karena royal. Karena bagaimana pun kami tumbuh besar bersama.
mulai dari main gundu, main bal-balan (tarohan bubur kacang ijo) hingga
sama-sama main judi.
Sehingga menjadi biasa kalau kita pun memanggil Nama Ayah masing-masing
untuk membuatnya kheki.
Jadi tidak mungkinlah kami (setelah besar) memuji satu sama lain hanya
karena FULUS.

Nah, tentang Pak Tommy sekeluarga,
Tentu saya tidak tahu apa motivasi mereka membantu para mahasiswa tersebut
sedemikian rupa
Beliau menghormati Ayah kami tentu karena merasa Bapak Gurunya lah yang
membuatnya menjadi Orang
Apakah kalau mereka tidak menghormatinya maka Bapak Gurunya akan
mengatakannya murid tidak tahu diri
Saya pikir tidak juga.
Apakah masyarakat Batak akan mengatakan keluarga ini kikir atau tidak perlu
dihormati bila tidak bantu Mahasiswa (seperti kebanyakan masyarakat kita
yang egois?) saya rasa tidak juga pak.

Akan tetapi seperti saya sampaikan di atas, memang sudah nasib manusia
dibenci apabila miskin.
Bacalah kitab-kitab klasik, betapa orang-orang Kay pang selalu menjadi
sasaran kemarahan orang kaya dan bangsawan

Jadi tidak perlu khawatir akan ke bhineka an. Tidak harus karena menderma.
Kita perlu optimis pak Yitzhak

kam sia

dharma

2010/8/24 Yitzhak ben Zvi 

>
>
> Kebhinekaan tentu merupakan asal kata dari untaian kata berikut:
>
> Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa
>
> Kita semua pasti tahu untaian kata tersebut.
>
> Walaupun Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa adalah bahasa
> Sansekerta dan bahasa Sansekerta adalah bahasa Asing, yang sebenarnya pernah
> tidak asing di beberapa wilayah Nusantara. Tetapi makna dari Bhinneka
> Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa belum tentu kita semua paham betul.
>
> Makna, tentu lebih dalam dari sekadar untaian kata-kata yang menbentuk
> kalimat. Karena makna adalah apa yang tersirat dalam kalimat tersebut.
> Istilah Bhinneka Tunggal Ika di Nusantara dewasa ini, tentu bisa jadi hanya
> lip service, juga bisa menjadi pedoman berbangsa kita dalam sehari-hari.
>
>
> Saya memimpikan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa akan lestari
> di bumi Nusantara. Saya memimpikan Semua manusia hidup damai sejahtera satu
> sama lain.
>
> Cuma saya miris dan nger melihat stereotipe yang terus dipelihara dan
> akan selalu terjadi pada masyarakat dalam republik ini.
>
> Ngeri akan masa depannya Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.
>
> Bila stereotip istilah bhinneka seperti yang terjadi selama ini terus kita
> pelihara, saya merasa kita semua belum memahami maknanya melainkan hanya
> bermain pada level Jargon
>
> Pertanyaan saya:
>
> Apakah hubungan horizontal antar elemen masyarakat khusus beretnis Tionghoa
> dengan etnis lainnya hanya bisa terbina dalam hubungan yang melibatkan
> pelicin bernama EKONOMI?
>
> maaf sebelumnya, tanpa bermaksud mentendensikan pembahasan ini kearah
> tertentu, atau mencela orang yang telah berpulang atau motif2 lainnya, saya
> pribadi tidak tahu apa yang telah dilakukan bapak Tommy sehingga merebut
> simpati dari khalayak ramai. Jadi ini bukan tentang bapak Tommy dan siapapun
> yang dekat dengan bapak Tommy.
>
> Saya hanya bermaksud mengajak semua fihak untuk berfikir sejenak. Menatap
> fenomena yang sebenarnya bukan fenomena lagi, tetapi sudah rahasia umum atau
> mungkin sudah dianggap BUDAYA.
>
> Apakah suku/etnis lain hanya bisa menerima seorang Tionghoa sebagai bagian
> dari Bhineka Tunggal Ika, bila Tionghoa tersebut seorang yang berpengaruh
> dalam ekonomi dan sanggup memberikan gratifikasi-gratifikasi bersifat
> ekonomis pada etnis lain?
>
> Karena terus terang, selama ini, inilah yang saya lihat, rasa dan pahami.
> Hubungan horizontal antar manusia, dengan penduduk sekitar, dengan pejabat
> pemerintahan setempat, dengan bawahan, dengan ormas, dll... semua tidak jauh
> dari ekonomi.
>
> Ibaratnya, persahabatan ini seolah semu, keakraban ini hanya ecek-ecek,
> pembauran ini hanyalah masturbasi. Karena tanpa faktor X yang bernama
> UANGnya Acong, maka Acong tidak akan akrab dengan Sitorus, Acong tidak akan
> bergaul dengan Joko.
>
> Stereotip, Cina atau Tionghoa sebagai ladang duit seharusnya sudah saatnya
> dibuang jauh-jauh. Karena kita semua bisa bersaudara, kita semua dapat
> berteman, kita semua mampu bersama-sama membangun hubungan tulus apa adanya,
> tanpa peduli Ras, Suku, Kelas Ekonomi.
>
> apakah stereotip ini harus terus berlanjut dan lestari dalam kehidupan
> berbangsa di negara ini?
>
> atau ada yang mau membantah adanya stereoti