RE: [Pramuka] web site resmi Kwartir Ranting Tanjung Harapan

2007-09-02 Terurut Topik Farli Elnumeri
Selamat ya sudah meluncurkan website barunya, semoga bisa awet dan terus
menginformasikan aktifitas di rantingnya. Jangan lupa artikel-artikel,
games, atau kegiatan-kegiatan yang sekiranya bisa sharing ditampilkan
pula, jadi siapa tahu bisa jadi inspirasi kakak-kakak yang lain untuk
latihan.
 
Farli
 
   
[EMAIL PROTECTED]
 
-Original Message-
From: pramuka@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
Of kwarran_tjharapan
Sent: Saturday, September 01, 2007 11:37 PM
To: pramuka@yahoogroups.com
Subject: [Pramuka] web site resmi Kwartir Ranting Tanjung Harapan
 
kwarran tanjung harapan - kwarcab 10 Kota Solok - Kwarda 03 Sumatera
Barat sekarang sudah punya situs resmi, yaitu www.tanjungharapan.com
dan nanti nama domainnya juga memakai www.scout.web.id. Kunjungi
ya... trus bagi rekan-rekan yang ingin berbagi ilmu pramuka, daftar
jadi member di web site tersebut dan kirim email ke:
[EMAIL PROTECTED]  pan.com atau
kwarran_tjharapan@  yahoo.co.id
minta
agar bisa menjadi penulis di situs Kwarran Tanjung Harapan, jangan
lupa lampirkan KTA Pramuka nya (hasil scan tentunya yg berformat gif
atau jpg)
 


[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [Pramuka] Golongan Pramuka dan TKK

2007-09-02 Terurut Topik Farli Elnumeri
Soal penggolongan usia di Gerakan Pramuka, beserta turunannya seperti
SKU, SKK sampai dengan seragam merupakan bahasan yang nggak akan
habisnya dikaji dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini
sebenarnya merupakan bagian dari kajian Youth Program. Namun sayang,
entah kenapa kajian yang sebegitu penting ini kurang mendapat apresiasi,
khususnya di level Kwarnas yang punya otoritas untuk melakukan perubahan
untuk Youth Program. Ya, tidak hanya era  kepengurusan yang sekarang,
era 98 - 03 pun tidak pula mendapat prioritas yang layak.
 
Jadi, wajar saja kalau, misalkan soal seragam yang terus jadi perdebatan
atau sekarang akhirnya muncul lagi soal SKU dan SKK serta penggolongan
usia mulai timbul lagi permasalahannya, karena memang yang punya
otoritas untuk hal ini belum menjadikan hal seperti ini menjadi kajian
yang serius. Entahlah, akhirnya yang saya pahami dari revitalisasi
Gerakan Pramuka, ujung-ujungnya duit, yaitu pemerintah yang menyediakan
dana via APBN and APBD untuk mendanai kegiatan di Gerakan Pramuka.
Begitu pula dengan RUU Gerakan Pramuka, ujung-ujungnya duit juga kali,
bahwa Gerakan Pramuka tetap dapat dana dari pemerintah.
 
Jadi bertanya sebenarnya, Gerakan Pramuka itu LSM apa Lembaga Pemerintah
Non-Departemen  pertanyaan yang saya sendiri malah nggak bisa jawab,
karena dibilang yayasan bukan, dibilang lembaga pemerintah
non-departemen juga nggak. 
 
Jadi, lagi-lagi hanya bisa berharap, mohon kiranya Kwarnas dapat
membentuk semacam Tim Kajian Youth Program gitu lah, sehingga perubahan
yang terjadi di masyarakat dapat pula ditangkap oleh Gerakan Pramuka
dengan baik, bahkan kalau bisa perubahan di Gerakan Pramuka membawa
perubahan pula di masyarakat. Syukur-syukur yang masuk tim-nya ya
Pramuka beneran, bukan Pramuka jadi-jadian he he he..dan bersedia
meluangkan waktunya secara intens untuk membahas dan merumuskan kajian
Youth Program ini. Semoga.. 
 
