Re: [ITCENTER] Di Telematika - Estafetnya Para Calon Teknisi

2005-12-25 Terurut Topik totok
Dear Jeni Sudarwati,

Saya kurang ngerti apa yg anda bahas di sini,  tulung di perjelas,  Apakah
hanya membuat pernyataan atau pengaduan, atau hasutan ?, Tread ini hanya
membahas mengenai Ilmu Komputer,.


sip


totok

On 12/23/05, Jeni Sudarwati <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Jeni Sudarwati:
>
>
> Di Telematika - Estafetnya para Calon Teknisi
>
>
> Kalau di rubrik Teknologi dalam koran-koran masih suka menyebut istilah
> teknologi informasi, perlu anda ketahui bahwa hal itu sebenarnya sudah
> usang. Di dalam informatika sendiri istilah TI telah berkembang menjadi
> Telematika ( cat: 2005 )- yang kurang lebih artinya informasi yang mampu
> dikomunikasikan - ya, begitulah istilah, yang kadang-kadang selalu
> berubah-ubah dan oleh sebagian orang dianggap tidak penting.
>
>
>   Melihat para mahasiswa teknik ini - mayoritas jelas ditujukan untuk
> menjadi calon teknisi - calon tukang - tukang program, tukang utak-atik, dan
> hal-hal yang bersifat teknis lainnya - yang kelak ilmunya tidak awet dan
> cepat kadaluarsa. Maka mereka ini seperti membawa lari sebuah tongkat untuk
> diberikan pada orang berikutnya - seperti lari estafet.
>
>
>   Bagaimana tidak? sebagai contoh misalnya visul basic 6.0 yang susah
> payah dipelajari maka keesokan harinya bisa dengan mudah berubah menjadi
> visual basic.net, visual basic.net mencerap dari visual basic 6.0 maka
> sudah ketinggalan zaman-lah yang kemarin-kemarin itu tak peduli sampai
> jungkir balik kau mempelajarinya - kalau sudah tak laku ya tak laku!
> Begitu itu sudah hukum alam. Dan itu masih satu contoh hal yang bisa
> dianggap kecil, belum mencakup ilmu teknologi yang lebih global.
>
>
>   Ah, nasibmu para calon teknisi kalaupun nanti menerbitkan buku teknologi
> maka tak akan bisa abadi seperti karya sastra atau ilmu-ilmu murni dan
> filsafat. Tak bisa bertahan berlama-lama, bertahun-tahun, bahkan terlalu
> mustahil kalau sampai se-abad!
> Mungkin dan kalau tega hati buku ilmu komputer dalam waktu 20 tahun
> setelah diterbitkannya bisa jadi bungkus kacang saja.
>
>
> Kalau ilmu murni seperti psikologi bisa semakin relevan dari abad ke abad
> seperti yang ditulis William James si bapak Psikologi aliran pragmatisme itu
> sehingga terus di cetak ulang,sedangkan yang terjadi pada sebagian buku
> komputer justru sebaliknya - lain ladang, lain ilalang!.
>
>
>   Padahal kerja nya tiap-tiap hari tak bisa dianggap enteng - kalau harus
> menyelesaikan program - dahi bisa jadi berkerut, mata menjadi sayu dan wajah
> yang sudah tidak "fresh" tambah tampak buram karena terlalu banyak tersedot
> efek elektomagnetiknya komputer. Ilmunya terus berkembang dan berlari secara
> estafet tapi nama di belakangnya jarang-jarang tercatat, tetap saja teknisi
> - si para tukang. Kalau katanya Umar Kayam, "sumber daya manusia dengan
> pengertiannya yang ekonomis - materialistis - teknokratis" (Dialog, Siap
> Pakai dan Terampil - Kompas,4 Februari 1997).
>
>
> Bahkan Umar Kayam sempat mengulas tentang pikiran C.P. Snow -novelis dan
> ahli fisika- yang dikhawatirkannya hanya sekedar menjadi obrolan yang Utopia
> bahwa manusia manusia seperti kita terlalu mengkotak-kotakkan antara eksakta
> dan Non-eksakta sehingga tidak mampu menyeberangi berbagai bentuk cabang
> ilmu.
>
>
>   Sejauh mata memandang di teknik sangat jarang yang tahu karya sastra,
> tulisan pramoedya ananta toer, Budi Darma atau lain-lainnya bahkan yang
> se-kontroversial Ayu Utami pun bisa menjadi pembicaraan yang cukup membuat
> "roaming" telinga apalagi sejarah khususnya Indonesia di tahun 1965 yang
> masih menjadi pembicaraan cukup sengit sampai sekarang, yang gencar justru
> komik-komik dari jepang yang dioper dari satu tangan ke tangan berikutnya
> dan sesekali foto-foto aktor aktris mandarin yang banyak menghias serial
> cinta di televisi - setidaknya itu pendapat pribadi dari saya, dari yang
> saya amati, dari tempat dimana saya kuliah.
>
>
>   Kalau membuat program memang canggih dan hebatnya bukan main bahkan
> kalau misal ada VCD dan DVD-nya bisa mendapat label "two thumb's up!" .
> Sedang untuk urusan sastra hanya dianggap isapan jempol belaka,-
>
>
>   Lalu salah siapa ini? warisan abad pertengahan yang terlalu
> menspesialisasikan universitas ke dalam fakultas-fakultas? salahnya orang
> eksakta? orang non-eksakta? atau salahmu sendiri?
>
>
>   Memang pengertian-pengertian tentang hal ini akan lebih membawa ke arah
> pesimisme lebih-lebih ilmu murni yang selalu dianggap lebih tinggi dari
> ilmu-ilmu tukang tersebut - ilmu-ilmu teknik, sehingga kita jadi cenderung
> tidak mau bergerak dan stagnant. Alasannya, "Buat apa? mau apa? toh akhirnya
> sudah kita tahu!"
>
>
> Putus asa terlebih dahulu karena sudah menyadari jalan akhirnya nanti,
> seharusnya ini bisa menjadi kasus yang cukup unik. Saya sendiri pernah
> mengalami keputus-asaan semacam ini "Buat apa? mau apa? toh akhirnya saya
> sudah tahu!" - kesia-sian tersebut saya bawa terus sampai ke jenjang
> semester dua.
>
>
>   Menyadari saya ada di dalamnya, di da

