Re: [mediacare] melamar kerja masih untung mendapat penurunan gaji
Mas GG, Siapa bilang Indonesia miskin? Siapa bilang Indonesia susah? Seringkali saya datang ke acara pernikahan atau apa saja...: ibu - ibu berdandan wah sungguh mewah. Mereka saling bercerita kalau anaknya si Anu lagi S2 di Amerika, ibu yang lain bilang keponakannya lagi jalan - jalan ke Eropa, tante yang yang lain bilang dia barusan pulang dari ziarah ke Yerusalem, saudaranya saudara jadi Bupati ada yang jadi staff ahli menteri ada yang naik haji ke 5 kali ada yang barusan masuk akademi militer, ada yang jadi kepala sebuah bagian di Pertamina, dst dst. Kisahnya tentang kesuksesan semata. Ini senada dengan apa yang kita saksikan di di layar TV kita. Lihatlah mobil -mobi mengkilat, rumah - rumah megah dan ceweknya cantik - cantik bersih - bersih wangi - wangi. Siapa bilang Indonesia dalam kesulitan ekonomi. Coba lihat lagi iklan properti, kendaraan dan handphone serta laptop. Tiap hari ada yang baru. Kalau ada yag miskin itu karena nasibnya aja yang buruk atau terlalu jujur atau terlampau bodoh seperti bapakku atau jutaan petani lainnya. Mereka kerja keras mencangkul selama setahun untuk biaya hidup yang hanya cukup untuk 3 bulan. Hardi Baktiantoro On May 20, 2007, at 7:13 AM, Goenardjoadi Goenawan wrote: Kalau kita lihat sekarang kondisi ekonomi mikro Indonesia sungguh mengenaskan, bila kita coba jalan-jalan ke supermarket, bahkan hypermarket, di Mall-mall terasa sepi. Terakhir kita dengar ada mobil honda jazz yang terjun dari parkir lantai 6, itupun bukan ke Mall, namun pergi ke acara gereja. Kalau kita lihat, coba ke supermarket atau Hypermarket di siang hari, pengunjung terasa kosong. Belanja di Mall terbesarpun demikian, suasana terasa sepi. Pengunjung ramai hanya dua hari seminggu, yaitu pada hari Sabtu-Minggu saja. Para pramuniaga sering bergerombol ngobrol dengan kelompoknya hanya untuk mengusir rasa kantuk, menunggu pengunjung. Yang masih ramai hanya pengunjung bioskop Spiderman 3, wah, membludak, itupun karena studio 21 telah menurunkan harga menjadi rata-rata Rp 35,000 bahkan di Plaza EX. Bagaimana kita menyikapi hal ini? Para pengusaha semakin terdesak, terpojok, entrepreneur kecil- kecilan sudah gulung tikar dari tahun lalu. Sementara restoran besar mengalami desakan kontraksi pasar, industry makanan menjadi over supply. Lihat saja counter Donuts, atau Bakery, kebanyakan sepi. Pengusaha harus cepat berubah haluan, istilahnya back to basic. Kembali ke basic. Kalau dulu handphone yang laku adalah model terbaru, harga Communicator 9500 dulu sempat harganya 15 juta, sekarang handphone yang asal bisa untuk menelepon, syukur-syukur dual band, ngirit, kalau perlu rekondisi. Di Bandung ada Babe, Barang bekas, tokonya masih ramai. Kita harus siap dengan fenomena ini Babe, kalau perlu dibuat satu paket kebutuhan keluarga: pisang, beras, minyak, roti, susu, Indomie, biscuits, selai, sabun, shampoo, detergent, baju anak-anak, odol satu paket seperti parcel harganya Rp 20,000. Dananya darimana? tidak mungkin menjual paket tersebut semurah itu, dananya darimana? Bisa dari sumbangan orang kaya, sedekah, zakat, perpuluhan, atau sumbangan tenaga pengemas. paket dikemas oleh pekerja voluntir, iklan didukung oleh media secara sukarela. Kondisi negara kita seperti refugee. Kita perlu memikirkan makanan bagi pengangguran, selama ini mereka ditanggung oleh keluarga. Ibarat keluarga beranak 4, yang dua bekerja yang dua lagi mengantar jemput layaknya ojek. Lambat-laun keluarga tidak lagi mampu mendukung beban beratnya biaya hidup. Akhirnya sekarang banyak sekali pasangan pisah ranjang hanya karena tekanan ekonomi. Sudah banyak sepeda