Balasan: [media-dakwah] Pengaruh Terbaik

2007-03-05 Thread dd soedarpo
Bila Hati Kita Bening 


SEORANG ulama berkata: "Mustakhil seseorang bisa masuk surga di akhirat, kalau 
ketika di dunia ini dia tidak bisa menikmati surga dunia". Ketika ditanya apa 
yang dimaksud dengan surga dunia, ia menjawab: "Hati yang bening ". Bahkan bagi 
hamba Allah yang berhati bening, pada waktu ia sakaratul maut, para malaikat 
memanggilnya dengan sangat indah, dan memberi perlakuan yang santun dan ramah: 
"Hai jiwa yang tenang (muthmainnah), kembalilah pada Tuhan Mu dengan hati yang 
puas lagi diredhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku. Dan 
masuklah ke dalam surga-Ku", (QS.Surah Al Fajr : 27-30). Allah SWT berfirman : 
"Di hari kiamat harta dan anak-anak tidak berguna lagi. Kecuali orang-orang 
yang menghadap Allah dengan hati yang bening ( sejahtera, bersih ) dan beriman 
" ( Asy-Syuara 88-89 ). Rasulullah SAW, bersabda : "Allah tidak melihat kepada 
rupamu dan hartamu ( gambaran lahir ) tetapi Dia melihat hati kamu dan amalan 
kamu" (HR.Muslim). Dalam hadis lain Nabi Akhir
 zaman ini menerangkan : "Yang dinamakan kekayaan, bukan hanya semata-mata 
banyaknya harta benda, tapi yang dinamakan kekayaan yang sejati ialah hati yang 
bening". Betapa sederhananya konsep hidup bahagia menurut Rasulullah SAW 
seperti yang disabdakannya : "Bila engkau bangun pagi, sehat badanmu, bening 
hatimu dan ada yang dimakan buat hari itu seolah-olah dunia ini engkau yang 
punya." 

Hati yang bening, pertanda seseorang memiliki iman yang "HAQ", iman yang 
sebenarnya. Ia dapat melihat Allah dengan mata hatinya dalam melihat apapun. 
Dengan kalimat lain, Ia segera teringat kepada Allah setiap kali memandang atau 
terpandang apa saja ciptaan Allah. Masya Allah, mereka yang mencapai iman haq 
diberi gelar oleh Allah sebagai muqarrobin yaitu orang-orang yang dirinya dekat 
dengan Allah. Merekalah yang kita kenal sebagai Wali Allah. Sifat istimewa yang 
ada pada mereka adalah seperti digambarkan Allah : " Sesungguhnya wali-wali 
Allah itu tidak pernah merasa takut dan dukacita" (Yunus : 62). Mereka ini 
dalam suasana apa saja, tetap tenang, lapang, lega dan bahagia. 

Orang yang berhati bening, merasa setiap detik dirinya selalu dalam pengawasan 
Allah SWT. Karena itu dalam beramal ia teramat ikhlas kapan dan dimanapun. 
Tidak ada bedanya ketika ditengah orang banyak atau ketika sendirian ditempat 
sepi. Salah satu contoh sejarah yang sering diungkap. Khalifah Umar bin Khattab 
RA ingin menguji sampai dimana kekokohan iman salah seorang rakyatnya. Dalam 
satu perjalanan incognito (menyamar), khalifah kedua ini bertemu dengan seorang 
pengembala yang tengah mengembalakan kambing milik tuannya. Umar bertanya : 
"Siapa yang punya kambing ini ?". "Milik Tuan saya. Rumah beliau jauh dibalik 
bukit sana", jawabnya. Pendek cerita, Umar membujuknya agar bersedia menjual 
seekor saja dengan memberikan berbagai alasan bila perbuatannya itu kelak 
diketahui oleh majikannya. "Baiklah !. Memang Tuan saya tidak melihat. Tapi 
Allah pasti melihatnya", kilah Budak pengembala. Si Pengembala itu memang buta 
huruf. Tapi hatinya tidak buta. Dia bisa pegang amanah
 majikannya. Ujar Imam Al Ghazali RA : " Kalau engkau menghadapi keragu-raguan, 
maka minta fatwalah kepada hati nuranimu karena ia tidak pernah berdusta". 