Re: [ITCENTER] Di Telematika - Estafetnya Para Calon Teknisi

2005-12-25 Terurut Topik totok
Dear Jeni Sudarwati,

Saya kurang ngerti apa yg anda bahas di sini,  tulung di perjelas,  Apakah
hanya membuat pernyataan atau pengaduan, atau hasutan ?, Tread ini hanya
membahas mengenai Ilmu Komputer,.


sip


totok

On 12/23/05, Jeni Sudarwati <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Jeni Sudarwati:
>
>
> Di Telematika - Estafetnya para Calon Teknisi
>
>
> Kalau di rubrik Teknologi dalam koran-koran masih suka menyebut istilah
> teknologi informasi, perlu anda ketahui bahwa hal itu sebenarnya sudah
> usang. Di dalam informatika sendiri istilah TI telah berkembang menjadi
> Telematika ( cat: 2005 )- yang kurang lebih artinya informasi yang mampu
> dikomunikasikan - ya, begitulah istilah, yang kadang-kadang selalu
> berubah-ubah dan oleh sebagian orang dianggap tidak penting.
>
>
>   Melihat para mahasiswa teknik ini - mayoritas jelas ditujukan untuk
> menjadi calon teknisi - calon tukang - tukang program, tukang utak-atik, dan
> hal-hal yang bersifat teknis lainnya - yang kelak ilmunya tidak awet dan
> cepat kadaluarsa. Maka mereka ini seperti membawa lari sebuah tongkat untuk
> diberikan pada orang berikutnya - seperti lari estafet.
>
>
>   Bagaimana tidak? sebagai contoh misalnya visul basic 6.0 yang susah
> payah dipelajari maka keesokan harinya bisa dengan mudah berubah menjadi
> visual basic.net, visual basic.net mencerap dari visual basic 6.0 maka
> sudah ketinggalan zaman-lah yang kemarin-kemarin itu tak peduli sampai
> jungkir balik kau mempelajarinya - kalau sudah tak laku ya tak laku!
> Begitu itu sudah hukum alam. Dan itu masih satu contoh hal yang bisa
> dianggap kecil, belum mencakup ilmu teknologi yang lebih global.
>
>
>   Ah, nasibmu para calon teknisi kalaupun nanti menerbitkan buku teknologi
> maka tak akan bisa abadi seperti karya sastra atau ilmu-ilmu murni dan
> filsafat. Tak bisa bertahan berlama-lama, bertahun-tahun, bahkan terlalu
> mustahil kalau sampai se-abad!
> Mungkin dan kalau tega hati buku ilmu komputer dalam waktu 20 tahun
> setelah diterbitkannya bisa jadi bungkus kacang saja.
>
>
> Kalau ilmu murni seperti psikologi bisa semakin relevan dari abad ke abad
> seperti yang ditulis William James si bapak Psikologi aliran pragmatisme itu
> sehingga terus di cetak ulang,sedangkan yang terjadi pada sebagian buku
> komputer justru sebaliknya - lain ladang, lain ilalang!.
>
>
>   Padahal kerja nya tiap-tiap hari tak bisa dianggap enteng - kalau harus
> menyelesaikan program - dahi bisa jadi berkerut, mata menjadi sayu dan wajah
> yang sudah tidak "fresh" tambah tampak buram karena terlalu banyak tersedot