Farli 
 
   
[EMAIL PROTECTED]
 
-Original Message-
From: pramuka@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
Of kwarran_tjharapan
Sent: Saturday, September 01, 2007 11:43 PM
To: pramuka@yahoogroups.com
Subject: [Pramuka] Golongan Pramuka dan TKK
 
Saat ini golongan Pramuka didasarkan pada usia peserta didik
(anggota), sehingga dilapangan terutama di daerah kita mendapatkan
hambatan pada saat akan melaksanakan kegiatan. seperti untuk
mengadakan Lomba Tingkat, banyak Pembina di Pangkalan Sekolah Dasar
yang mengeluh "anggota saya kan SD, kok diadu sama SMP, kan nggak
adil". Hal ini di Kwarran kami pernah terjadi, dan memang kurang adil
rasanya baik dari segi fisik dan ilmu pengetahuan jika pada perlombaan
pramuka dari SD disamakan dengan yang dari SMP.
Kami menyarankan kepada Kwarnas agar dilakukan evaluasi dan revisi
terhadap batasan usia pada golongan Pramuka, sebaiknya diusahakan
batasan usia standar pada usia umum jenjang pendidikan.
Selanjutnya TKK/SKK yang ada saat ini sudah banyak ketinggalan zaman,
maksudnya ada bermacam perkembangan zaman yang belum tercover oleh SKK
Pramuka, seperti perkembangan Teknologi informasi sebaiknya diadakan
SKK-nya.
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[Pramuka] [tanggapan]golongan penggalang

2007-09-02 Terurut Topik megi primagara
salam Pramuka, 
kak. usia penggalang emang usia yang berada di dua jenjang pendidikan. SD & 
SMP. ada bagus tentu ada minus. nah, karena saya membina di gudep penggalang 
SMP yang sikonnya adem-ayem. beberapa siswa yang gak mo ikut pramuka alasannya 
; Bosan kak. SD saya udah ikut pramuka. udah belajar kayak baris, semaphore, 
morse. udah ikut lomba, kemah. ibarat kata, mereka udah tau pramuka sehingga 
tergambar lebih dulu bahwa pramuka di SMP ya gak jauh beda.
belum lagi seragam SD yg makin lama makin sempit. pas diminta beli baru ada 
rasa keberatan karena SMP-nya enggak terapin make seragam Pramuka. 
dari seratus anak SD, mungkin hanya segelintir yang mo lanjutin lagi kegiatan 
pramuka di SMP. sisanya memilih kegiatan yang "baru" kayak klub olahraga/ 
musik. 
menurut saya, memang harus ada formula pola pelatihan baru di jenjang SD & SMP. 
sama-sama penggalang tapi ada pembedanya. 

terima kasih




   
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi 
Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]



Balasan: Re: Balasan: [Pramuka] Re: Apa betul seragam Pramuka perlu diubah ?

2007-09-02 Terurut Topik saeful bachri
Kalau saya mah, nanggapin rubah atau tidaknya seragam pramuka, tergantung 
dengan kondisi ekonominya , soalnya anggota yang ada didaerah mah, jangankan 
ganti seragam yang baru, seragam yang lama saja sulit untuk dilengkapi, 
kadangkalanya atasnya coklat, bawahnya warna seragam sekolah, atribut gak 
lengkap (alasannya gak ada uang untuk beli seragam pramuka), kondisi ini 
diperparah dengan keluarnya kebijakan baru kwarnas yang tidak pro 
anggotannya!!! mengeluarkan baju PDU yang SKnya keluar setelah 4 bulan mereka 
pake (prinsip : pake dulu, aturan belakangan), dengan kebijakan tersebut, 
kakak-kakak kita di kwarnas menjadi kaum "Elitis" baru! 