Imam Al Ghazali RA menulis mengenai jaminan Allah kepada orang yang berhati 
bening itu : "Mereka akan memperoleh rezeki harian dan keperluan hidup yang 
pokok tanpa melalui usaha dan ikhtiar. Allah akan mendatangkan rezeki kepadanya 
dari jalan yang tidak disangka-sangka". Pendapat Hujjatul Islam itu pasti 
berdasarkan firman Allah SWT. "Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, Allah 
akan melepaskannya dari setiap kesusahan hidup dan memberikan rezeki dari 
sumber yang tidak diduga-duga." ( At-Thalaq 2-3 ). 

.Kita teringat sejarah. Waktu Sayyidina Umar bin Khattab RA.menjadi khalifah, 
dia mengutus Gubernur-Gubernur untuk pergi seorang diri tanpa pengawal ke Syam, 
Palestina, Mesir dan Iraq. Apa alasan Umar ?. Karena Umar tahu, gubernur yang 
dia pilih itu, adalah orang-orang yang takwa (berhati bening) sehingga mampu 
menjaga amanah. Dan terbukti. Orang-orang Yahudi dan Majusi, serta Nasrani 
dapat menerima mereka serta mentaatinya, apalagi orang-orang Islam. Kata Abuya 
Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi, ulama besar Malaysia dalam bukunya Ilmu 
& Hikmah, " Seolah-olah Tuhan berkata : ' Cukup satu orang saja yang bertakwa 
akan dapat menundukkan orang-orang banyak ." 

Umar bin Khattab RA. saking bening hatinya, sampai-sampai, syaitan dan iblis 
tidak berani melewati jalan yang pernah dilalui oleh Umar apalagi berhadapan 
.Masya Allah. Umar juga memiliki "bashirah", pandangan bathin yang tajam. 
Ketika beliau sedang berkhotbah Jumat, dari atas mimbar, beliau memberikan 
komando : "Hai Fulan, segera ambil posisi di punggung bukit. Musuh kalian 
berada dibawah. Kalian akan mudah menghunjamkan anak panah kalian kepada 
musuh", padahal jaraknya ribuan mil. Mustakhil dapat dilihat dengan kasat mata. 
P

Balasan: [media-dakwah] Fw: Sedekah

2007-03-06 Thread dd soedarpo
Hidup Jadi Indah dengan Sedekah


  ALLAH SWT. dalam surah Al Lail ayat 4-7, telah memberikan resep teramat ampuh 
bagi siapa saja yang menginginkan hidup serba mudah dan bahagia sejak di dunia 
sampai di akhirat kelak. Intinya, istiqamah bersedekah dan bertaqwa. 

Rasul SAW. menerangkan, jika seseorang ingin betul dihilangkan kesulitannya, 
diringankan bebannya, dan ditolong semua permasalahannya, maka dia harus 
membantu mereka yang lebih susah, lebih menderita dan lebih bermasalah. Dalam 
sebuah hadis riwayat Thabrani dari Abu Darda, Rasulullah SAW. pernah bertanya 
kepada sejumlah sahabatnya : " Apakah kalian menginginkan kepuasan dan 
kesuksesan bathin serta terpenuhi kebutuhan hidup kalian ? ". Lalu beliau SAW. 
bersabda : " Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya dan berikanlah makanan 
yang sama dengan makanan yang engkau makan PASTI kalian akan mendapatkan 
kesuksesan bathin dan akan terpenuhi kebutuhan hidup kalian." 

Abu Hurairah RA.meriwayatkan, bahwa Nabi SAW. bersabda: "Orang yang pemurah 
(penderma) itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga dan 
jauh dari neraka. Adapun orang yang bakhil (kikir) itu jauh dari Allah, jauh 
dari manusia, jauh dari surga dekat dengan neraka." 

Saking penting dan mulianya bersedekah itu, maka terhadap sahabat termiskin 
sekalipun, seperti Abu Dzar Al Ghifari, Rasulullah SAW tetap menganjurkannya. 
Karena gencarnya Baginda SAW membujuk Abu Dzar untuk istiqamah bersedekah, ia 
menjadi "penasaran" dan memberanikan diri untuk bertanya : "Ya Nabi Allah ! 
Engkau menyuruh kami bersedekah. Apa hakekat sedekah itu ?". Nabi Mulia SAW ini 
menjawab : "Sedekah itu sesuatu yang ajaib". Kalimat itu diulangi beliau tiga 
kali berturut-turut menandakan utamanya. 