> efek elektomagnetiknya komputer. Ilmunya terus berkembang dan berlari secara
> estafet tapi nama di belakangnya jarang-jarang tercatat, tetap saja teknisi
> - si para tukang. Kalau katanya Umar Kayam, "sumber daya manusia dengan
> pengertiannya yang ekonomis - materialistis - teknokratis" (Dialog, Siap
> Pakai dan Terampil - Kompas,4 Februari 1997).
>
>
> Bahkan Umar Kayam sempat mengulas tentang pikiran C.P. Snow -novelis dan
> ahli fisika- yang dikhawatirkannya hanya sekedar menjadi obrolan yang Utopia
> bahwa manusia manusia seperti kita terlalu mengkotak-kotakkan antara eksakta
> dan Non-eksakta sehingga tidak mampu menyeberangi berbagai bentuk cabang
> ilmu.
>
>
>   Sejauh mata memandang di teknik sangat jarang yang tahu karya sastra,
> tulisan pramoedya ananta toer, Budi Darma atau lain-lainnya bahkan yang
> se-kontroversial Ayu Utami pun bisa menjadi pembicaraan yang cukup membuat
> "roaming" telinga apalagi sejarah khususnya Indonesia di tahun 1965 yang
> masih menjadi pembicaraan cukup sengit sampai sekarang, yang gencar justru
> komik-komik dari jepang yang dioper dari satu tangan ke tangan berikutnya
> dan sesekali foto-foto aktor aktris mandarin yang banyak menghias serial
> cinta di televisi - setidaknya itu pendapat pribadi dari saya, dari yang
> saya amati, dari tempat dimana saya kuliah.
>
>
>   Kalau membuat program memang canggih dan hebatnya bukan main bahkan
> kalau misal ada VCD dan DVD-nya bisa mendapat label "two thumb's up!" .
> Sedang untuk urusan sastra hanya dianggap isapan jempol belaka,-
>
>
>   Lalu salah siapa ini? warisan abad pertengahan yang terlalu
> menspesialisasikan universitas ke dalam fakultas-fakultas? salahnya orang
> eksakta? orang non-eksakta? atau salahmu sendiri?
>
>
>   Memang pengertian-pengertian tentang hal ini akan lebih membawa ke arah
> pesimisme lebih-lebih ilmu murni yang selalu dianggap lebih tinggi dari
> ilmu-ilmu tukang tersebut - ilmu-ilmu teknik, sehingga kita jadi cenderung
> tidak mau bergerak dan stagnant. Alasannya, "Buat apa? mau apa? toh akhirnya
> sudah kita tahu!"
>
>
> Putus asa terlebih dahulu karena sudah menyadari jalan akhirnya nanti,
> seharusnya ini bisa menjadi kasus yang cukup unik. Saya sendiri pernah
> mengalami keputus-asaan semacam ini "Buat apa? mau apa? toh akhirnya saya
> sudah tahu!" - kesia-sian tersebut saya bawa terus sampai ke jenjang
> semester dua.
>
>
>   Menyadari saya ada di dalamnya, di da

Re: [ITCENTER] Di Telematika - Estafetnya Para Calon Teknisi

2005-12-25 Terurut Topik Mpu Gondrong
Jumat, 23/12/2005 09:51:26, Jeni menulis:

JS> Di Telematika - Estafetnya para Calon Teknisi
JS>   Belajar itu bekerja dan bekerja harus militan!
   
