Re: [mediacare] melamar kerja masih untung mendapat penurunan gaji

2007-05-20 Terurut Topik Hardi Baktiantoro

Mas GG,

Siapa bilang Indonesia miskin? Siapa bilang Indonesia susah?
Seringkali saya datang ke acara pernikahan atau apa saja...: ibu -  
ibu berdandan wah sungguh mewah. Mereka saling bercerita kalau  
anaknya si Anu lagi S2 di Amerika, ibu yang lain bilang keponakannya  
lagi jalan - jalan ke Eropa, tante yang yang lain bilang dia barusan  
pulang dari ziarah ke Yerusalem, saudaranya saudara jadi Bupati ada  
yang jadi staff ahli menteri ada yang naik haji ke 5 kali ada yang  
barusan masuk akademi militer, ada yang jadi kepala sebuah bagian di  
Pertamina, dst dst. Kisahnya tentang kesuksesan semata.
Ini senada dengan apa yang kita saksikan di di layar TV kita.  
Lihatlah mobil -mobi mengkilat, rumah - rumah megah dan ceweknya  
cantik - cantik bersih - bersih wangi - wangi.

Siapa bilang Indonesia dalam kesulitan ekonomi.
Coba lihat lagi iklan properti, kendaraan dan handphone serta laptop.  
Tiap hari ada yang baru.


Kalau ada yag miskin itu karena nasibnya aja yang buruk atau terlalu  
jujur atau terlampau bodoh seperti bapakku atau jutaan petani  
lainnya. Mereka kerja keras mencangkul selama setahun untuk biaya  
hidup yang hanya cukup untuk 3 bulan.


Hardi Baktiantoro



On May 20, 2007, at 7:13 AM, Goenardjoadi Goenawan wrote:



Kalau kita lihat sekarang kondisi ekonomi mikro Indonesia sungguh  
mengenaskan, bila kita coba jalan-jalan ke supermarket, bahkan  
hypermarket, di Mall-mall terasa sepi.  Terakhir kita dengar ada  
mobil honda jazz yang terjun dari parkir lantai 6, itupun bukan ke  
Mall, namun pergi ke acara gereja.


Kalau kita lihat, coba ke supermarket atau Hypermarket di siang  
hari, pengunjung terasa kosong.  Belanja di Mall terbesarpun  
demikian, suasana terasa sepi.  Pengunjung ramai hanya dua hari  
seminggu, yaitu pada hari Sabtu-Minggu saja.  Para pramuniaga  
sering bergerombol ngobrol dengan kelompoknya hanya untuk mengusir  
rasa kantuk, menunggu pengunjung.


Yang masih ramai hanya pengunjung bioskop Spiderman 3, wah,  
membludak, itupun karena studio 21 telah menurunkan harga menjadi  
rata-rata Rp 35,000 bahkan di Plaza EX.


Bagaimana kita menyikapi hal ini?

Para pengusaha semakin terdesak, terpojok, entrepreneur kecil- 
kecilan sudah gulung tikar dari tahun lalu.  Sementara restoran  
besar mengalami desakan kontraksi pasar, industry makanan menjadi  
over supply.  Lihat saja counter Donuts, atau Bakery, kebanyakan sepi.


Pengusaha harus cepat berubah haluan, istilahnya back to basic.   
Kembali ke basic.  Kalau dulu handphone yang laku adalah model  
terbaru, harga Communicator 9500 dulu sempat harganya 15 juta,  
sekarang handphone yang asal bisa untuk menelepon, syukur-syukur  
dual band, ngirit, kalau perlu rekondisi.


Di Bandung ada Babe, Barang bekas, tokonya masih ramai.  Kita harus  
siap dengan fenomena ini Babe, kalau perlu dibuat satu paket  
kebutuhan keluarga: pisang, beras, minyak, roti, susu, Indomie,  
biscuits, selai, sabun, shampoo, detergent, baju anak-anak, odol  
satu paket seperti parcel harganya Rp 20,000.  Dananya darimana?   
tidak mungkin menjual paket tersebut semurah itu, dananya  
darimana?  Bisa dari sumbangan orang kaya, sedekah, zakat,  
perpuluhan, atau sumbangan tenaga pengemas.  paket dikemas oleh  
pekerja voluntir, iklan didukung oleh media secara sukarela.


Kondisi negara kita seperti refugee.  Kita perlu memikirkan makanan  
bagi pengangguran, selama ini mereka ditanggung oleh keluarga.   
Ibarat keluarga beranak 4, yang dua bekerja yang dua lagi mengantar  
jemput layaknya ojek.  Lambat-laun keluarga tidak lagi mampu  
mendukung beban beratnya biaya hidup.  Akhirnya sekarang banyak  
sekali pasangan pisah ranjang hanya karena tekanan ekonomi.