Kepada Ali bin Abi Thalib KW, menantunya, Rasulullah SAW. berwasiat : "Wahai 
Ali !.Keluarkanlah infak hartamu dan berilah kelapangan terhadap familimu dan 
janganlah khawatir terhadap Allah SWT yang memiliki ' Arsy bahwa DIA akan 
menyediakan karunia-Nya terhadapmu." Dan dalam satu hadis Qudsi Allah SWT. 
berfirman : " Wahai manusia !. Kekayaan-Ku tidak akan pernah habis selamanya. 
Semakin banyak engkau berinfak, sebanyak itu pula aku memberi rezeki padamu. 
Seberapa pula tingkat kekikiranmu sekedar itu pula Aku menahan rezekimu 
padamu." Sejak itu pula Ali bin Abi Thalib KW walaupun hidupnya tergolong 
miskin, setiap hari berupaya untuk bersedekah, kendatipun harus bekerja sebagai 
" pekerja " kasar, misalnya mengambil upah mengangkut air minum. Menurut Ibnu 
Abbas RA. dalam Tafsir Al Qurthuby, bahwa turunnya ayat 274 surah Al Baqarah 
itu, adalah karena memuji sikap Ali. Ia memiliki uang hanya 4 dirham. Ia 
menginfakkan 1 dirham di waktu malam dan 1 dirham di waktu siang, 1 dirham
 ia infakkan dengan cara sembunyi dan 1 dirham lagi, ia infakkan dengan cara 
terang-terangan. Ia tidak pernah merasa khawatir menghadapi hari esok, karena 
ia tahu Allah SWT menjamin rezeki hamba-Nya. Ia mendahulukan perniagaan dengan 
Allah, sebab ia yakin terhadap janji-Nya yang akan menggantinya dengan basalan 
yang terbaik.( QS. (2) : 261). 

Uwais Al Qarni, termasuk generasi tabi'in. Rasul SAW menyebutnya sebagai 
sebaik-baik sahabat dari kaum tabi'in. Apa keistimewaan Uwais, sehingga 
walaupun tidak sempat bertemu Rasulullah SAW. tapi Baginda SAW. memujinya ?. 
Pertama, Uwais amat berbakti kepada ibunya. Dialah yang mengurungkan niat 
berangkat haji dan hasrat mengunjungi Rasulullah SAW, lantaran ibunya tidak 
ingin ditinggalkan sendirian olehnya. Kedua, walaupun hidupnya teramat miskin, 
tapi paling dermawan. Uwais bekerja sebagai pengembala dengan gaji 4 dirham. " 
Aku ini adalah pengembala yang digaji 4 dirham dan semuanya tidak masuk ke 
perutku.", ujarnya ketika pada suatu waktu ditanya oleh Umar bin Khattab RA dan 
Ali KW. Dalam sejarah kehidupan Uwais juga tercatat, dia biasa makan makanan 
yang diambil dari tempat sampah, setelah dibersihkan, lalu di bagi dua. 
Sebagian ia makan dan sebagian lagi ia sedekahkan..Setelah itu Uwais berdoa : 
"Ya Allah aku berlindung kepada-Mu jika masih ada hamba-Mu yang kelaparan." 

Ali Ath Thontowi, ulama terkenal dari Universitas Al Azhar Qairo berpesan : 
"Bila Anda membahagiakan Saudara Anda dengan pemberian, maka Allah akan 
membahagiakan Anda dengan pemberian-Nya yang tak terduga. Dan tak pernah Anda 
nantikan. Yang jelas pahala akhirat adalah lebih besar. Oleh karena itu 
pilihlah pakaianmu yang sekiranya lebih dan mainan serta permen anakmu dan 
lain-lain yang tak lagi dibutuhkan. Kirimkanlah kepada anak-anak tetanggamu 
yang fakir. Upayakanlah Anda bisa membuat mereka hidup senang sehari saja dalam 
setahun, sebagaimana Anda menikmatinya setiap hari sepanjang masa." 

Diantaran keistimewaan sedekah dan infak berdasar Quran dan Hadis :. 
1.Melepaskan diri dari sifat perbudakan. Rasul SAW. bersabda : " Sesungguhnya 
sedekah dapat menolak 70 pintu bencana.". 2 Merupakan obat dalam diri 
kita.Rasul SAW.bersabda : " Obatilah penyakitmu dengan bersedekah." 3. 