Betul, bekerja itu harus ulet tanpa perlu banyak keluh kesah, jgn
kebanyakan baca novel dan buku psikologi, nanti jadi sentimentil
sendiri. :-)

Pernah saya dapat email dari anggota ACT (Aksi Cepat Tanggap) yg
membahas pertanyaan (kurang lebih) 'mengapa kita harus menolong?'.
Jawabannya cukup jitu, yaitu 'tidak usah banyak bertanya, lakukan
saja'.

Bicara tokoh2 teknis, apa yg kurang sebenarnya? Ada Edison, Bell,
Hertz, George Boole, Alan Turing, hingga Bill Gates (anggaplah dia
orang teknik mantan prgmer Basic). Kalo soal ilmu murni dan terapan,
mana yg lebih baik ? Yaitu ilmu yg bermanfaat dan diamalkan.

Di suatu kaset lawak pernah ada pertanyaan, siapa yg membangun candi
Borobudur ? Dijawab rombongan (maksudnya tukang2, red). Saya rasa itu
jawaban yg jujur. Bukan Syailendra atau Smaratungga. Para tukang itu
tidak banyak bertanya, membaca novel Umar Kayam atau bukunya William
James, tapi lakukan saja.

Tertanda,
Oguds [36856104]


-- 
www.itcenter.or.id - Komunitas Teknologi Informasi Indonesia 
Info, Gabung, Keluar, Mode Kirim : [EMAIL PROTECTED] 
:: Hapus bagian yang tidak perlu (footer, dst) saat reply! :: 
## Jobs: itcenter.or.id/jobs ## Bursa: itcenter.or.id/bursa ##
$$ Iklan/promosi : www.itcenter.or.id/sponsorship $$

[@@] Jaket ITCENTER tersedia di http://shop.itcenter.or.id 

 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ITCENTER/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ITCENTER] Di Telematika - Estafetnya Para Calon Teknisi

2005-12-23 Terurut Topik Jeni Sudarwati
Jeni Sudarwati:
   
  
Di Telematika - Estafetnya para Calon Teknisi
   
  
Kalau di rubrik Teknologi dalam koran-koran masih suka menyebut istilah 
teknologi informasi, perlu anda ketahui bahwa hal itu sebenarnya sudah usang. 
Di dalam informatika sendiri istilah TI telah berkembang menjadi Telematika ( 
cat: 2005 )- yang kurang lebih artinya informasi yang mampu dikomunikasikan - 
ya, begitulah istilah, yang kadang-kadang selalu berubah-ubah dan oleh sebagian 
orang dianggap tidak penting.
   
   
  Melihat para mahasiswa teknik ini - mayoritas jelas ditujukan untuk menjadi 
calon teknisi - calon tukang - tukang program, tukang utak-atik, dan hal-hal 
yang bersifat teknis lainnya - yang kelak ilmunya tidak awet dan cepat 
kadaluarsa. Maka mereka ini seperti membawa lari sebuah tongkat untuk diberikan 
pada orang berikutnya - seperti lari estafet.
   
   
  Bagaimana tidak? sebagai contoh misalnya visul basic 6.0 yang susah payah 
dipelajari maka keesokan harinya bisa dengan mudah berubah menjadi visual 
basic.net, visual basic.net mencerap dari visual basic 6.0 maka sudah 
ketinggalan zaman-lah yang kemarin-kemarin itu tak peduli sampai jungkir balik 
kau mempelajarinya - kalau sudah tak laku ya tak laku!
Begitu itu sudah hukum alam. Dan itu masih satu contoh hal yang bisa dianggap 
kecil, belum mencakup ilmu teknologi yang lebih global.
   
   
  Ah, nasibmu para calon teknisi kalaupun nanti menerbitkan buku teknologi maka 
tak akan bisa abadi seperti karya sastra atau ilmu-ilmu murni dan filsafat. Tak 
bisa bertahan berlama-lama, bertahun-tahun, bahkan terlalu mustahil kalau 
sampai se-abad!
Mungkin dan kalau tega hati buku ilmu komputer dalam waktu 20 tahun setelah 
diterbitkannya bisa jadi bungkus kacang saja.
   