[EMAIL PROTECTED] wrote:  Sdr Hendro ini kalau bikin tanggapan, baca 
dulu yg bener

Siapa, yang bilang Kwarnas harus ngatur sekolah,( " Kata anda dulu, Kwarnas 
mana bisa ngatur sekolah." ) 

Saya berpendapat :
Dan yang paling penting adanya PERATURAN KWARNAS
> YANG MELARANG PEMAKAIAN 
> SERAGAM PRAMUKA DISEKOLAH KECUALI PADA ACARA
> KEPRAMUKAAN.( Supaya orang tua 
> murid tidak dibebani - keharusan - membeli seragam
> Pramuka - padahal anaknya 
> tidak aktif di GP

Karena banyak masyarakat - yg saya tahu disekeliling kampung, dimana orang 
tua saya tinggal - sering merasa keberetan kalau anaknya setiap hari sabtu 
harus pakai seragam GP, belum jumat pakai baju muslim, terus hari apa lagi 
harus seragam Olah Raga - Sedangkan untuk, membeli seragam sekolah & bukupun 
mereka sudah repot

Tapi kalau sekolah tetap mewajibkan, ( ini lucu : karena sekolah sudah bisa 
mewajibkan seragam organisasi diluar kewenangannya ) 
KWARNAS mau bisa apa ?( selain mohon - sambil berlutut kalau perlu - kepada 
departement yg ngurus sekolah ) karena itulah kenyataan di negeri tercinta,
paling tidak KWARNAS sudah peduli pada orang tua yg kurang mampu 

Soal Pengakap mau seribu macam seragam itu urusan mereka 
- Dan jangan lupa ekonomi mereka sudah jauh lebih baik dari pada RI -

" Masa dasi pakai lambang kitri. Jelek banget dan tidak
punya makna. " 

Saya kira ucapan ini tidak bijak keluar dari seorang pelatih ! wujudnya 
saja belum ketahuan sudah bisa katagorik " itu jelek banget dan tidak punya 
makna"
Saya jadi ingat anak saya ( ketika seumur siaga) waktu mau dikasih " 
Surabi", belum saja dicicipi sudah bilang tidak enak. 

Tahukah anda bahwa ada dasi yang penuh dengan lambang kepanduan dunia ( 
walaupun bukan dasi seragam resmi) - , dan yang menjual - bukan toko sebelah, 
tapi kedainya pandu dunia 

Soal bagus - jeleknya - logo GP di dasi tinggal bagaimana caranya supaya 
bagus, dan soal makna apa bedahya dengan di krah baju atau di saku - di topi - 
di peci - di baret - diikat pinggang - ditanda jabatan andalan - dan 
dibanyak lagi.
Dan kalau anda benar benar " positif thinking" anda bisa mengerti maksud 
yang sebenarnya,
Supaya di dasi itu ada " trade mark" nya GP, dan tidak setiap orang bisa 
membikin tanpa membayar " hak cipta" kepada GP


Soal setengan leher pa-pi sama( modelnya ) , mengingat kepada BP & nyonya.( 
BS /GG) - 
tapi kalaupun tetap pakai pita leher karena unik, mungkin benar karena di GP 
ini banyak yang unik ! 


Setengan leher PUTRA PUTRI SAMA, ( maaf kalau
> salah: saya belum melihat 
> PITA LEHER DI KEPANDUAN MANAPUN DI DUNIA ) dengan
> logo GP - supaya bisa 
> didaftar hak ciptanya - tidak setiap orang bisa
> bikin tanpa ijin Pramuka dan 
> membayar hak ciptanya , JUGA BAGI ATRIBUT ATRIBUT
> LAINNYA.

Semuanya itu hanya pendapat saya untuk GP, dan pada pendapat pendapat 
lainnya walaupun saya tidak sependapat, saya tetap menyampaikan rasa hormat 
saya, 
dan bersyukur karena masih banyak yg peduli terhadap GP.

Terima kasih
Salam 
Tata


[Non-text portions of this message have been removed]



 

   
-
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Balasan: [Pramuka] Re: Apa betul seragam Pramuka perlu diubah ?

2007-09-02 Terurut Topik tatanoers
Sdr Hendro ini kalau bikin tanggapan, baca dulu yg bener
 
Siapa, yang bilang Kwarnas harus ngatur sekolah,(  " Kata anda dulu, Kwarnas 
mana bisa ngatur sekolah." ) 
 
Saya berpendapat :
Dan yang paling penting adanya PERATURAN KWARNAS
> YANG MELARANG  PEMAKAIAN  
> SERAGAM PRAMUKA DISEKOLAH KECUALI PADA ACARA
>  KEPRAMUKAAN.( Supaya orang tua  
> murid tidak dibebani - keharusan -  membeli seragam
> Pramuka - padahal anaknya  
> tidak aktif di  GP