Sudah banyak sepeda motor dijual, yang sudah lunas, dikredit  
kembali, tanah dijual murah, rumah dijual, untuk makan. Kalau dulu  
pengemis banyak yang pura-pura sekarang semua orang miskin beneran.


Warung nasi Padang yang menjual ayam kare, rendang, perlu dirubah  
menjadi warung tegal yang menyediakan teri, tahu, dan telor  
balado.  Negara kita diberkati dengan sambal.  Hanya dengan sambal  
maka makanan terasa nikmat, walaupun harus hemat.


Kadang seperti di sebuah foodcourt di Mall, banyak sekali orang  
makan, makanan manado, makanan sunda, bebek goreng, tom yam  
seafood, namun pernahkah kita berpikir, beberapa orang tidak cukup  
memiliki uang untuk makan disana? sedangkan makanan dipajang secara  
terbuka.


Di Jerman dan beberapa negara Eropa ada undang-uandang yang tidak  
menghukum pencuri makanan yang melakukan karena lapar, dan miskin.   
Manusia kalau tidak diberi makan, apa disuruh mati saja?  Bahkan  
salah satu peri kebinatangan adalah setiap binatang wajib diberi  
makan.


Sekarang kalau melamar kerja masih untung mendapat penurunan gaji,  
karena bahkan perusahaan terbesarpun melakukan pengurangan  
karyawan, calon karyawan sudah tidak lagi menuntut Toyota Vios,  
atau Avanza, naik sepeda motor atau Busway pun cukup, asal anak- 
anak tidak putus 

Re: [mediacare] melamar kerja masih untung mendapat penurunan gaji

2007-05-20 Terurut Topik Adiati
Maksudnya Resepsi2 yang di Jakarta? Yg dari menengah ke atas..yg berapa % 
jumlahnya?
  dan lagi2 golongan tsb yang bisa membeli produk2 yg ada di iklan2
  lalu gimana Indonesia yg di bagian Timur pelosok dan lain2nya?
  cuman bisa NONTONI...
  

Hardi Baktiantoro [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Mas GG,   

  Siapa bilang Indonesia miskin? Siapa bilang Indonesia susah?   Seringkali 
saya datang ke acara pernikahan atau apa saja...: ibu - ibu berdandan wah 
sungguh mewah. Mereka saling bercerita kalau anaknya si Anu lagi S2 di Amerika, 
ibu yang lain bilang keponakannya lagi jalan - jalan ke Eropa, tante yang yang 
lain bilang dia barusan pulang dari ziarah ke Yerusalem, saudaranya saudara 
jadi Bupati ada yang jadi staff ahli menteri ada yang naik haji ke 5 kali ada 
yang barusan masuk akademi militer, ada yang jadi kepala sebuah bagian di 
Pertamina, dst dst. Kisahnya tentang kesuksesan semata. 
  Ini senada dengan apa yang kita saksikan di di layar TV kita. Lihatlah mobil 
-mobi mengkilat, rumah - rumah megah dan ceweknya cantik - cantik bersih - 
bersih wangi - wangi. 
  Siapa bilang Indonesia dalam kesulitan ekonomi. 
  Coba lihat lagi iklan properti, kendaraan dan handphone serta laptop. Tiap 
hari ada yang baru. 
  

  Kalau ada yag miskin itu karena nasibnya aja yang buruk atau terlalu jujur 
atau terlampau bodoh seperti bapakku atau jutaan petani lainnya. Mereka kerja 
keras mencangkul selama setahun untuk biaya hidup yang hanya cukup untuk 3 
bulan. 
  

  Hardi Baktiantoro
  

  

  
On May 20, 2007, at 7:13 AM, Goenardjoadi Goenawan wrote:

  

  Kalau kita lihat sekarang kondisi ekonomi mikro Indonesia sungguh 
mengenaskan, bila kita coba jalan-jalan ke supermarket, bahkan hypermarket, di 
Mall-mall terasa sepi.  Terakhir kita dengar ada mobil honda jazz yang terjun 
dari parkir lantai 6, itupun bukan ke Mall, namun pergi ke acara gereja.
   
  Kalau kita lihat, coba ke supermarket atau Hypermarket di siang hari, 
pengunjung terasa kosong.  Belanja di Mall terbesarpun demikian, suasana terasa 
sepi.  Pengunjung ramai hanya dua hari seminggu, yaitu pada hari Sabtu-Minggu 
saja.  Para pramuniaga sering bergerombol ngobrol dengan kelompoknya hanya 
untuk mengusir rasa kantuk, menunggu pengunjung.
   
  Yang masih ramai hanya pengunjung bioskop Spiderman 3, wah, membludak, itupun 
karena studio 21 telah menurunkan harga menjadi rata-rata Rp 35,000 bahkan di 
Plaza EX.
   