Balasan: [media-dakwah] Saatnya Kembali Kepada ALLAH

2007-03-06 Thread dd soedarpo
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
  Melihat kondisi masyarakat Indonesia, dimana yang berbuat jelas haram banyak 
dibiarkan saja seperti, Zinah, mencela orang lain, pakaian yang tidak menutup 
aurat, uang yang tidak halal yg sudah sangat melekat di masyarakat ( pejabat, 
penegak2 hukum, pelanggar hukum, pemeriksa maupun yg diperiksa), pedagang yg 
tidak jujur, yang jelas halal malahan dicerca dan banyak sekali lainnya serta 
belum nampak adanya kesadaran bertaubat, maka musibah-musibah yang terjadi 
terus menerus ini saya cenderung mengatakan ini adalah peringatan atau Adzab 
agar kita semua koreksi diri tentang kesalahan-kesalahan yang diperbuat, bukan 
cobaan karena cobaan adalah merupakan ujian dimana orang diuji apakah sudah 
pantas dinaikan derajadnya apa belum. 
Contohnya : kalau seorang karyawan/hamba melakukan kesalahan maka dia akan 
mendapatkan Surat Peringatan atau malah hukuman, tetapi karyawan yang baik akan 
mendapatkan cobaan atau diuji oleh atasannya apakah akan layak naik pangkat 
atau tidak.  Allah hu alam
  Wassalam
  
Ica Harahap <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Saatnya Kembali Kepada Allah SWT Oleh: Ulis Tofa, Lc 


Rasanya Indonesia tidak lepas didera berbagai bencana, sampai hari ini, 
silih berganti. Belum selesai penanganan musibah yang satu, muncul baru 
musibah yang sebelumnya tidak pernah kita duga. Sebagaimana dalam 
iklan banner dakwatuna kita, begitu banyak contoh musibah tersebut.
Hakekat Musibah
Sudah menjadi sunnatullah, bahwa manusia di muka bumi pasti diuji 
dengan berbagai hal. Diuji dengan sesuatu yang menyenangkan atau 
sebaliknya sesuatu yang tidak disukai. Sesuatu yang tidak disukai 
beragam macamnya. Rasa takut, kelaparan, berkurangnya harta dan jiwa, 
bahkan hal yang berharga lainnya.

Allah swt. telah menyatakan hal demikian dalam firman-Nya 
QS. Al Baqarah: 155-157
”Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit 
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan 
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) 
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: 
“Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka Itulah yang mendapat 
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Rasa takut selalu menyertai kehidupan manusia. Misalnya, ketika ia masih 
duduk dibangku belajar, takut tidak lulus. Sudah lulus, takut tidak 
mendapatkan pekerjaan. Sudah bekerja takut tidak cukup gajinya. 
Sudah cukup, masih khawatir untuk menikah. Sudah menikah takut 
tidak punya anak. Sudah punya anak takut anaknya bandel, dan 
seterusnya… setiap kita memiliki rasa takut itu.

Yang lain, kelaparan. Hari-hari ini kita menyaksikan kemiskinan 
dipertontonkan oleh media massa. Banyak saudara-saudara kita yang 
antri ingin membeli beras dari operasi pasar pemerintah. Ada saudara kita 
yang makan nasi jagung, tidak sedikit makan nasi aking, bahkan dimasa 
paceklik banyak yang tidak makan.

Kekurangan harta dan jiwa. Ketika banjir melanda Jabodetabek, dan 
Jakarta kelep, selain rasa takut menggelayuti warga, juga kehilangan harta 
bahkan jiwa. Tidak terhitung jumlah kerugian, baik fisik maupun kegiatan 
ekonomi yang mandek. Banyak yang meninggal dunia, karena tersengat listrik, 
keseret air, atau kedinginan dan tidak mendapatkan makanan.

Rasanya Indonesia tidak lepas didera berbagai bencana, sampai hari ini, 
silih berganti. Belum selesai penanganan musibah yang satu, muncul 
baru musibah yang sebelumnya tidak pernah kita duga. Sebagaimana 
dalam iklan banner dakwatuna kita, begitu banyak contoh musibah tersebut.

Yang lebih penting, adalah sikap introspeksi masyarakat Indonesia, 
lebih lagi pemerintahnya. Ada apa ini?. Apakah ini semata-mata teguran 
Allah swt., karena kicintaan-Nya terhadap bangsa ini yang sudah terlalu 
lama melupakan-Nya?. Atau karena musibah itu ternyata akibat dari ulah 
tangan-tangan jahil manusia?.