motor dijual, yang sudah lunas, dikredit kembali, tanah dijual murah, rumah dijual, untuk makan. Kalau dulu pengemis banyak yang pura-pura sekarang semua orang miskin beneran. Warung nasi Padang yang menjual ayam kare, rendang, perlu dirubah menjadi warung tegal yang menyediakan teri, tahu, dan telor balado. Negara kita diberkati dengan sambal. Hanya dengan sambal maka makanan terasa nikmat, walaupun harus hemat. Kadang seperti di sebuah foodcourt di Mall, banyak sekali orang makan, makanan manado, makanan sunda, bebek goreng, tom yam seafood, namun pernahkah kita berpikir, beberapa orang tidak cukup memiliki uang untuk makan disana? sedangkan makanan dipajang secara terbuka. Di Jerman dan beberapa negara Eropa ada undang-uandang yang tidak menghukum pencuri makanan yang melakukan karena lapar, dan miskin. Manusia kalau tidak diberi makan, apa disuruh mati saja? Bahkan salah satu peri kebinatangan adalah setiap binatang wajib diberi makan. Sekarang kalau melamar kerja masih untung mendapat penurunan gaji, karena bahkan perusahaan terbesarpun melakukan pengurangan karyawan, calon karyawan sudah tidak lagi menuntut Toyota Vios, atau Avanza, naik sepeda motor atau Busway pun cukup, asal anak- anak tidak putus
Re: [mediacare] melamar kerja masih untung mendapat penurunan gaji
Maksudnya Resepsi2 yang di Jakarta? Yg dari menengah ke atas..yg berapa % jumlahnya? dan lagi2 golongan tsb yang bisa membeli produk2 yg ada di iklan2 lalu gimana Indonesia yg di bagian Timur pelosok dan lain2nya? cuman bisa NONTONI... Hardi Baktiantoro [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas GG, Siapa bilang Indonesia miskin? Siapa bilang Indonesia susah? Seringkali saya datang ke acara pernikahan atau apa saja...: ibu - ibu berdandan wah sungguh mewah. Mereka saling bercerita kalau anaknya si Anu lagi S2 di Amerika, ibu yang lain bilang keponakannya lagi jalan - jalan ke Eropa, tante yang yang lain bilang dia barusan pulang dari ziarah ke Yerusalem, saudaranya saudara jadi Bupati ada yang jadi staff ahli menteri ada yang naik haji ke 5 kali ada yang barusan masuk akademi militer, ada yang jadi kepala sebuah bagian di Pertamina, dst dst. Kisahnya tentang kesuksesan semata. Ini senada dengan apa yang kita saksikan di di layar TV kita. Lihatlah mobil -mobi mengkilat, rumah - rumah megah dan ceweknya cantik - cantik bersih - bersih wangi - wangi. Siapa bilang Indonesia dalam kesulitan ekonomi. Coba lihat lagi iklan properti, kendaraan dan handphone serta laptop. Tiap hari ada yang baru. Kalau ada yag miskin itu karena nasibnya aja yang buruk atau terlalu jujur atau terlampau bodoh seperti bapakku atau jutaan petani lainnya. Mereka kerja keras mencangkul selama setahun untuk biaya hidup yang hanya cukup untuk 3 bulan. Hardi Baktiantoro On May 20, 2007, at 7:13 AM, Goenardjoadi Goenawan wrote: Kalau kita lihat sekarang kondisi ekonomi mikro Indonesia sungguh mengenaskan, bila kita coba jalan-jalan ke supermarket, bahkan hypermarket, di Mall-mall terasa sepi. Terakhir kita dengar ada mobil honda jazz yang terjun dari parkir lantai 6, itupun bukan ke Mall, namun pergi ke acara gereja. Kalau kita lihat, coba ke supermarket atau Hypermarket di siang hari, pengunjung terasa kosong. Belanja di Mall terbesarpun demikian, suasana terasa sepi. Pengunjung ramai hanya dua hari seminggu, yaitu pada hari Sabtu-Minggu saja. Para pramuniaga sering bergerombol ngobrol dengan kelompoknya hanya untuk mengusir rasa kantuk, menunggu pengunjung. Yang masih ramai hanya pengunjung bioskop Spiderman 3, wah, membludak, itupun karena studio 21 telah menurunkan harga menjadi rata-rata Rp 35,000 bahkan di Plaza EX. Bagaimana kita