Karena banyak masyarakat - yg saya tahu disekeliling kampung, dimana orang  
tua saya tinggal -  sering merasa keberetan kalau anaknya  setiap  hari sabtu 
harus pakai seragam GP, belum jumat pakai baju muslim, terus hari apa  lagi 
harus seragam Olah Raga - Sedangkan untuk, membeli  seragam sekolah  & bukupun 
mereka sudah repot
 
Tapi kalau sekolah tetap mewajibkan, ( ini lucu : karena sekolah sudah bisa  
mewajibkan seragam organisasi diluar kewenangannya )  
KWARNAS mau bisa apa ?( selain mohon - sambil berlutut kalau perlu -  kepada 
departement yg ngurus sekolah )  karena itulah kenyataan di negeri  tercinta,
paling tidak KWARNAS sudah peduli pada orang tua yg kurang mampu 
 
Soal Pengakap mau seribu macam seragam itu urusan mereka 
-  Dan jangan lupa ekonomi mereka sudah jauh lebih baik dari pada RI  -
 
" Masa dasi pakai lambang kitri. Jelek banget dan tidak
punya makna. " 
 
Saya kira ucapan ini tidak bijak keluar dari seorang pelatih !   wujudnya 
saja belum ketahuan sudah bisa katagorik " itu jelek banget dan tidak  punya 
makna"
Saya jadi ingat anak saya ( ketika seumur siaga)  waktu mau  dikasih " 
Surabi", belum saja  dicicipi sudah  bilang tidak  enak. 
 
 Tahukah anda bahwa ada dasi yang penuh dengan lambang kepanduan dunia  ( 
walaupun bukan dasi seragam resmi) -  , dan yang menjual -  bukan  toko 
sebelah, 
tapi kedainya pandu dunia 
 
Soal bagus - jeleknya - logo GP di dasi tinggal bagaimana caranya supaya  
bagus, dan soal makna apa bedahya dengan di krah baju atau di saku - di   topi 
- 
di peci - di baret - diikat pinggang -  ditanda jabatan andalan -  dan 
dibanyak lagi.
Dan kalau anda benar benar  " positif thinking" anda bisa mengerti  maksud 
yang sebenarnya,
Supaya di dasi itu ada " trade mark" nya GP, dan tidak setiap orang bisa  
membikin tanpa membayar " hak cipta" kepada GP
 
 
Soal setengan leher pa-pi sama( modelnya ) , mengingat kepada BP &  nyonya.( 
BS /GG) - 
tapi kalaupun tetap pakai pita leher karena unik, mungkin benar karena  di GP 
 ini banyak yang unik ! 
 

Setengan leher PUTRA PUTRI SAMA, ( maaf kalau
> salah: saya belum  melihat  
> PITA LEHER DI KEPANDUAN MANAPUN DI DUNIA ) dengan
>  logo GP - supaya bisa  
> didaftar hak ciptanya - tidak setiap orang  bisa
> bikin tanpa ijin Pramuka dan  
> membayar hak ciptanya ,  JUGA BAGI ATRIBUT ATRIBUT
> LAINNYA.

Semuanya itu hanya pendapat saya untuk GP,  dan pada pendapat pendapat  
lainnya walaupun saya tidak sependapat, saya tetap menyampaikan rasa hormat  
saya, 
dan bersyukur karena masih banyak yg peduli terhadap GP.
 
Terima kasih
Salam 
Tata
 



   


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Pramuka] Tanggapan lain soal Golongan Pramuka dan TKK

2007-09-02 Terurut Topik ghozy
Seragam, selain alat membina juga alat pemasaran (daya
tarik). Sebagai alat membina silakan kakak2 nilai,
masih bisa atau tidak. 
Menurut saya, sebagai alat pemasaran pramuka, seragam
kita sudah tidak mendukung, bukan sekedar desain
masalahnya, tatapi kebijakan Gerakan Pramuka dimasa
lampau sudah menghancurkan nilai kebanggaan yang ada.
Dan sekarang, selanjutnya terserah kita kaan,