  
Kalau ilmu murni seperti psikologi bisa semakin relevan dari abad ke abad 
seperti yang ditulis William James si bapak Psikologi aliran pragmatisme itu 
sehingga terus di cetak ulang,sedangkan yang terjadi pada sebagian buku 
komputer justru sebaliknya - lain ladang, lain ilalang!.
   
   
  Padahal kerja nya tiap-tiap hari tak bisa dianggap enteng - kalau harus 
menyelesaikan program - dahi bisa jadi berkerut, mata menjadi sayu dan wajah 
yang sudah tidak "fresh" tambah tampak buram karena terlalu banyak tersedot 
efek elektomagnetiknya komputer. Ilmunya terus berkembang dan berlari secara 
estafet tapi nama di belakangnya jarang-jarang tercatat, tetap saja teknisi - 
si para tukang. Kalau katanya Umar Kayam, "sumber daya manusia dengan 
pengertiannya yang ekonomis - materialistis - teknokratis" (Dialog, Siap Pakai 
dan Terampil - Kompas,4 Februari 1997).
   
  
Bahkan Umar Kayam sempat mengulas tentang pikiran C.P. Snow -novelis dan ahli 
fisika- yang dikhawatirkannya hanya sekedar menjadi obrolan yang Utopia bahwa 
manusia manusia seperti kita terlalu mengkotak-kotakkan antara eksakta dan 
Non-eksakta sehingga tidak mampu menyeberangi berbagai bentuk cabang ilmu.
   
   
  Sejauh mata memandang di teknik sangat jarang yang tahu karya sastra, tulisan 
pramoedya ananta toer, Budi Darma atau lain-lainnya bahkan yang 
se-kontroversial Ayu Utami pun bisa menjadi pembicaraan yang cukup membuat 
"roaming" telinga apalagi sejarah khususnya Indonesia di tahun 1965 yang masih 
menjadi pembicaraan cukup sengit sampai sekarang, yang gencar justru 
komik-komik dari jepang yang dioper dari satu tangan ke tangan berikutnya dan 
sesekali foto-foto aktor aktris mandarin yang banyak menghias serial cinta di 
televisi - setidaknya itu pendapat pribadi dari saya, dari yang saya amati, 
dari tempat dimana saya kuliah.
   
   
  Kalau membuat program memang canggih dan hebatnya bukan main bahkan kalau 
misal ada VCD dan DVD-nya bisa mendapat label "two thumb's up!" . Sedang untuk 
urusan sastra hanya dianggap isapan jempol belaka,-
   
   
  Lalu salah siapa ini? warisan abad pertengahan yang terlalu 
menspesialisasikan universitas ke dalam fakultas-fakultas? salahnya orang 
eksakta? orang non-eksakta? atau salahmu sendiri?
   
   
  Memang pengertian-pengertian tentang hal ini akan lebih membawa ke arah 
pesimisme lebih-lebih ilmu murni yang selalu dianggap lebih tinggi dari 
ilmu-ilmu tukang tersebut - ilmu-ilmu teknik, sehingga kita jadi cenderung 
tidak mau bergerak dan stagnant. Alasannya, "Buat apa? mau apa? toh akhirnya 
sudah kita tahu!"
   
  
Putus asa terlebih dahulu karena sudah menyadari jalan akhirnya nanti, 
seharusnya ini bisa menjadi kasus yang cukup unik. Saya sendiri pernah 
mengalami keputus-asaan semacam ini "Buat apa? mau apa? toh akhirnya saya sudah 
tahu!" - kesia-sian tersebut saya bawa terus sampai ke jenjang semester dua.
   
   
  Menyadari saya ada di dalamnya, di dalam sebuah sistem besar yang 
mengklasifikasikan diri kedalam fakultas yang cukup menekan. Bahkan kesadaran 
semacam ini cukup membuat risau jika tidak dicarikan jalan "terang" yang baik, 
sehingga di saat-saat tertentu saya perlu membuat diri "tidak sadar" sehingga 
menjadi manusia "normal" sehingga tidak menim