menyikapi hal ini? Para pengusaha semakin terdesak, terpojok, entrepreneur kecil-kecilan sudah gulung tikar dari tahun lalu. Sementara restoran besar mengalami desakan kontraksi pasar, industry makanan menjadi over supply. Lihat saja counter Donuts, atau Bakery, kebanyakan sepi. Pengusaha harus cepat berubah haluan, istilahnya back to basic. Kembali ke basic. Kalau dulu handphone yang laku adalah model terbaru, harga Communicator 9500 dulu sempat harganya 15 juta, sekarang handphone yang asal bisa untuk menelepon, syukur-syukur dual band, ngirit, kalau perlu rekondisi. Di Bandung ada Babe, Barang bekas, tokonya masih ramai. Kita harus siap dengan fenomena ini Babe, kalau perlu dibuat satu paket kebutuhan keluarga: pisang, beras, minyak, roti, susu, Indomie, biscuits, selai, sabun, shampoo, detergent, baju anak-anak, odol satu paket seperti parcel harganya Rp 20,000. Dananya darimana? tidak mungkin menjual paket tersebut semurah itu, dananya darimana? Bisa dari sumbangan orang kaya, sedekah, zakat, perpuluhan, atau sumbangan tenaga pengemas. paket dikemas oleh pekerja voluntir, iklan didukung oleh media secara sukarela. Kondisi negara kita seperti refugee. Kita perlu memikirkan makanan bagi pengangguran, selama ini mereka ditanggung oleh keluarga. Ibarat keluarga beranak 4, yang dua bekerja yang dua lagi mengantar jemput layaknya ojek. Lambat-laun keluarga tidak lagi mampu mendukung beban beratnya biaya hidup. Akhirnya sekarang banyak sekali pasangan pisah ranjang hanya karena tekanan ekonomi. Sudah banyak sepeda motor dijual, yang sudah lunas, dikredit kembali, tanah dijual murah, rumah dijual, untuk makan. Kalau dulu pengemis banyak yang pura-pura sekarang semua orang miskin beneran. Warung nasi Padang yang menjual ayam kare, rendang, perlu dirubah menjadi warung tegal yang menyediakan teri, tahu, dan telor balado. Negara kita diberkati dengan sambal. Hanya dengan sambal maka makanan terasa nikmat, walaupun harus hemat. Kadang seperti di sebuah foodcourt di Mall, banyak sekali orang makan, makanan manado, makanan sunda, bebek goreng, tom yam seafood, namun pernahkah kita berpikir, beberapa orang tidak cukup memiliki uang untuk makan disana? sedangkan makanan dipajang secara terbuka. Di Jerman dan beberapa negara Eropa ada undang-uandang yang tidak menghukum pencuri makanan yang melakukan karena lapar, dan miskin. Manusia kalau tidak diberi makan, apa disuruh mati saja? Bahkan salah satu peri
[mediacare] melamar kerja masih untung mendapat penurunan gaji
Kalau kita lihat sekarang kondisi ekonomi mikro Indonesia sungguh mengenaskan, bila kita coba jalan-jalan ke supermarket, bahkan hypermarket, di Mall-mall terasa sepi. Terakhir kita dengar ada mobil honda jazz yang terjun dari parkir lantai 6, itupun bukan ke Mall, namun pergi ke acara gereja. Kalau kita lihat, coba ke supermarket atau Hypermarket di siang hari, pengunjung terasa kosong. Belanja di Mall terbesarpun demikian, suasana terasa sepi. Pengunjung ramai hanya dua hari seminggu, yaitu pada hari Sabtu-Minggu saja. Para pramuniaga sering bergerombol ngobrol dengan kelompoknya hanya untuk mengusir rasa kantuk, menunggu pengunjung. Yang masih ramai hanya pengunjung bioskop Spiderman 3, wah, membludak, itupun karena studio 21 telah menurunkan harga menjadi rata-rata Rp 35,000 bahkan di Plaza EX. Bagaimana kita menyikapi hal ini? Para pengusaha semakin terdesak, terpojok, entrepreneur kecil-kecilan sudah gulung tikar dari tahun lalu. Sementara restoran besar mengalami desakan kontraksi pasar, industry makanan menjadi over supply. Lihat saja counter Donuts, atau Bakery, kebanyakan sepi. Pengusaha harus cepat berubah haluan, istilahnya