Yah, Allah swt menegur manusia dengan adanya musibah itu, benar. 
Dan ternyata berbagai bencana itu akibat ulah tangan manusia juga benar. 
Bahkan Walhi sebuah LSM yang perhatian terhadap masalah lingkungan 
hidup mencatat ada sekitar 145 musibah menimpa bangsa ini selama kurun 
tahun 2006, namun dari banyaknya peristiwa itu ternyata 135 musibah itu 
disebabkan karena ulah manusia. Sehingga benar informasi Allah swt 
dalam firman-Nya QS. Ar Rum: 41.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan 
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari 
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Ketika sebagian besar musibah akibat dari ulah tangan manusia, 
semestinya pertama kali yang harus mereka sikapi adalah merasa 
bersalah, meminta ma’af dan memperbaikinya. Namun kalau kita 
dengar pernyataan dari pemimpin kita, mereka mengatakan ini hanya 
gejala alam saja, tidak ada kaitannya dengan kesalahan kepemimpinan 
mereka, juga tidak mengaitkan dengan kekuatan Allah swt.

Introspeksi Diri

Balasan: RE: [media-dakwah] OOT : Kekerasan di STTD

2007-03-08 Thread dd soedarpo
Dengan perilaku-perilaku seperti itu dan banyak lagi dimasyarakat, pejabat, 
aparat yang tidak beda jauh berbuat seperti itu, sebenarnya inilah jawaban 
kenapa di Indonesia sering terjadi musibah, padahal itu hanya peringatan yang 
ringan, bagaimana kalau Allah sampai memberikan adzab yang lebih besar apa 
masih tidak sadar juga yaa mereka-mereka itu.
  Semoga kita semua mulai bertaubat dan kembali kepada sang Maha Pencipta.
   
  Wassalam

"Angayomi, Tri" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  di TV sudah ditayangkan dan semalam ada wawancara pihak keluarga, 
yamemang banyak ketakutan kalau mo melapor...dulu mereka (para senior) juga 
dihajar sampai akan mati, makanya sekarang mereka juga menghajar kalau bisa 
sampai akan mati...begitulah dendam..dendam tak akan lebih ringan...dendam akan 
selalu lebih keji...kalau bisa tulang tak ada yg bisa berguna 
lagi(berhati-hatilah mencari sekolah untuk anak) 

sekolah negara kok kebanyakan mengajari jadi tukang pukul dan berjiwa 
premanya...nggak SPDN nggk STTD, aku yakin sekolah yg sejenis ya seperti 
itu..cuman belum terungkap.

"kita tahu semua kan bagaimana wakil raktyat kita kalau persidangan, "seperti 
anak kecil berebut mainan" saling hajar saling tuding...naik meja, naik 
kursi...wah..wah..memang tontonan yg perlu diabadikan



-Original Message-
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
azmi...gitu loh!!
Sent: Thursday, March 08, 2007 12:20 PM
To: eramuslim_grup; [EMAIL PROTECTED]; media-dakwah@yahoogroups.com; 
daarut-tauhiid@yahoogroups.com
Subject: [media-dakwah] OOT : Kekerasan di STTD

Kira-kira 2-3 hari yang lalu saya menonton tayangan video kekerasan yang di 
alami siswa STTD (Sekolah Tinggi Transportasi Darat) di salahsatu stasiun TV 
swasta, hal ini mirip dg kasus STPDN dulu yg terungkap ke media tv, tapi tdk 
se-rame di saat kasus STPDN itu di ungkap
.kenapa ya! 

Apa saya yang ketinggalan berita ya?

Padahal kita mengalami kecelakaan beruntun di bidang transportasi.

