Mungkin cerita ini bisa sedikit membantu:
quotes
==Keretakan makin mencuat terutama setelah Gus Dur memecat Hamzah Haz
dari jabatan Menko Kesra. Poros Tengah merasa dilukai. Poros Tengah
berbalik arah menggalang kekuatan dengan PDIP dan Golkar yang juga
sudah merasa dilecehkan Gus Dur==
Dalam beberapa kesempatan saya pernah mendengar kisah langsung dari
AR mengenai naik/turunnya GD yang oleh sebagian masy. AR dijadikan
sebagai penyebab tanpa mau melihat duduk persoalannya.
Dikatakan AR, ketika GD mulai melakukan manuver-2 yg kita akui juga
sangat menyakitkan, AR sdh susah berkomonikasi langsung dengan GD
padahal sblmnya AR begitu mudah berkomonikasi (telpon atau berkunjung)
dedngan GD. Dlm beberapa kesempatan AR sempat juga meminta GD supaya
tidak melakukan hal-2 yg kontroversi dan AR akan mencegah teman-2 di
parlemen dan GD pun menyanggupi tapi lagi-lagi GD tidak menepati
janjinya.
Dlm kondisi tsb dimana semua fraksi terutama PDIP, PPP, PG sdh sgt
gatal tangan mereka untuk menjatuhkan GD. Jadi kalau kita mau fair
sebenarnya yg menjatuhkan GD itu adalah PG dan PDIP sbg mayoritas
kursi di MPR bandingkan dengan PAN + PKS hanya +/- 40 kursi, apa
yg bisa dilakukan oleh ketua MPR thdp keinginan 60% suara? sementara
AR kena getahnya krn saat itu ia menjabat ketua MPR dan masih bagus
kejatuhan GD itu bukan secara musyawarah atau kesepakatan fraksi akan
tetapi melalui voting dan sepengetahuan saya ketua legislatif tidak
punya pilihan lain kecuali ketuk palu terhdp hasil voting.
wassalam,
harman
Nama:
Prof. Dr. H. Muhammad Amien Rais, MA
Lahir:
Surakarta, 26 April 1944
Orang tua:
Syuhud Rais dan Sudalmiyah
Istri:
Kusnariyati Sri Rahayu
Pendidikan:
Fakultas Sosial Politik Universitas Gajah Mada (lulus 1968)
Notre Dame Catholic University, Indiana, USA (1974)
Al-Azhar University, Cairo, Mesir (1981)
Chicago University, Chicago, USA (gelar Ph.D dalam ilmu politik
1984)
George Washington University (postdoctoral degree, 1988-1989)
Perjalanan karir:
Dosen pada FISIP UGM (1969-1999)
Pengurus Muhammadiyah (1985)
Asisten Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (1991-1995)
Wakil Ketua Muhammadiyah (1991)
Direktur Pusat Kajian Politik (1988)
Peneliti Senior di BPPT (1991)
Anggota Grup V Dewan Riset Nasional (1995-2000)
Ketua Muhammadiyah (1995-2000)
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (1999-sekarang)
Ketua MPR (1999-2004)
== 1 2 3 4 5 6 7 ==
Prof. Dr. M. Amien Rais
King Maker Pentas Politik Nasional
Partai Amanat Nasional mendeklarasikan pasangan Amien Rais dan Siswono
Yudo Husodo sebagai calon presiden dan wapres hari Minggu 9 Mei 2004 di
halaman belakang Gedong Joeang 45, Jakarta. Dwitunggal yang disebut sebagai
koalisi agamis-nasionalis dan nasionalis-agamis itu bertekad membangun
kedamaian dan menuntaskan reformasi.
Selain itu, dwitunggal ini juga disebut sebagai pemimpin yang berani,
jujur dan amanah. Pada acara deklarasi ini, juga dibacakan garis besar
platform Amien Rais Siswono yang bertajuk 'Akselerasi Kemajuan Bangsa
2004-2009.
Kiprah Prof. Dr. M. Amien Rais dalam pentas politik nasional cukup
fenomenal. Kendati Partai Amanat Nasional (PAN) yang dipimpinnya, hanya
mendapat tujuh persen suara pada Pemilu 1999, ia mampu menjadi king maker
pentas politik nasional dan menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) bahkan nyaris pula jadi presiden pada SU-MPR 1999. Kini, mantan Ketua
Umum Muhammadiyah itu menjadi salah satu kandidat kuat calon presiden yang
berpeluang memenangi Pemilu Presiden 2004.
Pada awal bergulirnya reformasi, putera bangsa kelahiran Solo, 26
April 1944, ini didaulat berbagai kalangan aktivis sebagai Bapak Reformasi.
Ia menonjol dengan berbagai aktivitas dan pernyataan-pernyataan yang cerdas
dan keras ketika itu. Memang, sejak awal bergulirnya reformasi yang
digerakkan oleh para mahasiswa, Amien Rais sudah menyatakan diri ingin
mencalonkan diri sebagai presiden. Suatu pernyataan yang tergolong amat
berani sebelum lengsernya Pak Harto.
Pencalonan dirinya menjadi presiden itu, bukanlah semata-mata didorong
hasrat untuk berkuasa, melainkan lebih didorong keprihatinannya atas
penderitaan rakyat akibat kesalahan kepemim-pinan nasional yang otoriter dan
korup. Ia melihat, keterpurukan bangsa ini harus diperbaiki mulai dari
tampuk kekuasaan.
Obsesi inilah yang mendorong Guru Besar Universitas Gajah Mada ini
mendirikan PAN bersama-sama dengan para tokoh reformis lainnya. Sebuah
partai terbuka berasas Pancasila dan berbasis utama Muhammadiyah. Namun
suara yang diperoleh PAN pada Pemilu 1999 tidak cukup signifikan untuk