vivat Pramuka

ghozy
--- iwan sams <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Aduuhh, jadi pengen cerita juga deh .
> 
> Mudah2 an nggak ada yang keberatan ya kak.
> Kebetulan pengalaman yang sama, saya dapatkan juga
> Kak. Alhamdulillah, saya ditempa oleh Gerakan
> Pramuka pada tiga jenjang sekaligus : kelompok
> siaga, kelompok Penggalang dan kelompok Penegak.
> 
> Saya mulai aktif di kegiatan Pramuka (di sekolah)
> sejak kelas 1 SD. Waktu itu sebagai anggota Barung
> Merah saya menjadi Ketua Barung dan memimpin
> sejumlah anak kecil yang baru saja lulus TK dan
> masih pada doyan menangis. Termasuk saya tentunya.
> Kegiatan Siaga ini dalam kenangan saya sungguh
> sangat menyenangkan, jauh lebih menyenangkan
> daripada kegiatan sekolah. 
> 
> Kita berlatih berbaris, menyanyi, juga berkemah di
> halaman sekolah. Wah, rasanya bangga sekali memakai
> seragam pramuka, di pinggang ada pisau kecil dan
> juga ada tali pramuka. Terima kasih buat Pak Eko
> Saputro yang telah menanamkan jiwa kepanduan dengan
> baik untuk saya dan teman2 waktu itu.
> 
> Saya mulai memasuki usia penggalang saat duduk di
> kelas 5 SD (umur 11 tahun), berlatih sangat giat
> sekali. Dan menjadi anggota Regu Rajawali, salah
> satu regu yang ditakuti di kota kami, karena
> kedigjayaan regu ini dalam setiap even Lomba
> Tingkat. Bahkan dalam lomba tingkat Kabupaten kami
> berhasil mengalahkan peserta lain dari kelompok
> penggalang dari Gudep lain. 
> 
> Regu kami tidak semua berasal dari SD, bahkan sang
> Ketua Regu adalah siswa SMP kelas II. Saya sendiri
> hanyalah anak bau kencur yang kerap jadi "kacung"
> kawan2 lain karena bertubuh paling kecil dan paling
> lemah diantara peserta lainnya. Oh ya, waktu
> penggalang, saya tidak lagi ikut pramuka di
> sekolahan melainkan di sebuah gugus depan yang
> berpangkalan di Kantor Polsek. Selain kelompok
> penggalang, di sini ada juga kelompok remaja yang
> dididik sebagai Satuan Karya Bhayangkara (Penegak).
> 
> Karena saking giatnya, setahun kemudian, sewaktu
> saya duduk di kelas 6 SD kami diikutkan dalam
> seleksi Pramuka yang akan ikut serta dalam kegiatan
> Jambore Nasional 1981 di Cibubur. Alhamdulillah saya
> ikut terpilih. Seleksinya cukup berat dan bagi anak
> kecil seusia saya waktu itu cukup menakutkan. Umur
> saya waktu itu baru saja 12 tahun, tetapi sudah
> macam2 kegiatan dibebankan pada saya. 
> 
> Saya memulai SKU penggalang Ramu dan ketika
> berangkat ke Jamnas berhasil mencapai SKU Penggalang
> Rakit serta 5 TKK wajib plus 10 TKK pilihan yang
> dipampang di selempang kebesaran. Bangga sekali saya
> waktu itu. 
> 
> Sepulang Jambore Nasional, banyak anggota Pramuka
> yang memilih yang tidak aktif lagi, tetapi saya
> malah semakin aktif. Dan akhirnya saya terpilih
> sebagai Ketua Regu Rajawali menggantikan Kak John
> yang masuk usia Penegak (SMA). Waktu itu saya duduk
> di kelas 2 SMP. Beberapa bulan kemudian, dalam
> musyawarah Dewan Penggalang saya ditunjuk sebagai
> Pratama untuk seluruh Pasukan Penggalang. Saya juga
> lulus semua persyaratan TKU dan TKK sehingga menjadi
> satu-satunya Penggalang Terap di pasukan.
> 
> Saya tidak berhenti disitu saja. Ketua-ketua regu
> lain saya dorong untuk mencapai TKU Penggalang
> Terap. Sehingga ketika akhirnya saya lulus dari SMP
> pada usia 15 tahun sebagai Pratama, semua ketua regu
> saya sudah mencapai tingkat Penggalang Terap dan
> banyak Penggalang Rakit dan Ramu di dalam regu
> mereka. Saya menjadi pembantu pembina Penggalang dan
> melatih anak-anak Siaga yang bersiap masuk ke
> pasukan Penggalang. 
> 
> Saya sempat memimpin pasukan penggalang ke arena
> Perkemahan Bhakti Pramuka 1983 di Samarinda dalam
> rangka Munas Gerakan Pramuka tahun itu. Saya juga
> sempat mengikuti seleksi sebagai Pramuka Garuda,
> namun tidak sampai selesai berhubung saya mesti
> melanjutkan sekolah ke luar kota di lain provinsi.
> Perpindahan saya ini sangat disayangkan oleh
> kakak-kakak pembina tetapi mau bagaimana lagi,
> karena cita-cita tetaplah mesti diutamakan. 
> 
> Di kota dan provinsi yang baru saya memulai
> aktivitas saya di kepramukaan sebagai Penegak tamu,
> dan kali ini pada Pramuka yang berpangkalan di
> sekolah. Saya mengikuti kegiatan pramuka, pengenalan
> terhadap berbagai satuan karya (Bhayangkara,
> Wanabhakti dan Dirgantara) dan sebagainya. Saya
> putuskan untuk aktif di kegiatan Saka Wanabhakti.
> Dan pengalaman di masa Penggalang dulu amat membantu
> saya dipercaya oleh kawan-kawan yang ada di
> pangkalan Wanabhakti. Sayapun ditunjuk sebagai Ketua
> Satuan Putra.
> 
> Memimpin remaja2 dari berbagai sekolah di Saka
> Wanabhakti merupakan pengalaman yang amat berh