  Bagaimana kita menyikapi hal ini?
   
  Para pengusaha semakin terdesak, terpojok, entrepreneur kecil-kecilan sudah 
gulung tikar dari tahun lalu.  Sementara restoran besar mengalami desakan 
kontraksi pasar, industry makanan menjadi over supply.  Lihat saja counter 
Donuts, atau Bakery, kebanyakan sepi. 
   
  Pengusaha harus cepat berubah haluan, istilahnya back to basic.  Kembali ke 
basic.  Kalau dulu handphone yang laku adalah model terbaru, harga Communicator 
9500 dulu sempat harganya 15 juta, sekarang handphone yang asal bisa untuk 
menelepon, syukur-syukur dual band, ngirit, kalau perlu rekondisi.
   
  Di Bandung ada Babe, Barang bekas, tokonya masih ramai.  Kita harus siap 
dengan fenomena ini Babe, kalau perlu dibuat satu paket kebutuhan keluarga: 
pisang, beras, minyak, roti, susu, Indomie, biscuits, selai, sabun, shampoo, 
detergent, baju anak-anak, odol satu paket seperti parcel harganya Rp 20,000.  
Dananya darimana?  tidak mungkin menjual paket tersebut semurah itu, dananya 
darimana?  Bisa dari sumbangan orang kaya, sedekah, zakat, perpuluhan, atau 
sumbangan tenaga pengemas.  paket dikemas oleh pekerja voluntir, iklan didukung 
oleh media secara sukarela.
   
  Kondisi negara kita seperti refugee.  Kita perlu memikirkan makanan bagi 
pengangguran, selama ini mereka ditanggung oleh keluarga.  Ibarat keluarga 
beranak 4, yang dua bekerja yang dua lagi mengantar jemput layaknya ojek.  
Lambat-laun keluarga tidak lagi mampu mendukung beban beratnya biaya hidup.  
Akhirnya sekarang banyak sekali pasangan pisah ranjang hanya karena tekanan 
ekonomi.
   
  Sudah banyak sepeda motor dijual, yang sudah lunas, dikredit kembali, tanah 
dijual murah, rumah dijual, untuk makan. Kalau dulu pengemis banyak yang 
pura-pura sekarang semua orang miskin beneran.
   
  Warung nasi Padang yang menjual ayam kare, rendang, perlu dirubah menjadi 
warung tegal yang menyediakan teri, tahu, dan telor balado.  Negara kita 
diberkati dengan sambal.  Hanya dengan sambal maka makanan terasa nikmat, 
walaupun harus hemat. 
   
  Kadang seperti di sebuah foodcourt di Mall, banyak sekali orang makan, 
makanan manado, makanan sunda, bebek goreng, tom yam seafood, namun pernahkah 
kita berpikir, beberapa orang tidak cukup memiliki uang untuk makan disana? 
sedangkan makanan dipajang secara terbuka.
   
  Di Jerman dan beberapa negara Eropa ada undang-uandang yang tidak menghukum 
pencuri makanan yang melakukan karena lapar, dan miskin.  Manusia kalau tidak 
diberi makan, apa disuruh mati saja?  Bahkan salah satu peri 

[mediacare] melamar kerja masih untung mendapat penurunan gaji

2007-05-19 Terurut Topik Goenardjoadi Goenawan
Kalau kita lihat sekarang kondisi ekonomi mikro Indonesia sungguh mengenaskan, 
bila kita coba jalan-jalan ke supermarket, bahkan hypermarket, di Mall-mall 
terasa sepi.  Terakhir kita dengar ada mobil honda jazz yang terjun dari parkir 
lantai 6, itupun bukan ke Mall, namun pergi ke acara gereja.
   
  Kalau kita lihat, coba ke supermarket atau Hypermarket di siang hari, 
pengunjung terasa kosong.  Belanja di Mall terbesarpun demikian, suasana terasa 
sepi.  Pengunjung ramai hanya dua hari seminggu, yaitu pada hari Sabtu-Minggu 
saja.  Para pramuniaga sering bergerombol ngobrol dengan kelompoknya hanya 
untuk mengusir rasa kantuk, menunggu pengunjung.
   
  Yang masih ramai hanya pengunjung bioskop Spiderman 3, wah, membludak, itupun 
karena studio 21 telah menurunkan harga menjadi rata-rata Rp 35,000 bahkan di 
Plaza EX.
   
  Bagaimana kita menyikapi hal ini?
   
  Para pengusaha semakin terdesak, terpojok, entrepreneur kecil-kecilan sudah 
gulung tikar dari tahun lalu.  Sementara restoran besar mengalami desakan 
kontraksi pasar, industry makanan menjadi over supply.  Lihat saja counter 
Donuts, atau Bakery, kebanyakan sepi.  
   