back to basic. Kembali ke basic. Kalau dulu handphone yang laku adalah model terbaru, harga Communicator 9500 dulu sempat harganya 15 juta, sekarang handphone yang asal bisa untuk menelepon, syukur-syukur dual band, ngirit, kalau perlu rekondisi. Di Bandung ada Babe, Barang bekas, tokonya masih ramai. Kita harus siap dengan fenomena ini Babe, kalau perlu dibuat satu paket kebutuhan keluarga: pisang, beras, minyak, roti, susu, Indomie, biscuits, selai, sabun, shampoo, detergent, baju anak-anak, odol satu paket seperti parcel harganya Rp 20,000. Dananya darimana? tidak mungkin menjual paket tersebut semurah itu, dananya darimana? Bisa dari sumbangan orang kaya, sedekah, zakat, perpuluhan, atau sumbangan tenaga pengemas. paket dikemas oleh pekerja voluntir, iklan didukung oleh media secara sukarela. Kondisi negara kita seperti refugee. Kita perlu memikirkan makanan bagi pengangguran, selama ini mereka ditanggung oleh keluarga. Ibarat keluarga beranak 4, yang dua bekerja yang dua lagi mengantar jemput layaknya ojek. Lambat-laun keluarga tidak lagi mampu mendukung beban beratnya biaya hidup. Akhirnya sekarang banyak sekali pasangan pisah ranjang hanya karena tekanan ekonomi. Sudah banyak sepeda motor dijual, yang sudah lunas, dikredit kembali, tanah dijual murah, rumah dijual, untuk makan. Kalau dulu pengemis banyak yang pura-pura sekarang semua orang miskin beneran. Warung nasi Padang yang menjual ayam kare, rendang, perlu dirubah menjadi warung tegal yang menyediakan teri, tahu, dan telor balado. Negara kita diberkati dengan sambal. Hanya dengan sambal maka makanan terasa nikmat, walaupun harus hemat. Kadang seperti di sebuah foodcourt di Mall, banyak sekali orang makan, makanan manado, makanan sunda, bebek goreng, tom yam seafood, namun pernahkah kita berpikir, beberapa orang tidak cukup memiliki uang untuk makan disana? sedangkan makanan dipajang secara terbuka. Di Jerman dan beberapa negara Eropa ada undang-uandang yang tidak menghukum pencuri makanan yang melakukan karena lapar, dan miskin. Manusia kalau tidak diberi makan, apa disuruh mati saja? Bahkan salah satu peri kebinatangan adalah setiap binatang wajib diberi makan. Sekarang kalau melamar kerja masih untung mendapat penurunan gaji, karena bahkan perusahaan terbesarpun melakukan pengurangan karyawan, calon karyawan sudah tidak lagi menuntut Toyota Vios, atau Avanza, naik sepeda motor atau Busway pun cukup, asal anak-anak tidak putus sekolah. Uang pesangon PHK tahun lalu sudah habis, karena iklim investasi sungguh memburuk. Bila anda Manajer Senior, lakukanlah yang terbaik, bukan karena mengejar gaji anda, lakukanlah untuk menolong menyelamatkan karyawan dari pengangguran. Pemerintah perlu memikirkan pengangguran ini, bila tidak maka bukan masalah demo buruh yang ditakutkan, namun demo pengangguran. Taksi di pool-pool banyak yang menganggur, apakah tidak cukup sopir? masalahnya sopir banyak, namun penumpang kurang, sehingga banyak sopir taksi kerja rodi, keliling seharian hanya impas untuk biaya bensin. Acara TV seperti Deal or No Deal, Who want to be millionaire, Super Deal 2 Milyar perlu dihentikan, sungguh menyakitkan melihat uang Rp 150 juta diberikan begitu saja kepada kontestan. sungguh menyakitkan. Polisi sekarang kalau mau menilang harus ngotot-ngototan karena sopir pun taidak punya uang, sehingga beberapa Polisi terpaksa menutupi mukanya dengan helm dan menutupi nama di dadanya dengan penutup saku yang diganjal HT. Pemerintah perlu melakukan crash program seperti karang taruna, atau organisasi pemuda mungkin tanpa gaji, namun paling tidak disediakan makanan dan kesibukan. Saat ini para pengangguran sudah tidak lagi mencari