[Pramuka] Tanggapan lain soal Golongan Pramuka dan TKK

2007-09-02 Terurut Topik iwan sams
Aduuhh, jadi pengen cerita juga deh .

Mudah2 an nggak ada yang keberatan ya kak.
Kebetulan pengalaman yang sama, saya dapatkan juga Kak. Alhamdulillah, saya 
ditempa oleh Gerakan Pramuka pada tiga jenjang sekaligus : kelompok siaga, 
kelompok Penggalang dan kelompok Penegak.

Saya mulai aktif di kegiatan Pramuka (di sekolah) sejak kelas 1 SD. Waktu itu 
sebagai anggota Barung Merah saya menjadi Ketua Barung dan memimpin sejumlah 
anak kecil yang baru saja lulus TK dan masih pada doyan menangis. Termasuk saya 
tentunya. Kegiatan Siaga ini dalam kenangan saya sungguh sangat menyenangkan, 
jauh lebih menyenangkan daripada kegiatan sekolah. 

Kita berlatih berbaris, menyanyi, juga berkemah di halaman sekolah. Wah, 
rasanya bangga sekali memakai seragam pramuka, di pinggang ada pisau kecil dan 
juga ada tali pramuka. Terima kasih buat Pak Eko Saputro yang telah menanamkan 
jiwa kepanduan dengan baik untuk saya dan teman2 waktu itu.

Saya mulai memasuki usia penggalang saat duduk di kelas 5 SD (umur 11 tahun), 
berlatih sangat giat sekali. Dan menjadi anggota Regu Rajawali, salah satu regu 
yang ditakuti di kota kami, karena kedigjayaan regu ini dalam setiap even Lomba 
Tingkat. Bahkan dalam lomba tingkat Kabupaten kami berhasil mengalahkan peserta 
lain dari kelompok penggalang dari Gudep lain. 

Regu kami tidak semua berasal dari SD, bahkan sang Ketua Regu adalah siswa SMP 
kelas II. Saya sendiri hanyalah anak bau kencur yang kerap jadi "kacung" kawan2 
lain karena bertubuh paling kecil dan paling lemah diantara peserta lainnya. Oh 
ya, waktu penggalang, saya tidak lagi ikut pramuka di sekolahan melainkan di 
sebuah gugus depan yang berpangkalan di Kantor Polsek. Selain kelompok 
penggalang, di sini ada juga kelompok remaja yang dididik sebagai Satuan Karya 
Bhayangkara (Penegak).