  Pengusaha harus cepat berubah haluan, istilahnya back to basic.  Kembali ke 
basic.  Kalau dulu handphone yang laku adalah model terbaru, harga Communicator 
9500 dulu sempat harganya 15 juta, sekarang handphone yang asal bisa untuk 
menelepon, syukur-syukur dual band, ngirit, kalau perlu rekondisi.
   
  Di Bandung ada Babe, Barang bekas, tokonya masih ramai.  Kita harus siap 
dengan fenomena ini Babe, kalau perlu dibuat satu paket kebutuhan keluarga: 
pisang, beras, minyak, roti, susu, Indomie, biscuits, selai, sabun, shampoo, 
detergent, baju anak-anak, odol satu paket seperti parcel harganya Rp 20,000.  
Dananya darimana?  tidak mungkin menjual paket tersebut semurah itu, dananya 
darimana?  Bisa dari sumbangan orang kaya, sedekah, zakat, perpuluhan, atau 
sumbangan tenaga pengemas.  paket dikemas oleh pekerja voluntir, iklan didukung 
oleh media secara sukarela.
   
  Kondisi negara kita seperti refugee.  Kita perlu memikirkan makanan bagi 
pengangguran, selama ini mereka ditanggung oleh keluarga.  Ibarat keluarga 
beranak 4, yang dua bekerja yang dua lagi mengantar jemput layaknya ojek.  
Lambat-laun keluarga tidak lagi mampu mendukung beban beratnya biaya hidup.  
Akhirnya sekarang banyak sekali pasangan pisah ranjang hanya karena tekanan 
ekonomi.
   
  Sudah banyak sepeda motor dijual, yang sudah lunas, dikredit kembali, tanah 
dijual murah, rumah dijual, untuk makan. Kalau dulu pengemis banyak yang 
pura-pura sekarang semua orang miskin beneran.
   
  Warung nasi Padang yang menjual ayam kare, rendang, perlu dirubah menjadi 
warung tegal yang menyediakan teri, tahu, dan telor balado.  Negara kita 
diberkati dengan sambal.  Hanya dengan sambal maka makanan terasa nikmat, 
walaupun harus hemat. 
   
  Kadang seperti di sebuah foodcourt di Mall, banyak sekali orang makan, 
makanan manado, makanan sunda, bebek goreng, tom yam seafood, namun pernahkah 
kita berpikir, beberapa orang tidak cukup memiliki uang untuk makan disana? 
sedangkan makanan dipajang secara terbuka.
   
  Di Jerman dan beberapa negara Eropa ada undang-uandang yang tidak menghukum 
pencuri makanan yang melakukan karena lapar, dan miskin.  Manusia kalau tidak 
diberi makan, apa disuruh mati saja?  Bahkan salah satu peri kebinatangan 
adalah setiap binatang wajib diberi makan.
   
  Sekarang kalau melamar kerja masih untung mendapat penurunan gaji, karena 
bahkan perusahaan terbesarpun melakukan pengurangan karyawan, calon karyawan 
sudah tidak lagi menuntut Toyota Vios, atau Avanza, naik sepeda motor atau 
Busway pun cukup, asal anak-anak tidak putus sekolah.
   
  Uang pesangon PHK tahun lalu sudah habis, karena iklim investasi sungguh 
memburuk.  Bila anda Manajer Senior, lakukanlah yang terbaik, bukan karena 
mengejar gaji anda, lakukanlah untuk menolong menyelamatkan karyawan dari 
pengangguran.
   
  Pemerintah perlu memikirkan pengangguran ini, bila tidak maka bukan masalah 
demo buruh yang ditakutkan, namun demo pengangguran.  Taksi di pool-pool banyak 
yang menganggur, apakah tidak cukup sopir?  masalahnya sopir banyak, namun 
penumpang kurang, sehingga banyak sopir taksi kerja rodi, keliling seharian 
hanya impas untuk biaya bensin.
   
  Acara  TV seperti Deal or No Deal, Who want to be millionaire, Super Deal 2 
Milyar perlu dihentikan, sungguh menyakitkan melihat uang Rp 150 juta diberikan 
begitu saja kepada kontestan.  sungguh menyakitkan.
   
  Polisi sekarang kalau mau menilang harus ngotot-ngototan karena sopir pun 
taidak punya uang, sehingga beberapa Polisi terpaksa menutupi mukanya dengan 
helm dan menutupi nama di dadanya dengan penutup saku yang diganjal HT.
   
  Pemerintah perlu melakukan crash program seperti karang taruna, atau 
organisasi pemuda mungkin tanpa gaji, namun paling tidak disediakan makanan dan 
kesibukan.  Saat ini para pengangguran sudah tidak lagi mencari