-
Selasa, 06 Maret 2007 16:03 WIB

Orang Tua Korban Kekerasan STTD Melapor ke LBH

JAKARTA--MIOL: Orang tua Erwin, 21, taruna tingkat pertama Sekolah Tinggi 
Transportasi Darat (STTD), Cibitung, Bekasi, yang tewas akibat tindak kekerasan 
seniornya, Selasa (6/3) mengadu ke LBH Jakarta.
Ayah Erwin, Abdul Razak menceritakan sebelum meninggal, anaknya bersama tiga 
taruna STTD lain dihajar seniornya hingga babak belur di sebuah kamar kosong 
asrama STTD. Kekerasan ini belakangan diketahui Razak bukan yang pertama kali 
dialami putranya.
"Dia dan beberapa temannya beberapa kali dihajar. Dada mereka ditendang. Ada 
yang tulang rusuknya patah dan akhirnya mengundurkan diri," ujar Razak.
Berita kematian Erwin yang meninggal 15 Februari lalu, menurut Razak diperoleh 
dari pihak keluarga lewat telepon. "Setelah penganiayaan itu Erwin pingsan dan 
mengeluarkan busa dari mulut. Dia dibawa ke RS Karya Medika tanpa pengawalan 
pelatih atau pihak sekolah. Hanya teman-temannya saja," ujar Razak.
Setelah tewasnya Erwin, Dewan Kehormatan Taruna STTD menggelar sidang dan 
mengeluarkan rekomendasi yang mengindikasikan keterlibatan para senior dalam 
kematian Erwin. "Sebelumnya mereka sempat berkilah bahwa anak saya meninggal 
sakit jantung. Katanya itu dari dokter mereka. Itu tidak mungkin, anak saya 
tidak punya penyakit jantung," ujar Razak.
Razak menambahkan, sepuluh hari sebelum meninggal, Erwin sempat pulang ke rumah 
orang tuanya di Balik Papan dan menceritakan kekerasan yang dialami dia dan 
teman-temannya. Seorang teman Erwin bahkan sempat merekam pemukulan itu lewat 
kamera handphone.
Dalam rekaman yang diperlihatkan ayah Erwin tersebut terlihat para taruna 
yunior secara bergantian dipukul dengan sangat keras pada bagian dada dan perut 
oleh seorang senior mereka. "Korban lainnya masih takut untuk melaporkan nasib 
mereka karena takut keselamatan mereka terancam," ujar Razak.
Terkait dengan kasus ini, polisi telah menahan beberapa taruna STTD. Namun, 
Razak menuntut adanya penyelidikan yang lebih serius dan transparan juga 
mendesak pihak sekolah yang berada di bawah naungan Departemen Perhubungan itu 
untuk bertanggungjawab secara institusional atas kelalaliannya.
"Kami sudah mengirim surat pada Menhub untuk meminta evaluasi menyeluruh 
terhadap sistem pendidikan di STTD. Namun belum ada respon. Kekerasan ini sudah 
secara turun temurun dilakukan. Seperti balas dendam yang tidak 
selesai-selesai," ujar pengacara publik dari LBH Jakarta, Nurkholis Hidayat. 
(*/OL-06)

Sumber: Media Indonesia Online

Copyright © 2007 Media Indonesia Online. All rights reserved 

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger 
 .yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) 
for whom it is intended. I

Balasan: Re: Diskusi Tak Berujung, [media-dakwah] Re: Istilah SALAFY

2007-04-26 Thread dd soedarpo
Kebiasaan Ringan, Tapi Dosanya Teramat Besar
Oleh Uti Konsen UM

  Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, 
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari 
kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang 
lain (Al Hujaraat : 12) Suatu malam, usai salat Isya di masjid Nabawi, Nabi SAW 
memperkenalkan kepada para sahabat, seorang lelaki calon penghuni surga. Tiga 
malam berturut-turut, Rasulullah SAW mengatakan hal yang sama. Maka timbullah 
keinginan yang menggebu dari Abdullah bin Umar untuk menyelidiki amalan yang 
dilakukan lelaki itu. Ia pun minta izin untuk numpang tidur di rumahnya selama 
tiga malam, dan oleh lelaki itu disetujui. Ternyata tidak ada apa-apa yang 
dilakukannya. Sejak tidur di awal malam, baru bangun setelah mendengar azan 
subuh. Karena penasaran, Abdullah bin Umar bertanya, " Amalan apa yang anda 
lakukan sehingga Anda dijamin oleh Rasulullah sebagai calon penghuni surga ? " 
Lelaki itu menjawab, " Saya tidak pernah mencerca siapapun dan saya
 pun tidak memiliki rasa hasad atau dengki." Jadi jelas, untuk menjaring rahmat 
Allah, ternyata bukanlah melewati berbagai ibadah yang berat dan sukar, tetapi 
melalui dua sikap mulia itu pun sudah lebih dari cukup. Mengumpat, menurut 
kamus bahasa Indonesia ialah membicarakan kekurangan orang lain. Abu Hurairah 
RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabatnya, " 
Tahukah kamu apa mengumpat, ghibah itu ? " Para sahabat menjawab, " Hanya Allah 
dan Rasul-Nya yang tahu. " Nabi mulia itu bersabda, " Kamu menutur sesuatu yang 
membuat saudaramu tidak senang." Sahabat bertanya, " Bagaimana kalau yang aku 
katakan itu benar-benar terdapat pada saudaraku ? " Rasulullah SAW menjawab, " 
Maknanya kamu telah mengumpatnya. Sedangkan kalau tidak ada pada saudaramu, 
berarti kamu telah membuat kebohongan atasnya." Mengumpat, merumpi, 
menggunjing, memang pekerjaan ringan dan terasa " mengasyikkan." Tapi dosanya 
teramat besar. Di dunia, orang yang doyan mengumpat
 jiwanya selalu gelisah, hidupnya tidak berkah. Cepat atau lambat ulahnya akan 
diketahui orang lain, yang membuat sahabatnya kian menjauhinya. Di akhirat 
lebih parah lagi. Dalam hadis diceritrakan, kelak di akhirat, ada seorang hamba 
yang diberikan catatan kitab amalnya. Ternyata tidak ada sedikitpun amal 
baiknya. Lantas ia memprotes, " Mana amal salatku, puasa dan taatku ? " Lalu 
dijawab, "Amalmu hilang karena perbuatanmu menggunjing orang. " Ketika Nabi SAW 
di-israk dan di-mikrajkan, di antara kesan-kesan perjalanannya, beliau melewati 
sekelompok kaum yang memiliki kuku panjang dari tembaga. Mereka mencabik-cabik 
muka dan dada sendiri. Siapa mereka itu ? mereka orang-orang yang memakan 
daging manusia (mengumpat) dan membuka rahasia mereka. Dalam hadis lain 
dikatakan, orang yang gemar mengumpat, kelak di akhirat berada dalam amukan api 
neraka, ambil mereka memakan daging badannya sendiri. Orang yang suka 
menggunjing, senantiasa berada dalam laknat Allah. Imam Al Gazali
 dalam Ihya Ulumuddin menerangkan, bahwa Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi 
Musa AS. Isinya, " Barangsiapa meninggal dalam keadaan taubat dari 
mengumpat-ghibah, dia adalah yang paling akhir masuk surga. Dan barangsiapa 
meninggal belum bertaubat dari ghibah, dia adalah orang yang pertama kali masuk 
neraka." Bagaimana sikap kita bila dicerca, diumpat oleh orang ? Alangkah 
bagusnya mengucapkan alhamdulillah, sabar dan jangan diladeni. Patut kita 
contoh sikap ulama besar Al Hasan Al Basri. " Fulan telah menggunjing Anda," 
kata seseorang. Lalu Hasan Al Basri segera memanggil pembantunya, dan 
menyuruhnya mengantarkan sebaki makanan, diserta sedikit surat, " Telah sampai 
kepadaku bahwa Anda telah memberi hadiah kebajikan kepadaku, maka aku ganti 
hadiah itu buat anda." Apa maksud Sang Ulama ? Dalam suatu hadis dikisahkan, 
kelak di akhirat, ada seseorang yang diberikan kitab amalnya dari arah 
kanannya. Subhanallah. Orang itu berdecak kagum, syukur, karena melihat ganjaran
 kebajikan yang luar biasa. Sama sekali tidak pernah diduganya. Kepada si hamba 
ini dikatakan, "Kebajikan ini datang dari gunjingan-gunjingan orang kepadamu, 
dan anda tidak pernah merasakannya." Adapun cara menggunjing ada 
bermacam-macam. Yang lebih umum dengan ucapan. Selain itu bisa juga dengan 
isyarat, dengan tulisan, dengan mengerdipkan mata. Atau meniru cara berjalan, 
cara duduk, makan minum, kesemuanya dengan maksud agar orang-orang dalam 
majelis pertemuan menjadi tertawa. Ada juga dengan berbisik di dalam suatu 
majelis. Para ulama sepakat, bahwa mengumpat, menggunjing, termasuk dosa besar. 
Karenanya barangsiapa yang mengumpat wajib bertaubat kepada Allah dan meminta 
maaf kepada orang yang diumpat. Dalam buku 400 Nasihat Islamy, Ahmad Izzuddin 
Al Bayanuni memberi nasihat antara lain : pertama, Awas, hati-hatilah jangan 
membuat namimah, memfitnah, yakni memindah-mindah omongan jelek di antara 
orang-orang. Ke dua, Awas ja