Karena saking giatnya, setahun kemudian, sewaktu saya duduk di kelas 6 SD kami 
diikutkan dalam seleksi Pramuka yang akan ikut serta dalam kegiatan Jambore 
Nasional 1981 di Cibubur. Alhamdulillah saya ikut terpilih. Seleksinya cukup 
berat dan bagi anak kecil seusia saya waktu itu cukup menakutkan. Umur saya 
waktu itu baru saja 12 tahun, tetapi sudah macam2 kegiatan dibebankan pada 
saya. 

Saya memulai SKU penggalang Ramu dan ketika berangkat ke Jamnas berhasil 
mencapai SKU Penggalang Rakit serta 5 TKK wajib plus 10 TKK pilihan yang 
dipampang di selempang kebesaran. Bangga sekali saya waktu itu. 

Sepulang Jambore Nasional, banyak anggota Pramuka yang memilih yang tidak aktif 
lagi, tetapi saya malah semakin aktif. Dan akhirnya saya terpilih sebagai Ketua 
Regu Rajawali menggantikan Kak John yang masuk usia Penegak (SMA). Waktu itu 
saya duduk di kelas 2 SMP. Beberapa bulan kemudian, dalam musyawarah Dewan 
Penggalang saya ditunjuk sebagai Pratama untuk seluruh Pasukan Penggalang. Saya 
juga lulus semua persyaratan TKU dan TKK sehingga menjadi satu-satunya 
Penggalang Terap di pasukan.

Saya tidak berhenti disitu saja. Ketua-ketua regu lain saya dorong untuk 
mencapai TKU Penggalang Terap. Sehingga ketika akhirnya saya lulus dari SMP 
pada usia 15 tahun sebagai Pratama, semua ketua regu saya sudah mencapai 
tingkat Penggalang Terap dan banyak Penggalang Rakit dan Ramu di dalam regu 
mereka. Saya menjadi pembantu pembina Penggalang dan melatih anak-anak Siaga 
yang bersiap masuk ke pasukan Penggalang. 

Saya sempat memimpin pasukan penggalang ke arena Perkemahan Bhakti Pramuka 1983 
di Samarinda dalam rangka Munas Gerakan Pramuka tahun itu. Saya juga sempat 
mengikuti seleksi sebagai Pramuka Garuda, namun tidak sampai selesai berhubung 
saya mesti melanjutkan sekolah ke luar kota di lain provinsi. Perpindahan saya 
ini sangat disayangkan oleh kakak-kakak pembina tetapi mau bagaimana lagi, 
karena cita-cita tetaplah mesti diutamakan. 

Di kota dan provinsi yang baru saya memulai aktivitas saya di kepramukaan 
sebagai Penegak tamu, dan kali ini pada Pramuka yang berpangkalan di sekolah. 
Saya mengikuti kegiatan pramuka, pengenalan terhadap berbagai satuan karya 
(Bhayangkara, Wanabhakti dan Dirgantara) dan sebagainya. Saya putuskan untuk 
aktif di kegiatan Saka Wanabhakti. Dan pengalaman di masa Penggalang dulu amat 
membantu saya dipercaya oleh kawan-kawan yang ada di pangkalan Wanabhakti. 
Sayapun ditunjuk sebagai Ketua Satuan Putra.

Memimpin remaja2 dari berbagai sekolah di Saka Wanabhakti merupakan pengalaman 
yang amat berharga bagi saya. Dan sungguh pengalaman yang amat menyenangkan. 
Saya pernah mengikuti Perkemahan Wirakarya Apiari di Batang, Jawa Tengah tahun 
1985 sebagai utusan Kwarcab Banyumas. Juga dua kali mengikuti Perkemahan Pekan 
Penghijauan Nasional masing2 di Wonogiri (1985) dan di Pengalengan (1986). Juga 
menjadi peninjau pada Jambore Nasional 1986 di Cibubur. Benar-benar suatu 
pengalaman yang sangat meyenangkan. 

Namun itulah cerita terakhir saya di lingkungan Gerakan Pramuka, karena setelah 
lulus SMA dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di kota lain, saya 
memilih kegiatan lain yang tidak